dua puluh sembilan

893 91 3
                                    

Komen dong sayang biar aku semangat updatenya:(







Jeff sebal bukan main ketika mendapati istri cantiknya tengah dimonopoli oleh anak keduanya. Niat hati ingin bermanja-manja usai lelah bekerja seharian tetapi tidak bisa langsung terlaksana. Jevan sedari tadi memeluk maminya dan berpindah posisi lalu menidurkan kepalanya di atas pangkuan Theara.

Akhir-akhir ini ruang santai di lantai dua sering sekali digunakan mereka untuk bersantai. Kalau kata Sadam sih chill with the view. Pemandangan yang dilihat tentu saja kebun milik ibu mereka yang belum sepenuhnya terisi. 

Jeff menyusul keluarga kecilnya setelah membersihkan diri dan berganti pakaian. Pria berkepala empat itu tampak sedikit lebih segar dengan rambut hitamnya yang basah. Kaki sang tuan bergerak menyenggol kecil milik Jevan agar menyingkir dari sebelah Theara. Mengusir secara halus gitu.

“Papi datang-datang ngerusuh, nyebelin banget,” cibir Jevan seraya melayangkan tatapan sinis.

“Minggir sana kamu main ps aja sama Joel. Papi juga mau dimanja sama mamimu,” usir Jeff.

“Apa sih orang lagi asik juga,” balas Jevan tak mau kalah.

“Nggak usah berantem gitu. Jevan tiduran di sebelah kanan, kamu yang di kiri aku kan bisa Jeff,” lerai Theara. Ibu empat anak itu menarik lengan suaminya untuk tidur di sebelah Jevan.

Jeff pun menurut. Ia mengambil tangan sang puan untuk dijadikannya tumpuan. Sebelah tangannya merangkul mesra pinggang Theara. Seperti tidak memberikan celah untuk siapa saja mengusik wanitanya. Si tampan sibuk memberikan banyak kecupan di tangan Theara sayang. Sementara wanita itu sedang mendusal di perpotongan leher suaminya.

Mencium wangi harum nan candu dari parfum yang pria itu gunakan. Jevan sesekali melirik ke arah kedua orang tuanya. Tetap romantis sekali seperti pengantin baru. Bahkan kadar keromantisannya melebihi dirinya dengan Jemma saja. 

Jevan memilih untuk menyingkir saja. Meninggalkan dua sejoli yang selalu dimabuk asmara itu. Ia mendekati adik bungsunya dan mengambil alih stik ps di tangan Joel yang diberikan padanya secara sukarela. Semuanya tampak asik dalam kegiatan masing-masing.

“Skripsimu udah sampai mana, Mas?” tanya Jeff pada Mark.

Mark menoleh dengan mulut penuh sedang mengunyah semangka dingin. “Tinggal nunggu acc dosen aja sih Pi terus nanti dikasih tahu bisa sidang skripsinya kapan,” jawab Mark.

“Good boy. Tepati janjimu buat lulus dengan nilai memuaskan karena bagus aja nggak cukup untuk bawa perusahaan kamu besar di masa depan. Hestia juga mana mau kamu ajak susah. Dia dibesarkan dalam keluarga yang mapan, kalau kamu mau ambil pacarmu untuk kehidupan rumah tangga, uang kamu harus banyak,” jelas Jeff.

“Iya Pi,” sambung Mark patuh.

“Jevan udah tahu mau magang di mana?” tanya Theara ikut masuk dalam pembicaraan.

“Magang di kantornya Om Vante udah aku urus jauh sebelum liburan kemarin. Besok senin juga masuk hari pertama kerja.” Jevan berkata tanpa menoleh pada lawan bicaranya. Kedua netranya memandang lurus pada layar TV besar di hadapannya.

“Bareng sama Jemma?” sahut Mark.

“Nggak. Dia katanya dapat rekomendari dari bokapnya jadinya kita beda kantor,” kata Jevan.

Melihat pembahasan sepertinya akan berubah ke arah yang serius membuat Joel menggigit bibir bawahnya gugup. Ia memiliki banyak kekhawatiran akhir-akhir ini yang membuatnya kesulitan untuk tidur di malam hari. Memikirkan hal untuk masa depan mungkin saja bisa menjadi pembahasan alot untuk dirinya juga sang papi.

Effleurage × Jung Fams Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang