𝙎𝙪𝙙𝙖𝙝 𝙩𝙚𝙧𝙗𝙞𝙩
❗️FOLLOW & VOTE DULU SEBELUM BACA❗️
Seorang wanita yang tidak ingin hidupnya terikat dalam hubungan pernikahan, akan tetapi menginginkan anak tumbuh dan lahir dari dalam rahimnya. Lalu bagaimanakah hal itu bisa terjadi?
Suatu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
JANGAN LUPA DI VOTE & KOMEN YA SAYANG
❗️Target 300 vote + 150 komen saya baru up nextnya❗️ Bab yang sebelumnya mohon di penuhi ya Jika masih ingin lanjut 🙏
ꕤꕤ
"Sungguh kau tidak mau ikut bersamaku Jesslyn?" tanya Jeon sekali lagi mungkin istrinya akan berubah pikiran. Sementara Jesslyn hanya diam, sibuk memakaikan dasi berwarna senada dengan setelan jas yang sekarang Jeon kenakan.
Setelah selesai, barulah Jesslyn menjawab. "Aku sudah mengatakan berapa kali. Aku tidak mau menghadiri acara party apapun apalagi yang menyangkut bisnismu, Jeon. Aku bukan tidak suka, tapi aku sedang hamil tua. Aku tidak boleh keluar, apalagi pulang hingga larut malam," kata Jesslyn tegas, sambil memegang perutnya.
Sebenarnya Jesslyn menggunakan alasan ini agar dia tidak keluar dan bertemu dengan kolega-kolega suaminya.
Pria itu bergelayut begitu manja seperti enggan untuk pergi meninggalkan Jesslyn seorang diri di rumah. Jeon juga takut jika Jesslyn akan kontraksi saat dia sedang tidak ada di rumah, mengingat betapa sibuknya Jeon akhir-akhir ini.
Bahkan waktu Jeon bersama Jesslyn terbilang sedikit hanya saat malam tiba dengan Jesslyn sudah terlelap. Jeon terpaksa membangunkan istrinya hanya sekedar untuk menemaninya saat tengah mengerjakan pekerjaannya atau saat dia menginginkan kebutuhan hasratnya terpenuhi. Terkadang Jeon juga merasa tidak enak hati membangunkan Jesslyn, apalagi melihat betapa susahnya Jesslyn memulai tidur dalam di usia kandungannya saat ini.
Jeon mengecup sekilas kedua pipi Jesslyn seraya berpamitan. "Aku hanya sebentar, tunggu aku di rumah,” ucap Jeon sebelum melangkah pergi.
Jesslyn mengangguk. "Pergilah, aku muak melihat wajahmu," celetuk Jesslyn dengan raut wajah tidak senang.
"Apa kau marah, sweety, karena aku jarang sekali di rumah?" tanya Jeon, sadar jika Jesslyn saat ini tengah marah kepadanya.
Jeon menarik tubuh istrinya ke dalam pelukannya. "Maafkan aku, aku janji setelah ini aku akan di rumah terus."
"Janji?”
"Iya, sweety. Aku juga tahu betul usia kandunganmu sudah menginjak hampir tiga puluh sembilan minggu. Aku tidak ingin jika kau kontraksi, lalu aku tidak ada di sampingmu, bagaimana?"
"Mangkanya jangan terlalu lama di luar. Awas saja jika kau berselingkuh dariku, kau harud ingat janjimu kepadaku?"
"Iya, aku mengingatnya, Jesslyn." Jeon mencium singkat bibir Jesslyn. "Besok, aku antar ke dokter. Bukankah besok jadwalmu untuk check up kandungan?"