Bodoh

18 5 0
                                    

*Aku pernah merasa menjadi kupu-kupu dalam hidupnya tetapi dia hanya menganggapku serangga.*

Aku memberanikan diri untuk mengajaknya berfoto bersama pada hari kelulusan karena aku berpikir kita tidak akan pernah bertemu kembli dan tidak ada salahnya itu berfoto bersama. Jika pada akhirnya dia mengetahui perasaanku padanya ya sudah karna kita tidak akan bertemu kembali. Tapi aku menyuruh teman-temanku untuk berfoto dengan dia juga, agar dia tidak berpikir bahwa aku memang menyukainya.

Sebelum itu, aku menangis melihatnya memamerkan sebuah bucket bunga kepada temannya dan berkata "Liat dia dateng kasih bunga ini." Dia mengatakan itu dihadapan ku, ternyata ada perempuan itu datang menghampirinya. Jujur semua ini sungguh rumit, aku tidak tahu perempuan itu akan datang menghampirinya karena terakhir aku dengar dia sudah tidak dekat dengan siapapun, ternyata aku salah. Aku menangis tapi ya sudah aku menghiraukannya.

Setelah acara selesai, teman-teman sekelasku pergi untuk makan bersama di suatu tempat, tentu saja ada dia. Saat itu kita tidak terlalu dekat, aku dan dia duduk berjauhan. Aku duduk dengan teman-temanku, dan beberapa teman laki-laki lain. Aku lumayan dekat dan sering bercerita dengan salah satu diantara mereka, kebetulan dia melihatku menangis. Tidak segan dia bertanya, "Kenapa tadi nangis?"

Aku menceritakan semuanya karna memang aku sudah terbiasa bercerita tentang laki-laki yang aku sukai ini padanya.

Dia menghela nafasnya dan menanggapi semua ceritaku, "Kenapa harus nangis? Kamu kan tahu dia orang yang seperti apa, kalau dia menginginkanmu dia ga akan bikin kamu menunggu dan bingung terhadap perasaannya, sudah jelas bukan."

"Tapi dia itu beda, dia ga sama seperti laki-laki lain." jawabku mencoba untuk membelanya.

"Kalau menurutmu dia beda, kenapa dia buat kamu menangis. Kenapa dia melakukan semua ini seakan-akan dia memberikanmu harapan tapi nyatanya dia bersama perempuan lain."

Aku mencoba untuk menjawabnya, tapi dia tidak membiarkanku kesempatan untuk berbicara. Dia melanjutkan ucapannya, "Masih banyak laki-laki lain yang bisa memperlakukanmu dengan baik, tapi bukan dia. Aku tahu aku paham karna aku laki-laki sama sepertinya, aku tahu apa yang dia lakukan."

Rasanya tertampar oleh seribu kenyataan, berusaha menyadari apa yang aku tunggu apa yang aku harapkan itu hanya akan membuatku sakit. Tapi lagi dan lagi mataku tertutup oleh semua perlakuannya padaku. Aku tidak mendengarkan apa yang temanku katakan, aku tetep menikmati sakit ini.

Setelah sesi foto-foto selesai, dia menghampiriku. Ntah untuk apa dia datang untuk apa dia menghampiriku. Dia duduk di depanku dan mulai mengajakku untuk mengobrol.

"Setelah lulus ini, kamu mau lanjut kemana?" tanyanya mencoba untuk membuka pembicaraan.

Aku berusaha menjawab seperlunya, "Kayanya aku mau lanjut ke Bandung deh."

"Wah jauh juga ya. Oh iya jadi ga mau aku beliin martabak coklat kejunya? Tapi aku ga bisa antar ke rumah gimana dong?" Dia masih berusaha untuk mencari topik pembicaraan.

"Kirim pake aplikasi online aja kalo gitu." jawabku menanggapinya.

"Ga mau dong masa ojol yang antar."

Aku mulai mencari topik pembicaraan, "Terus gimana, masa ga jadi?"

"Nanti deh ya aku antar, tapi belum tau kapan." Dia menjawabku sambil tertawa kecil.

Dia selalu mencoba membuka membuka obrolannya denganku, satu sisi aku senang tapi disisi lain aku menjadi lebih bingung. Aku tidak mengerti semua ini, apa yang dia mau apa yang dia maksud aku tidak memahaminya. Aku terlalu cepat merasa bahwa dia menyukaiku juga sama seperti aku menyukainya, tapi nyatanya itu tidak pernah terjadi.

SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang