Dengan langkah pelan tapi pasti, Phuwin menyeberang jalan dan menuju toko buku favoritnya. Suara gemerincingnya selalu membawa ketenangan sendiri di hati Phuwin tiap kali membuka pintu.
Phuwin mengedarkan pandangannya, mencari-cari kak Mix. Tapi sejauh mata memandang, dia tidak menemukan siapapun selain kak Neo di meja kasir dan Pond yang sedang menempelkan ponsel di telinganya di pojok ruangan.
Baguslah. Kak Mix jadi tidak perlu dekat-dekat dengan Pond lagi hari ini. Lagipula menurutnya, yang bernama Pond itu agak berbahaya. Terlihat dari cara bicaranya yang menyebalkan saat mengajak Phuwin berdebat kemarin.
"Hai, Phuwin!" Kak Neo menyapanya seperti biasa.
"Hai, kak." Phuwin membalas singkat sambil berjalan ke rak buku yang sudah biasa dia sambangi.
Sibuk memilih buku, Phuwin tiba-tiba dikejutkan oleh seseorang yang sebenarnya ingin dia hindari. Tapi sayang, orang itu justru mendekatinya lagi kali ini.
"Hai, pelanggan tetap."
Phuwin berdecak. Rupanya orang ini masih belum lelah beradu mulut dengannya perkara masalah kemarin.
"Namaku Phuwin, bukan pelanggan tetap."
"Oh, Phuwin, ya. Namaku Pond. Salam kenal kalau begitu, Phuwin."
Phuwin makin mengerutkan keningnya, apalagi saat Pond mencoba tersenyum lebar seperti yang biasa dilakukan kak Mix padanya. Bukannya merasa hatinya damai, Phuwin justru bergidik ngeri. Aneh sekali rasanya disenyumi oleh orang asing dalam jarak dekat begini.
Phuwin tidak membalas perkataan Pond, hanya sibuk menekuri kegiatannya mencari buku seperti sebelumnya.
"Kamu rajin sekali ke sini, ya. Mencari buku atau mencari Mix?"
Phuwin menghentikan tangannya yang hendak meraih buku lain. "Apa maksudmu?"
Pond mengendikkan bahu. "Loh? Bukannya kamu memang suka mencari Mix tiap kali ke sini?"
Phuwin mendesis. "Sok tahu. Aku ke sini untuk membeli buku. Tapi karena aku sudah kenal baik dengan kak Mix, jadi otomatis aku selalu mencarinya."
Pond hanya mengangguk, pura-pura paham walaupun sebenarnya dia tidak terlalu mendengarkan ucapan Phuwin yang menggebu-gebu.
"Lalu, kamu mencari buku apa?"
"Bukan urusanmu."
Pond terlonjak mendengar suara sedingin es yang lolos dari bibir anak sma di hadapannya. Gila, bisa-bisa Pond beku di sini.
Bermenit-menit mereka saling mendiamkan satu sama lain, utamanya karena Phuwin yang sibuk memilih buku. Ia baru mengambil buku pertama, bergeser sedikit untuk memilih buku kedua. Tapi, Phuwin tiba-tiba merasakan lengannya dicengkeram begitu akan mengambil buku ketiga.
Phuwin menatap Pond penuh tanda tanya.
"Apa yang kamu lakukan, Phuwin?"
Phuwin semakin bingung dengan pertanyaan aneh yang baru saja dilontarkan Pond.
"Aku? Mau membeli buku, lah. Apa lagi?"
"Sebanyak itu?"
Phuwin menatap ketiga bukunya lekat-lekat. "Iya. Memangnya kenapa?"
"Kamu bilang kamu sering ke sini, kan? Berarti sudah banyak buku yang kamu beli dari sini. Mau berapa banyak buku lagi yang akan kamu bawa? Mau berapa juta uang kamu habiskan di sini? Apa kamu tidak sayang uangmu?"
Dicecar pertanyaan sebanyak itu, Phuwin kehilangan kata-kata untuk menjawab. Dia memutuskan untuk merogoh dompet kecil di tangannya dengan cepat, lalu menunjukkan kartu pelanggan tetapnya seperti kemarin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Melting • PondPhuwin ✅
Fanfiction[COMPLETE] Your dazzling smile melts the cold heart of mine. A Pondphuwin Fanfiction [Note: Hanya cerita random] Storyline©lullabyinthenight, 2021 ⚠️ Republish / edited version ⚠️