Tarik Tali

5K 76 0
                                        

Pagi hari ketiga mak Non bersama ku. Aku keluar dari bilik air dengan hanya bertuala. Sedang aku menyikat rambut di depan cermin besar di dalam bilik, pintu bilik ku terbuka dan terlihatlah mak Non tersenyum di muka pintu memandang ku. Aku lihat matanya turun naik seakan terpesona melihat tubuh tegap ku yang cuma bertuala dan tidak berbaju. Begitu juga aku yang bernafsu memandang dirinya yang memakai baju kebaya satin berwarna kuning yang aku belikan untuk mak Non semalamnya.

Sendat membalut tubuhnya bagaikan sarung nangka. Baju kebayanya yang sendat dan licin itu memperlihatkan tetek besar mak Non yang tidak bercoli itu seakan ingin meletup di dadanya. Licin teteknya yang besar melayut itu hingga tersembul puting teteknya. Seksi sekali memperlihatkan lekuk tubuhnya yang melentik bontotnya yang berkain batik lusuh itu.

"Mak Non dah siapkan sarapan... nanti turunlah.. kita sarapan sama-sama..." kata mak Non yang berjalan menghampiri ku sedang matanya tidak beralih dari memandang dada ku.

"Ok.. mak Non ada teringin nak pergi mana-mana tak hari ni?" Tanya ku seraya mengelus beberapa helai rambutnya yang berjurai di dahi.

"Mak Non ikut Fendi je.." jawabnya yang seakan gugup ku layan sebegitu.

"Cantiknya..." kata ku sambil ku usap pipinya.

"Perempuan kampung je..." balas mak Non sambil tersenyum dan wajahnya menunduk malu.

Aku yakin mak Non dapat melihat bonjolan batang ku pada tuala yang ku pakai melilit pinggang ku. Kehadirannya ke dalam bilik ku seakan kehadiran seorang bidadari bertubuh berisi yang bertetek besar dan berbontot tonggek yang menaikkan nafsu ku.

Aku tarik simpulan tuala di pinggang ku dan terlucutlah tuala ku hingga aku telanjang tanpa seurat benang di hadapannya. Bagaikan spring batang ku terpacak di depannya. Mak Non serta merta rasa malu dan dia terus ingin pergi dari situ, namun aku pantas menangkap tangannya agar dia tidak boleh pergi dari ku.

"Fendi... janganlah macam ni.. mak Non ni makcik Fendi... tak boleh tau kita buat macam ni selalu...." kata mak Non yang tersenyum tersipu-sipu memandang batang ku yang keras terpacak.

Aku tersenyum melihat mak Non yang kelihatan seakan naif tentang nafsu. Seakan malu dirinya diberahikan oleh seorang lelaki. Aku tahu, dia ingin aku menganggap dirinya mulia. Sedangkan dia tidak tahu, betapa aku pernah melihat dengan mata ku sendiri dia seronok menyundal dengan rakan suaminya bagaikan pelacur kampung yang tidak bermaruah.

Aku kucup pipinya dan ku peluk tubuh gempalnya. Dengan bernafsu ku gomol tubuh berisinya. Mak Non tersenyum menolak tubuh ku tanda tidak rela. Namun sebelah tangan ku yang menangkap tetek besarnya dapat merasakan putingnya terjojol menggila. Sebelah tangan ku lagi mengelus belahan punggungnya, namun melentik sungguh bontotnya di saat jari ku menekan lubang duburnya.

Aku bawa mak Non ke katil, kami duduk rapat bersama. Ku usap punggung gemuknya yang besar membulat dalam kain batiknya. Mak Non tersenyum melihat aku yang duduk berbogel menggoncang batang ku yang keras menggila.

"Fendi... tak baik tau stim kat mak sedara sendiri...." kata mak Non yang tersenyum malu kepada ku.

"Apa salahnya... mak Non pun sejak dulu tak kisah saya stim kat mak Non..." balas ku.

Mak Non diam namun masih tersenyum memandang batang ku yang keras terpacak.

"Terima kasih tau... mak Non bagi saya pancut kat perut mak Non malam tadi.." kata ku.

Mak Non tersenyum memandang lantai. Aku pegang tangan mak Non, lalu ku angkat dan kucupnya. Kemudian aku letakkan di atas batang ku. Tanpa memandang batang ku, mak Non tersenyum memegangnya dengan lembut.

"Fendi nak mak Non buat apa ni?" Tanya mak Non yang tersipu malu.

"Hisap mak Non..." pinta ku.

"Tak naklah.. Fendi ni anak sedara mak Non... mana boleh.." balas mak Non.

Antara 2 HatiTempat di mana cerita hidup. Terokai sekarang