Happy?

18 4 0
                                    

Sebenarnya aku malas menulis bagian ini dalam ceritaku, tetapi aku rasa aku harus menulisnya, membiarkan orang menilai tentangku maupun dia. Karena sebenarnya aku tidak mau membuat dia abadi dalam ceritaku, walaupun tanpa aku menulis ini dia akan tetap abadi. Tapi aku merasakan ada perubahan pada diriku setelah aku mengenalnya. Aku merasa hidupku menjadi lebih baik dan berwarna. Setiap kali aku ingin melakukan hal-hal yang menurutku kurang baik aku selalu mengingatnya dan membuatku tidak jadi melakukan itu. Dia benar-benar membawa perubahan dalam hidupku.

Setelah saat itu, justru aku hancur. Dia kembali dekat dengan seseorang yang menurutku itu pasti menyakitkan untuk dia. Tapi dia memilih untuk kembali kepada perempuan itu. Aku hancur, aku marah, ternyata selama ini hanya aku bukan kita. Semua perlakuannya kepadaku ternyata hanya sebatas perlakuan kepada teman saja, tapi kenapa dia melakukan semua itu seolah-olah kita merasakan hal yang sama. Seharusnya sejak awal aku tahu, dia hanya menganggapku teman dan memperlakukanku selayaknya teman saja. Sejak awal memang aku yang terlalu percaya diri dan menganggapnya menyukaiku juga. Tapi ternyata selama ini apa yang aku pikirkan tentang kita itu salah.

Aku mengetahui itu, tapi aku memilih untuk diam dan berpura-pura tidak tahu. Dia masih bersikap sama seperti biasanya kepadaku, tidak menjaga jarak dan tetap mengajakku becanda seperti biasanya. Aku bingung, aku tidak tahu apa maksudnya, apa yang dia inginkan, apa yang dia lakukan. Hari demi hari terus berjalan, aku dan dia tetap seperti biasa tidak ada yang berubah, ntah aku harus senang atau justru sedih. Dan benar apa yang aku takutkan apa yang aku khawatirkan terjadi, dia sakit perempuan itu membuatnya sakit. Dia memilih untuk selesai, ya aku senang tapi aku tidak suka ada yang menyakitinya. Mungkin orang menganggapku berlebihan, tapi aku sendiri pun tidak tahu kenapa aku begini. 

Setelah kejadian itu aku seperti diberi harapan, aku justru merasa kita semakin dekat benar-benar dekat. Sering kali saat jam pelajaran di kelas kosong kita justru bermain game bersama, ada saja yang kita lakukan. 

Dia berbicara secara spontan sambil menghampiriku dan temanku, "Main game yuk!"

"Mau game apa? Gimana mainnya?" Tanyaku sambil terkejut melihat dia yang tiba-tiba menghampiriku.

Dia menjelaskan tentang game itu dan bagaimana cara bermain gamenya dengan sangat jelas. Bukannya mendengarkan dia, justru aku sibuk memperhatikan wajahnya dan tidak bisa berpaling dari wajahnya. 

"Nanti kita sebutin satu kata secara bersamaan sampai kita sebutin satu kata yang sama. Gimana ngerti kan?"

"Oke-oke paham, terus gimana aku sama temenku kamu sama temenmu ya."

"Aku mau coba sama kamu." Jawabannya yang membuatku terkejut.

Ya walaupun akhirnya tetap kita bergantian untuk bermain setidaknya dia pernah memilih untuk bermain bersamaku. Beberapa kali kami bermain tetapi tidak pernah menyebutkan kata yang sama, sampai kita sudah menyerah dan ingin berganti partner bermain tetapi aku masih ingin dengannya. "Coba sekali lagi deh ayo bisa nih" ucapku.

"Oke ayo sekali lagi ya."

"hujan" kataku 

"Awan" ucapnya secara bersamaan

"Langit" kataku lagi 

"Air" ucapnya sekali lagi bersamaan denganku. Dia melanjutkan ucapannya, "Oke bisa ya inget langit dan air, jangan terlalu jauh."

"Oke satu dua tiga" teman-teman kita berhitung untuk mengucapkan kata berikutnya

"Pantai" kita mengucapkan kata itu dengan bersamaan.

Kita tertawa-tertawa kegirangan karna kita bisa menyebutkan kata yang sama secara bersamaan. 

"Ini tuh Chemistry namanya." Ucapannya yang sampai saat ini aku ingat.

SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang