Pond adalah seorang mahasiswa jurusan bisnis. Dia sekarang sudah menginjak semester 3. Kegiatannya tidak jauh dari kuliah, lembur tugas, dan juga masih memantau toko buku yang jadi anak perusahaan milik ayahnya di bidang penerbitan.
Awal mula Pond ditunjuk untuk mengelola toko buku adalah saat dia mulai masuk kuliah, tapi dia saat itu menolak karena merasa masih terlalu dini dan sangat sibuk sebagai mahasiswa baru. Tapi setelah tahu bahwa sahabatnya, Mix, kerja paruh waktu di toko bukunya, barulah Pond bersedia bekerja juga.
Pond awalnya tidak mengerti mengapa Mix, yang juga kuliah di jurusan yang sama dengannya, memutuskan untuk bekerja paruh waktu di toko buku. Padahal menurutnya, orang tua Mix masih lebih dari mampu untuk membiayai kuliah Mix sampai lulus. Sahabatnya itu juga hanya perlu mewarisi bisnis orang tuanya nanti.
Tapi jawaban menohok dari Mix membuatnya sedikit banyak tersadar. Mix benar, anak muda tidak bisa selalu menggantungkan masa depannya ke orang tua.
Memang benar Pond bergelimang harta. Tapi rasanya itu saja tidak cukup untuk bisa membuatnya menggantikan posisi ayahnya suatu hari nanti. Mana mungkin sebuah perusahaan dipimpin oleh bos yang bodoh dan malas-malasan, bukan? Jadi, mulai sekarang, Pond berusaha meningkatkan kemampuannya lewat mengelola Melody Bookstore.
Lagipula, di sana juga ada Neo dan Drake. Mereka berdua berkuliah di kampus yang sama dengannya. Bedanya, dua laki-laki itu jurusan sastra, yang mana lebih cocok untuk bekerja di toko buku. Ada pula Janhae, saudara sepupu Mix, yang bekerja paruh waktu di tempat lain di dekat mereka. Pasti tidak akan membosankan bekerja dengan teman-teman dekat setiap harinya.
Selain itu, lokasi Melody Bookstore tidak terlalu jauh dari area kampus, membuat Pond bisa berangkat kuliah tepat waktu. Tidak perlu ada drama mengebut di jalan karena terlambat kuliah di pagi hari.
Keluar dari kampus, Pond melirik jam di tangannya. Masih jam 15:00, dan kelasnya sudah usai. Tidak ada jadwal kuliah lagi setelah ini. Tapi berjalan pulang ke toko buku juga sepertinya bukan ide yang bagus karena mataharinya masih menyengat.
Pond masih berdiri di tepi jalan, bimbang akan menyeberang atau tidak. Tapi dia sendiri tidak menemukan hal lain yang bisa dilakukan kecuali pulang.
Hampir saja memutuskan untuk menyeberang jalan raya, tanpa sengaja Pond melihat sekelebatan anak sma yang berjalan seorang diri di seberang jalan. Anak sma itu adalah Phuwin. Dia sepertinya baru pulang sekolah, terlihat dari atribut sekolahnya yang masih lengkap dipakai.
Pond hendak buru-buru menyeberang karena ingin menyapa, tapi dia urungkan niat itu karena Phuwin nampak gelisah.
Saat sudah mencapai lampu lalu lintas, harusnya Phuwin tinggal berbelok ke kiri untuk bisa lanjut berjalan menuju rumahnya sendiri. Tapi kaki Phuwin maju dan mundur beberapa kali, kelihatan bimbang.
Setelah sekian detik, Pond melihat Phuwin yang justru berjalan lurus. Phuwin terus berjalan hingga menuju halte bus. Di situlah baru dia berhenti. Phuwin duduk seorang diri menunggu busnya tiba yang entah akan mengantarkannya ke mana.
Pond tidak tinggal diam. Dia buru-buru menyeberang jalan begitu lampu hijau untuk pejalan kaki sudah menyala, dan lari ke halte yang sama dengan Phuwin.
Meski sudah berjarak agak dekat, Pond tidak mendekati Phuwin sama sekali. Dia hanya berdiri di pinggir halte sambil mengawasi Phuwin yang sedang bengong.
Satu bus berwarna biru baru saja berhenti di halte itu, Phuwin langsung naik. Pond mengikutinya di belakang. Dia masuk dan menempelkan kartu pembayaran, lalu duduk di kursi kosong tepat di belakang Phuwin.
Beruntungnya Phuwin tidak sadar sama sekali dengan kehadiran Pond. Dia justru memasang headset di telinga dan menyandarkan kepalanya di jendela bus. Mulai bengong lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melting • PondPhuwin ✅
Fanfic[COMPLETE] Your dazzling smile melts the cold heart of mine. A Pondphuwin Fanfiction [Note: Hanya cerita random] Storyline©lullabyinthenight, 2021 ⚠️ Republish / edited version ⚠️