💛 My True Feeling 💛

1.4K 115 19
                                    

Pond melajukan mobilnya secepat yang dia mampu ke pantai. Dia segera keluar dari mobil dan mencari-cari keberadaan Phuwin.

Semoga instingnya tidak salah, karena Phuwin sendiri yang memberitahunya tentang ini. Tentang tempat rahasianya.

Tapi menurut Pond, Phuwin agaknya lumayan gila karena benar-benar nekat pergi ke pantai di hari yang sudah gelap.

Oh, tidak terlalu gelap rupanya. Ada banyak lampu penerangan di sana-sini, dan juga beberapa pasang manusia yang masih mendudukkan diri di pantai. Entah sedang apa mereka semua.

Pond diam, matanya terasa panas begitu ia melihat sosok anak sma yang selalu jadi pusat perhatiannya belakangan ini. Pond menemukannya. Phuwin sedang duduk sendirian seperti waktu itu, jaraknya agak jauh dari orang-orang lainnya.

Sial, Pond takut sekali kalau Phuwin sampai berbuat sesuatu yang membahayakan dirinya sendiri.

Pond langsung berlari dan meneriakkan nama Phuwin berulang kali.

"Phuwin!"

"Phuwin!"

Phuwin yang sedang melamun seorang diri membalikkan tubuh. Dia mendengar ada sayup-sayup suara yang memanggil namanya. Betapa terkejutnya dia saat melihat seseorang yang begitu familiar sedang berlari ke arahnya. Phuwin dengan cepat berdiri.

"Kak Pon-"

Belum sempat Phuwin menyelesaikan kalimatnya, Pond sudah lebih dulu memeluk Phuwin erat-erat.

Phuwin merasakan jantungnya berhenti berdetak untuk sesaat. Dia tidak pernah membayangkan sebelumnya akan dipeluk oleh seseorang yang akhir-akhir ini selalu membuat perasaannya tidak menentu.

Wangi aroma tubuh Pond menusuk hidung Phuwin. Dia tidak bisa bergerak sama sekali sekarang, terlebih karena Pond yang sepertinya sedang menangis dalam pelukannya.

"Kak Pond kenapa?"

Pond melepaskan tangannya dari tubuh Phuwin. "Kamu sendiri sedang apa di sini? Ini sudah malam, Phuwin!"

"A-aku..."

Pond meraih pundak Phuwin, berusaha menenangkan Phuwin yang bahunya nampak bergetar.

"Tadi ibumu mencarimu ke toko buku. Aku panik sekali."

Phuwin terperanjat. "Benarkah? Ah, aku minta maaf, kak. Apa ibuku memarahimu?"

Pond menggeleng. "Kenapa kamu minta maaf?"

Phuwin menunduk sedih. "Aku tidak mau ibuku menyakitimu."

Jemari Pond merambat naik ke wajah Phuwin, lalu mengelus pipinya pelan. "Kamu justru yang menyakitiku sekarang ini. Kamu kabur begini, semua orang di toko buku khawatir. Aku khawatir. Aku sangat khawatir. Bagaimana kalau Louis tidak tahu kamu menghilang dan kesulitan menjelaskan ke ibumu?"

Phuwin tertegun mendengarkan Pond yang bicara panjang lebar. Perlahan, Phuwin menunjukkan ponsel yang sedari tadi ada di dalam genggamannya.

"Aku sudah menelepon Louis seperti biasa."

Pond melepaskan tangannya pada wajah Phuwin. Sekali lagi, Pond merasa lega karena Phuwin tidak kabur tanpa persiapan.

"Bagaimana denganku? Kenapa kamu tidak mengangkat teleponku?"

"Aku sedang bicara dengan Louis tadi. Aku juga tidak tahu kalau kak Pond akan ke sini."

Pelan tapi pasti, Pond menggerakkan tangannya lagi. Kali ini dia berusaha meraih tangan Phuwin. Ingin menggenggamnya. Sayang, Phuwin justru menepisnya.

Pond terlonjak dibuatnya. "Kenapa?"

Phuwin nampak gelisah. "Aku tidak ingin menyakitimu, kak. Ibuku tidak suka aku berteman denganmu. Aku takut ibuku akan melukaimu kalau aku membantahnya. Lebih baik kita saling menjauh saja."

Melting • PondPhuwin ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang