-Forty Seven-

0 0 0
                                    

Malvin akan memberi waktu Licha untuk beberapa hari, karna dia yakin Licha pasti sangat terpuruk dengan kejadian ini.

Sampai dua bulan berlalu kini Licha, Lyly, Rizky, Abim dan juga Axel ada dirumah sakit untuk menjenguk Natalha dan Albar yang masih dalam keadaan koma.

"Lima bulan Natalha dan lo koma Bar, lo udah ngerencanain ini semua sama tuhan biar lo dan Natalha baikan disana Bar?" Abim melihat Albar dan Natalha dari kaca luar ruangan.

"Cinta mereka bener-bener ngga usah diraguin ya? Yang satu sakit dan yang satu selalu disebelahnya" Lyly memandang mereka.

Memang benar cinta dan jodoh tidak akan bisa dipisahkan oleh apapun, mau sejauh apapun Natalha dan Albar tetap berada dijalur yang sama.

"Lo ngga ada niatan bangun Bar? Nat?" Licha menangis karna melihat keduanya.

Tiba-tiba dari arah belakang ada Malvin yang menghampiri mereka. Licha sudah menceritakan itu kepada teman-temannya, awalnya mereka mau menghanjar Malvin, tapi perkataan Licha membuat mereka sadar.

Licha selama dua bulan setelah kejadian itu selalu menghindar dari Malvin dan dibantu oleh teman-temannya.

"Cha gue bole ngobrol bentar?" Tanya Malvin.

"Itu udah ngobrol" Bukan Licha yang menyaut tapi Lyly, karna Licha masih memandang kedua sahabatnya yang sedang koma.

"Cha plis kasih gue kesempatan ngomong" Kata Malvin.

"Apa lagi? Ngga usah, waktu itu udah gue bilang kan! Udah ya gue mau balik" Licha akan melangkah pergi tapi tangannya keburu digandeng Malvin menjauh dari teman-temannya.

Lyly yang hendak mengikuti mereka ditahan oleh Rizky. "Kasih mereka waktu, biar mereka ngurus ini semua" Lyly bingung bagaimana ini.

"Terus kalau Malvin tau kalau Licha hamil gimana? Kalau dia bakal gugurin kandungan Licha gimana?" Lyly memang kecewa kepada mereka, tapi Lyly tidak bisa membiarkan anak yang tidak bersalah harus ikut pergi.

"Gue tau watak Malvin itu lebih waras dari Albar, dia ga segegabah itu, dia udah kehilangan cintanya, ngga mungkin dia mau kehilangan darah dagingnya" Ucapan Abim diberi anggukan oleh Axel dan Rizky.

"Gue pegang kata-kata lo, awas kalo ponakan gue kenapa-napa!" Lyly menatap tajam satu per satu dari mereka.

"Gue yang akan jamin" Sahut Rizky.

***

Malvin membawa Licha menuju taman rumah sakit dan duduk disalah satu bangku.

"Gimana?" Tanya Malvin membuka pembicaraan.

"Apanya?" Licha bingung apa maksud Malvin.

"Dia...ada?" Licha masih tidak paham apa yang dimaksud Malvin.

Bagaimana Avril dulu bisa tahan dengan Malvin yang seperti ini? Apa setiap hari Malvin dan Avril berkomunikasi seperti ini?.

"Dia siapa? Ngomong yang bener ato gue tinggal!" Licha hendak berdiri namun tangannya ditarik Malvin hingga tanpa sengaja dia berbalik dan terjatuh membuat perutnya membentur sandaran kursi.

"Awwws..." Licha memegang pingangnya.

"Sorry, sakit ya?" Malvin tidak sengaja melakukan itu.

"Sakit.." Licha memegang perutnya yang terasa kram.

Malvin panik, dia takut karna Licha memegang perutnya, apakah benihnya sudah tumbuh didalam sana?.

Malvin mengelengkan kepalanya dan tersadar, dia langsung menggendong Licha masuk kedalam rumah sakit.

"Ada apa ini tuan?" Tanya Suster itu menatap Licha.

"Sus dia sepertinya sedang hamil dan tadi tidak sengaja terbentur" Kata Malvin agak sedikit ragu, apa benar yang dikatakannya kalau Licha hamil?.

"Langsung saja dibawa menuju dokter kandungan tuan" Malvin langsung mengikuti arah Suster tersebut.

"Ada apa ini?" Dokter itu menatap Licha.

Tanpa menunggu jawaban Dokter tersebut langsung menangani Licha. Dia tau siapa Licha, Licha adalah anak dari teman Papinya.

"Untung saja anaknya kuat, jadi tidak mengalami keguguran" Ucap Dokter tersebut.

"Tapi Dok saya mau dia ngga ada" Cicit Licha.

Malvin yang mendengar itu menatap Licha tajam. "Maksud lo apa?!" Sentak Malvin.

Seperti yang dikatakan Abim, Malvin tidak mau kehilangan lagi, karna dia sudah kehilangan cintanya.

"Kamu tenang dulu, biar saya bicara dengan Licha" Dokter tersebut duduk dibangku sebelah brankar Licha.

"Kenapa kamu mau gugurin anak kamu? Apa yang akan dikatakan Papi dan Mami kamu saat kamu mau menggugurkan cucu mereka Cha?" Malvin nampak heran, apakah Licha dan Dokter tersebut sudah lama dekat?.

"Mami sama Papi belum tau Kak, kalau mereka tau pasti mereka akan kecewa sama Licha" Dokter itu paham dengan yang Licha kata kan, banyak pasien seperti Licha dizaman sekarang ini.

"Kamu tau? Mami dan Papi kamu dulu sangat berusaha buat dapetin kamu, karna rahim Mami kamu lemah, kamu ingat saat kamu minta adek karna aku punya adek tapi Mami kamu tidak bisa kan? Mami dan Papi kamu akan senang mengetahui mereka akan mempunyai cucu tanpa berjuang mati-matian Cha" Licha terdiam.

Dia baru ingat jarak dia dan Maminya 37 tahun, memang Maminya masih sangat begitu cantik dan awet muda, tapi umur Maminya diantara umur orang tua teman sebayanya sangat jauh.

"Tapi aku harus gimana kak?" Kini Licha bimbang harus bagaimana.

"Cha banyak orang yang ingin seperti kamu terutama Mami kamu, mau lihat dia ngga?" Dokter itu menyentuh perut Licha.

Entah kenapa perasaan Malvin sangat marah karna ada pria lain yang menyentuh anaknya!.

"Boleh kak?" Dokter tersebut mengangguk.

Setelah disiapkan semua alatnya, Licha, Malvin dan Dokter itu melihat kearah monitor. "Itu anak kalian, masih sangat kecil, mangkanya kalian sebagai orang tua harus menjaga dengan baik".

Mata Licha berkaca-kaca melihat arah monitor tersebut, sama seperti Malvin.

Dia anak gue?~ Batin Malvin tak percaya karna sebentar lagi dia akan menjadi orang tua.

Kalau Malvin ngga nerima gue setidaknya dia bisa mencintai anak ini~ Batin Licha menatap Malvin yang menatap monitor.

Setelah selesai melakuan USG mereka berjalan duduk disalah satu kursi tunggu disana.

"Jadi..?" Tanya Malvin ragu.

"Lo kalo ngomong bisa ngga gausa nanggung? Lo lupa gara-gara lo tadi dia hampir ngga ada!" Licha sungguh dibuat kesal dengan sikap Malvin.

"Maaf" Malvin menunduk seperti anak kecil yang tengah dimarahi oleh ibunya.

"Cape gue sama lo Vin" Licha memutar bola mata malas.

"Gue bakal tanggung jawab, tunggu gue dateng ke rumah lo" Perkataan Malvin membuat Licha melotot tak percaya.

Tiba-tiba ponsel Licha berdering, telpon masuk dari Axel. "APA? GUE KESANA SEKARANG!" Licha langsung berlari menuju ICU tempat Natalha dan Albar.

"Licha" Malvin mengejar Licha, dia penasaran sekaligus takut kalau anaknya kembali kenapa-napa.

***

Hayooo kepo ngga ada apa?

Terus aja baca, cepet!!!!

AlTa (S E L E S A I)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang