⌗. 07

472 84 17
                                    

Tuktuk berdiri dari kursinya, menatap kearah CCTV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tuktuk berdiri dari kursinya, menatap kearah CCTV. "Far, far. Lihat deh far.." katanya pada saudaranya,

"Ih, aduh. Apaan sih?"

"Liat itu,"

Y/n yang melihatnya bertanya dengan penasaran, "Lihat apa, Tuk?" tanyanya sambil berjalan kearahnya. Wanita muda itu meringis saat melihat sosok familiar di belakang Ucup. Lain tidak lain adalah Fella.

"Seriusan?" Tanya Gofar, "Seriusan." Y/n membalas.

"Ahh, ada kalian bertiga juga. Hai." Fella melambai kepada mereka, terutama Tuktuk dan Gofar. "Kenapa, sik? Ayok." Kata Piko mengajaknya masuk.

Tuktuk, Gofar dan Y/n saling pandang. Mereka bertiga tahu bahwa mereka tak punya hubungan baik dengan Fella, si anak konglomerat itu.

"Gais, ini Fella." Kata Ucup sambil memperkenalkan Fella kepada yang lainnya. Y/n memutar matanya dan duduk di sisi lain Piko. Dan mulai memainkan ponselnya.

"Bentar-bentar, lu.. lu ngajak orang ini juga?" Tanya Gofar,

"iya,"

"Masuk ke tim kita?"

"Iya, emang kenapa?" Tanya Ucup dengan penasaran. Gofar mendengus, "Gila. Ga deh. Gua sama dia out deh." Katanya sambil menunjuk kearah Tuktuk.

"Hah?" Tanya Piko,

"Ngapain gue satu tim sama bandar judi??" Gofar menunjuk kearah Fella, "Gila kali." Lanjutnya. "Sorry Pik, gue out." Tambah Tuktuk.

"Lah?" Piko mengangkat alisnya,

"Orang ini, udah nipu gue sama Gofar berkali-kali!" Kata Tuktuk sambil menunjuk kearah Fella, "Lo gamau berurusan sama bandar? Lo takut kalah mulu sama bandar.. Hm?" Fella menunjuk dadanya.

"Heh, kalo lo bukan cewek.. lo udah mampus!" Balas Tuktuk, "Eh, udah-udah. Chill." Balas Ucup.

"Heh, emang kenapa kalo cewek? Gue cewek, bisa nih nyikat kalian berdua disini." Kata Sarah, ikut campur. Y/n menoleh kearah Sarah, sedikit kecewa karena dia lebih mendukung Fella. I mean, girls support girls, okay. Tapi Sarah tahu bagaimana perasaan Y/n terhadap Fella.

"Dah, dah, stop." Ucup melerai mereka, "Kita disini untuk satu alasan. Duit." Dia menepuk bahu Gofar. "Mau ikut apa ngga?" Tanya Ucup kepada dua bersaudara itu.

"Udeh, udeh. Urusan personal kalian berdua tinggalin aja di trek balapan. Kayak Y/n nih loh, diem." Kata Piko,

"..." Y/n meloloti Piko,

"Fella, welcome to club." Kata Piko kepada personil baru mereka.

Fella menatap papa tulis yang berdiri tak jauh darinya, dan mulai memindainya satu persatu.

"Hm... Okay." Kata Fella,

───────

"And so, peluang kita untuk nukerin lukisan, cuma pas waktu pengiriman." Kata Piko setelah selesai menjelaskan seluruh rencana mereka. Fella mengerutkan keningnya, "Plan kalian ini sebenarnya oke. Tapi, masih banyak detail yang belum diisi." Katanya.

"Bolong sana sini." Lanjutnya, "sekarang gimana caranya kalian dapetin jadwal data penjadwalan pengiriman kalau mereka masih nyatet semuanya di buku?" Fella bertanya. "Jangan bilang kalian pernah gitu, masuk diem-diem kaya maling ngambil data?" Kekehnya.

Yang lainnya menoleh kearah Ucup yang menatap kearah lain dengan malu.

"Ya.. terus.. lu punya ide?" Tanya Ucup,

Fella berdiri dari kursi dan berjalan menuju papan tulis, "Kita.. butuh dua orang buat menyusup ke perusahaan ini sebagai karyawan. Bukan nyogok supir."

"Lo pada ga ada yang mau ninggalin jejak, kan?"

Tak ada dari mereka yang menjawabnya. "Karena itu.. kita butuh lo." Ucup berkata dengan sebuah senyum sumringah. Keduanya saling tersenyum satu sama lain. Y/n memperhatikan pandangan Ucup yang tak pergi dari Fella.

"Kita bikinin Tuktuk sama Gofar ijasah biar mereka bisa ngelamar kerja." Kata Fella setelah mereka memutus kontrak mata.

"Loh, kok kita?" Tanya Gofar,

"Ya iyalah, siapa lagi?" Balas Sarah.

───────

Tak lama, Ucup telah selesai memebuatkan Tutuk dan Gofar ijasah. Sementara itu, Piko memberi tanda tangan palsu di ijasah tersebut.

Tak lama, mereka diterima setelah melamar pekerjaan di Senopati Ekspress sebagai supir dengan bantuan Fella. Mereka membawa dua truk kembali ke bengkel. Satu polos dan satu lagi dari perusahaan. Piko mulai mengerjakan truk tersebut dan mengecatnya semirip mungkin dari truk asli Senopati Ekspress.

───────

Hari berlalu, Y/n pada dasarnya tidak melakukan apapun selain duduk di depan komputer Ucup dan mengotak atiknya.

"Y/n, mau nggak?" Ucup menawarkan minuman dingin,

"Nggak." Y/n membalas dengan acuh.

"Oh, yaudah." Kata Ucup, berjalan keluar dari ruangan tersebut. Y/n memutarkan kursi putarnya dan memandang bahu Ucup yang menjauh, "Gue ngapain sih.. anjing.." gumamnya frustasi.

Pada sore harinya, mereka berkumpul di sofa sambil menunggu. Hingga truk tertentu datang dan Tuktuk serta Gofar keluar dari sana. "Tau gak, siapa yang bakal nganter lukisannya?" Tuktuk membawa sebuah berkas dan meletakkannya di meja, "Nih! Surat tugas! Gua sama Gofar."

"Kenapa baru ngabarin sih? Kenapa gak chat aja?" Tanya Fella,

"Ya biar kalian tegang lah." Balas Gofar, "kaya film film pencurian gitu." Kekehnya.

───────

Malam itu, Y/n, Ucup dan Fella melakukan pemeriksaan jalur yang akan di lewati. Setelah selesai, Y/n melihat potret yang ia dapatkan dari dalam terowongan melalui kamera helmnya, memberikan area-area CCTV yang bisa diakses dan jalur pertukaran yang cocok. Potret itu dikirim kepada Ucup dan Fella.

Wanita muda bersurai H/c itu mematikan mesinnya dan menghentikan motornya (cbr 150r) di samping trotoar, helm masih terpasang di kepalanya. Y/n menaikkan visornya dan mendengarkan Ucup dan Fella yang berbicara. Mereka tampaknya tak menyadari bahwa ia sudah ada di sana.

"Lu pikir, sampe minta Gofar buat ukir dan nyamain angka mesin itu nggak berlebihan?" Ucup bertanya, "Gue cuma nutupin plan lo yang banyak bolongnya, kok." balas Fella tanpa menatapnya.

"Oh iya.. gue pikir.. lu dulunya cuma thriller seeker, yang diem-diem punya sifat narsis dan pengen selalu jadi pusat perhatian." Kata Ucup, "Ternyata lu punya banyak akal bulus juga, ya."

Fella mendengus, "Waw. Seru ya, menulusiri jejak digital gue. Social media gue, mulai dari Steller, Blogspot, terus apalagi.. sampe—"

"Sampe akun Instagram rahasia?" Ucup menyeringai, "Tempat curhat pake foto-foto senja?"

Y/n masih diam-diam mendengarkan, mengistirahatkan tangannya di motornya. Cemburu? tentunya. Namun dia tak bergeming. Ponsel Y/n tiba-tiba berdering, panggilan tak terjawab, lalu mendapati spam chat. "Baru satu detik.." gumamnya, Y/n menyalakan mesinnya dan menurunkan kaca helmnya setelah mendapatkan pesan di ponselnya.

"Awww," Fella menoleh dan menatap Ucup, "jadi, selama ini.."

"Itu namanya strategi."

Fella tersenyum saat tubuh mereka berdekatan, wanita muda itu melirik ke bibir Ucup. Tubuh mereka condong lebih dekat, hingga mereka mendengar suara klakson dan mesin.

TIN!

"Gue duluan, Cup, Fel." Kata Y/n,

"Cepet amat, mau kemana?" Tanya Ucup, mengangkat alisnya. "Nggak, ada urusan dikit." Y/n membalas.

"Oh, yaudah." Ucup tersenyum dan melambai pada Y/n yang sudah memutar gasnya, "Tiati!" Seru Ucup saat ia sudah menjauh.

───────

𝐍𝐎𝐂𝐄𝐔𝐑! mencuri raden saleh x reader Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang