Malam seperti biasa di Melody Bookstore, dan kali ini adalah giliran Mix yang menjaga meja kasir. Tadi sore, toko buku mendapatkan sortiran buku baru dari percetakan, sehingga Neo dan Drake jadi harus pulang lebih lambat dari biasanya untuk ikut menatanya di rak buku.
Neo dan Drake punya pekerjaan yang paling cocok dengan jurusan mereka. Tapi entah mengapa mereka justru terlihat santai, tidak terlalu ketagihan membaca novel seperti anak sastra pada umumnya. Meski begitu, mereka entah mengapa selalu beruntung dan jarang sekali mengulang mata kuliah.
Mix terkadang iri pada mereka. Dia ingin sekali tahu rasanya menjadi anak sastra, karena setahunya pentas drama mereka yang kerap diadakan di aula kampus keren sekali.
Di shift kerjanya kali ini, Mix tidak sendirian. Oh, bukan. Dia bukan sedang bersama Pond. Anak itu memang biasanya rajin menemaninya, tapi sekarang dia terlalu sibuk berpacaran dengan Phuwin.
Kabar ini saja baru Mix tahu tepat di malam saat Phuwin menghilang. Saat itu, seisi toko buku panik luar biasa. Tapi Pond pergi sendiri, dan setelah 30 menit berselang, Pond memberitahunya lewat panggilan telepon bahwa dia sudah bersama Phuwin.
Mereka berkencan begitu saja setelahnya. Mix sampai terkejut bukan main. Dia sendiri tidak tahu kalau di balik kedekatan Pond dan Phuwin selama ini, ada cerita cinta di dalamnya.
Belum lagi Neo dan Drake yang sama kagetnya. Kata Drake, kabar ini lebih mengerikan daripada kedatangan ibu Phuwin ke toko buku mereka.
Neo langsung mengecap Pond pengkhianat saat itu juga. Pond bilang akan menjadi trio single bersamanya dan Drake. Tapi kini, bahkan belum ada satu minggu mereka membuat perjanjian, Pond sudah melanggarnya.
Mix hanya bisa geleng-geleng kepala pada semua hal aneh yang terjadi di toko buku ini. Toko buku yang tidak hanya menyimpan banyak buku untuk dijual, namun juga segudang cerita lain milik setiap orang yang berada di dalamnya.
"Kulihat kamu suka sekali membaca novel. Kamu jurusan sastra?"
Earth lah yang ada di toko buku malam ini. Kepala cabang baru Melody Publisher ini bilang dia ingin sering berkunjung ke toko buku agar bisa memahami seluk-beluknya.
"Bukan. Aku jurusan bisnis, kak."
Earth nampak terkejut. "Sungguh? Aku tidak menyangka jurusanmu jauh sekali dari pekerjaanmu saat ini."
Mix menghela napas panjang. "Ini kemauan orangtuaku. Sejujurnya, aku juga ingin kuliah sastra. Tapi mereka memilihkan jurusanku dan bilang aku hanya perlu fokus sampai lulus saja. Setelahnya aku akan meneruskan bisnis mereka."
"Bisnis apa?"
"Resto sushi."
"Oh, memang sepertinya lebih menjanjikan, ya."
Mix tersenyum tipis, mengiyakan ucapan Earth. Memang secara realita, akan lebih baik meneruskan bisnis orang tua yang sudah dibangun sejak lama, daripada memulai lembaran baru yang belum tahu akan berhasil atau tidak.
Earth mengedarkan pandangannya, mengecek interior toko buku ini. Sederhana, minimalis, dan tentunya membuat nyaman. Rasanya tidak jauh berbeda dari toko buku di dekat kantor lamanya di ibukota.
Bedanya, di sini lumayan lengang. Tidak ada bising kereta yang lewat tiap 10 menit sekali, dan juga macet di mana-mana.
"Bagaimana pekerjaan barumu di sini, kak?"
Earth memusatkan tatapannya kembali ke Mix. "Lumayan. Tapi aku masih agak sulit beradaptasi."
"Oh, ya? Kenapa?"
"Tadinya aku editor, dan setiap hari sibuk sekali dikejar tenggat waktu. Tapi sekarang setelah jadi kepala cabang, aku bahkan kadang hanya bengong di kantor. Tidak ada yang bisa diajak bicara juga karena ruanganku terpisah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Melting • PondPhuwin ✅
Fanfiction[COMPLETE] Your dazzling smile melts the cold heart of mine. A Pondphuwin Fanfiction [Note: Hanya cerita random] Storyline©lullabyinthenight, 2021 ⚠️ Republish / edited version ⚠️