-Forty Four-

0 0 0
                                    

Didepan ruangan ICU kini mereka menunggu Natalha, Albar dan Avril.

Dokter yang menangangi Avril keluar. "Dengan keluarga nona Avrilza Aqiliya?" Ayah Avril bangkit.

"Saya Dok, bagaimana keadaan anak saya?" Ayah Avril masih berharap anaknya baik-baik saja.

"Maaf Pak, nona Avril tidak bisa diselamatkan, karna nona Avril sudah meninggal sebelum dibawa kesini" Ayah dan Bunda Avril terduduk lemas dilantai, anak mereka satu-satunya telah berpulang sebelum mereka.

"NGGA KALIAN PASTI SALAH! AVRIL NGGA BAKAL NINGGALIN GUE!" Malvin berdiri menerobos masuk ke ICU.

Sedangkan yang lain sudah menangis histeris bahkan Litha juga. Avril? Anak yang selalu ceria dan membawa kegembiraan itu sudah pergi? Avril yang selalu semangat bercerita apapun ke Litha sekarang sudah tiada? Litha menangis dipelukan Radit.

"Mas, Avril pergi Mas, apa Natalha juga?" Litha tidak mau kehilangan lagi.

Sedangkan didalam ruangan Malvin terus mengguncang tubuh Avril. "Sayang bangun, kamu jangan pergi, kamu ngga boleh nyerah, liat Natalha dan Albar aja berjuang sekarang, bangun Vril!".

Sungguh Malvin tidak mau kehilangan Avrilnya, Avril yang membawa warna dalam hidupnya dan sekarang Avril pergi? Tidak, Malvin tidak mau!.

"Sayang bangun!" Malvin terus mengguncang tubuh Avril agar terbangun, namun tubuh itu tidak merespon sama sekali.

"Bahkan ketika kamu pergi kamu masih tersenyum sayang" Malvin memandang wajah Avril yang tersenyum.

Wajah yang putih bersih, bibir yang pink alami dan tersenyum tipis, itu wajah terakhir Avril.

"Kamu bahagia ya ningalin aku? Tunggu aku disana ya Vril?" Mau tidak mau Malvin harus melepaskan Avril untuk selamanya.

Falsback on

Malvin dan Avril sedang bermain dipantai, langit berwarna jingga menambah kesan romantis untuk mereka.

"Malvin nanti kalo Avril duluan, Malvin harus bahagia ya?" Celetuk Avril.

"Duluan kemana? Kita akan selalu bersama, kamu dan aku itu udah satu paket" Malvin tidak mau kehilangan Avrilnya.

"Enak aja, Malvin kira Avril itu ayam?" Avril tidak terima.

"Maksudnya kemana dan dimana pun Avril akan selalu ada Malvin, jangan takut sendiri ya sayang?" Malvin mengelus surai rambut Avril.

"Tapi kalau ngga jodoh, meski kita memaksa ngga akan bisa Malvin" Malvin menarik telapak tangan Avril.

"Jodoh ngga jodoh aku akan melawan apapun demi kamu Vril" Avril menggeleng.

"Yang Avril mau, Malvin bahagia, ada atau tidaknya Avril sama Malvin. Avril rela jika suatu saat liat Malvin bahagia meskipun ngga sama Avril, karna kebahagiaan Malvin juga kebahagiaan Avril, kesedihan Malvin juga kesedian Avril. Malvin mau kan Avril bahagia?" Malvin mengalah, dia hanya mengangguk.

Falsback off

Ternyata hari itu apa yang dikatakan Avril benar, jika mereka hanya tak direstui maka Malvin bisa melawan, namun saat ini bukan lagi tidak direstui melainkan Avrilnya diambil dan tidak akan dikembalikan.

Sekarang Dokter telah membawa jenazah Avril untuk dibersihkan. Mereka melihat tubuh Avril yang tak lagi bernyawa melewati mereka, tangisan mengiringi perjalanan Avril untuk pergi selamanya.

Dokter yang menangani Natalha dan Albar keluar bersamaan. "Permisi dengan keluarga nona Natalha?".

"Gimana keadaan anak saya? Dia baik-baik saja kan?" Litha langsung mebghampiri Dokter tersebut.

"Nona Natalha mengalami koma dan kondisinya sangat lemah" Perkataan Dokter tersebut membuat semua orang terduduk lemas.

"Sama seperti keadaan nona Natalha, tuan Albar juga seperti itu, saya tidak tau kapan tuan Albar akan sadar" Sahut dokter yang menangani Albar.

***

Setelah dimandikan dan disholati, Avril diantar menuju rumah terakhirnya. Mereka semua sangat menyayangi Avril karna Avril benar-benar membawa kebahagiaan sendiri dalam hidup mereka yang abu-abu.

"Selamat jalan Avrilza Aqiliya, pelangi yang lo kasih ke kita sekarang berubah menjadi awan gelap, selamanya selalu ada lo diantara kita" Lyly mengusap nisan bertuliskan nama Avril.

"Makasi gadis cantik dengan seribu senyuman, gue bakal kangen semua tingkah lo, gue bakal kangen ketawa lo, gimana nanti kita jelasin ke Natalha kalau sahabat yang dia anggap seperti saudara udah pergi untuk selamanya? Lo nyerah disaat Natalha berjuang untuk hidup Vril" Licha menangis disamping Lyly.

"Lo suka bunga kan Vril? Ini kita bawain seribu tangkai mawar buat lo anak baik, makasih warna yang selama ini lo usahakan buat kita, selamat jalan pembawa kebahagiaan" Abim, Rizky dan Axel juga sangat kehilangan Avril.

Tiga tahun mereka bersama, tiga tahun sudah cukup untuk mengenal baik satu sama lain. Bagaimana mereka bisa tersenyum saat oembawa senyum itu pergi?.

Bagaimana kalau Natalha bangun dan tau kalau Avril seseorang yang juga sangat berharga untuk Natalha pergi? Natalha, Lyly dan Licha tidak sekuat itu.

Ibarat sebuah rumah dengan 4 pilar, saat satu pilarnya hancur apa rumah itu masih bisa bertahan? Rumah itu akan hancur lebur apa lagi sekarang Natalha sedang berjuang antara hidup dan mati, mereka tidak mau kehilangan lagi.

Natalha, Albar dan Avril adalah orang yang sangat berperan penting dalam hidup mereka. Bagaimana kalau Natalha dan Albar juga menyerah seperti Avril?.

"Vril jangan ajak pergi Natalha dan Albar ya? Kita ngga mau kehilangan lagi" Abim menatap foto Avril yang sangat begitu cantik.

"Sayang setidaknya ajak mereka kembali ya? Jangan ajak mereka pergi" Malvin mengelus nisan Avril.

Malaikat baik itu pergi, bersama semua kenangannya, gadis penuh dengan senyum manis dan selalu mewarnai hati Malvin sekarang sudah tidak ada.

Bagaimana dengan kehidupannya tanpa Avril? Sehancur apa Malvin tanpa Avrilnya?.

***

Hehe...gimana?

Waktu temenku tau karakter yang aku ambil dari dia meninggal dia ngga terima dan dia kepo gimana kok dia bisa meninggal.

Teman-temanku banyak yang kepo dengan cerita ini tapi cuunao ragu mau kasih mereka baca, cuunao masih ngga pd hehe.

Okey baca part selanjutnya yaa!!

AlTa (S E L E S A I)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang