O.9

725 100 27
                                    

Jisung berjalan dengan semangat, dia bersenandung ria sembari menggoyangkan tubuhnya mengikuti irama lagu yang dia nyanyikan.

Achime nan jameul kkae eommakke
Saranghandago malhae
(Eohyu chakan nae ttara)
Joljol nareul ttaraon happy-ga
Neom gwiyeoweoseo haengbokae
(Uh yaega malhandae)

Jeno dan Renjun yang mengikuti anaknya dari belakang hanya terkekeh gemas melihat anak kesayangan mereka dengan lincah menari dan menyanyi.

Tidak terasa kini mereka sudah berada di depan rumah Jaemin, Jisung dengan semangat mengetuk pintu.

"Kakak baik! Jwi sudah datang!" Pekik Jisung kelewat semangat.

Selama tinggal di komplek ini Jisung jarang sekali bermain dengan teman sebayanya karena rata-rata temannya sangat sibuk melakukan kegiatan olahraga. Jadi dengan datangnya Jaemin membuat Jisung bahagia karena dia memiliki teman bermain baru.

"Adek, jangan teriak-teriak seperti itu!" Peringat Renjun.

Jisung mengangguk, "Hehehe, habisnya Jwi sangat-sangat bersemangat untuk jalan-jalan bersama kak Jaemin,"

Binar cerah yang menggemaskan itu membuat hati kedua orang tuanya merasa bahagia tetapi perkataan Jisung tadi berhasil menghilangkan rasa bahagia dengan waspada.

Mereka takut jika Jisung suka dengan Jaemin

Jisung masih terlalu kecil untuk jatuh cinta!

Begitulah pemikiran kolot orang tua yang protektif ini.

"Benarkah? Adek sangat bersemangat, memangnya ada yang spesial dari kak Jaemin itu?" Tanya Jeno, telinganya terasa panas saat sang anak memuji-muji Jaemin yang dianggapnya sebagai buaya kecil.

Jisung mengangguk. Binar cerah dengan senyuman riang serta pipi yang merah menambah keimutan seorang Jisung.

"Kak Jaemin itu spesial, kakak Jaemin baik sekali pada Jwi, kakak Jaemin juga beri Jwi kue stoberi, terus-terus kakak Jaemin juga tampan, satu lagi kakak Jaemin itu adalah teman Jwi, selama ini kan Jwi tidak punya teman dekat," terang Jisung.

Jeno menatap Renjun, mereka merasa sedikit bersalah karena terlalu mengekang Jisung hingga anak manis mereka tidak memiliki teman.

Sepertinya mereka akan memberikan kelonggaran pada Jaemin....

"Adik manis! Uh, kakak terharu sekali dengan ucapan adik manis, ayo kita menikah!" Ucap Jaemin yang tiba-tiba membuka pintu dan langsung memeluk Jisung.

Lupakan pemikiran gila itu, seharusnya mereka menjauhkan Jisung dari buaya seperti Jaemin.

Jisung membalas pelukan Jaemin, kemudian tersenyum senang.

"Selamat pagi, kak Jaemin 。⁠◕⁠‿⁠◕⁠。" sapa Jisung.

"Pagi juga adik manis, ah ngomong-ngomong adik saat ini sangat menggemaskan, kakak kan jadi ingin makan adik," ucap Jaemin dengan senyum anehnya.

Renjun dan Jeno menangkap radar bahaya dari senyum setan Jaemin, keduanya langsung menjauhkan Jisung dari Jaemin.

Jeno menggendong Jisung yang sepertinya tidak mengerti arti bahaya tersebut.

Jisung memiringkan kepalanya, menatap kedua orang tuanya dengan tatapan bingung yang ketara.

"Mhh? Kenapa?" Tanya Jisung heran.

Jaemin tersenyum licik, dia adalah duplikat mommynya, jadi jangan pernah meremehkan Jaemin.

"Tidak apa-apa adik, ngomong-ngomong adik jadikan memandu kakak?" Tanya Jaemin mengalihkan pembicaraan.

"Eumm, jadi! Jwi akan menjadi pemandu yang sangat-sangat baik! Kakak pasti akan puas dengan kinerja, Jwi!" Ucap Jisung dengan bangga, dia memberikan senyuman termanis miliknya.

Bersamaan dengan senyum manis dan cerah itu kedua orang tuanya mengeluarkan aura hitam yang mendung membuat Jisung nampak bersinar seorang diri di langit yang gelap.

"Selamat pagi, sobat! Kenapa aura kalian seperti belum makan 5 tahun? Sungguh menyedihkan," sapa Haechan dengan wajah tengilnya.

Haechan dan Mark baru saja selesai beres-beres, mereka langsung dihadapkan dengan situasi Jaemin yang memuja matahari di langit yang gelap.

Renjun dan Jeno langsung menatap tajam kearah Haechan, ibu dan anaknya sama saja. Mereka jadi kasian melihat Mark yang telah tersenyum tertekan.

Sepertinya Mark harus berusaha bodoh amat.

"Papa, turunkan Jwi! Jwi akan memandu kak Jaemin sekarang, ayo kakak! (⁠≧⁠▽⁠≦⁠)"

Jisung dengan semangat menarik tangan Jaemin, dia tidak sabar untuk mengajak kakak baiknya berkeliling komplek rumahnya ini.

Ah, Jisung juga harus memberitahu Jaemin tentang taman bermain serta pasar malam yang ada di komplek ini.

"Apa-apaan itu tadi?" Desis Renjun saat melihat anaknya yang menggenggam tangan Jaemin.

"Padahal aku sudah memperingatkan adek untuk tidak mendekati Jaemin," gumam Jeno.

Haechan tertawa terbahak-bahak, "Hei, orang tua! Biarkan saja anak kalian berdekatan dengan anakku, siapa yang tahu di masa depan kita akan menjadi besan!"

"Tidak akan pernah!" Sahut keduanya kompak.

Anak mereka akan selamanya menjadi milik mereka, keduanya tak siap anak manisnya menjadi milik orang lain.

🍒🍓🍒🍓🍒🍓🍒🍓🍒🍓

Bersambung...

Tetangga : JaemSung ft NoRen & MarkHyuck Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang