Pertemuan Kembali

12 4 0
                                    

Aku pikir aku benar-benar tidak akan bertemu dengannya kembali, tapi alam seolah-olah tidak merestui aku untuk melupakannya. Aku dan dia berada di kampus yang sama, kita berkuliah di kampus yang sama. Apakah ini takdir atau hanya untuk menambah rasa sakitku.

Dia menghubungi ku, memastikan apakah aku benar-benar di kampus yang sama dengannya.

Isi dalam chat
Dia tiba-tiba menghubungiku lagi, "Kamu kuliah di kampus ini?"

"Iya kenapa?", awalnya aku tidak tahu maksudnya menanyakan itu.

"Sama loh, aku juga di kampus ini." Jawabnya yang membuatku mematung

Aku tidak tahu harus bahagia atau justru sedih. Aku bahagia aku bisa melihatnya lagi, tapi akan semakin sulit untuk aku melupakan dia. Pernah suatu ketika aku bertemu dengannya, bukan secara tidak sengaja, aku benar-benar menunggunya di depan kelasnya untuk sekedar melihatnya dan tidak untuk menyapanya. Tapi aku mencoba menghubunginya seolah-olah aku tidak sengaja melihatnya.

"Tadi aku ga sengaja lihat kamu di kampus?"

Dia bertanya, "Oh iya, kenapa kamu ga coba buat panggil aku?"

"Gapapa, takut salah orang soalnya."

"Lain kali kalau lihat aku panggil aja ya." Ucapan dia lagi dan lagi membuatku meleleh seperti es.

"Iya oke."

Dia masih mencoba mencari obrolan, "Gimana sejauh ini kuliah? Enak?"

"Engga enak, aku ga suka kuliah." Aku merasa seakan-akan aku bisa mengeluh, aku mempunyai tempat untuk mengeluh.

Dia terus berusaha memperpanjang obrolan kita, "Kenapa ko ga suka?"

"Ga tau, aku lebih suka sekolah. Di kampus benar-benar asing buat aku."

"Gapapa, perlahan-lahan juga pasti terbiasa. Kamu cuman perlu adaptasi lagi." Lagi dan lagi jawabannya menenangkanku.

"Iya, mungkin karena baru juga sih." Kali ini aku berusaha untuk tidak mengakhiri pembicaraan ini, "Oh iya kamu gimana aman?"

"Sejauh ini aman, tapi sama seperti kamu aku masih butuh penyesuaian."

"Bagus deh kalo aman."

Dia bertanya, "Kamu lebih suka teman kuliah atau SMA?"

"Jelas banget ga perlu aku jawab kamu pasti tau."

"Hehehe, iya aku tau. Sama aku juga lebih suka SMA." Jawabnya

"Pengen deh kembali lagi ke masa-masa itu."

Dia mencoba untuk bergurau, "Pake pintu kemana saja doraemon aja gimana?"

Aku tersenyum membalasnya, "Boleh."

Aku memang merindukan masa-masa sekolahku, tapi satu yang dia tidak tahu aku merindukan kita saat di sekolah. Aku rindu bercanda bersamanya, mengobrol bersamanya, aku ingin semua terulang. Aku merasa seperti diberi harapan, bunga-bunga bermekaran dalam hatiku, aku jatuh kembali jatuh hati padanya.

SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang