Semuanya terjadi begitu tiba-tiba. Tanpa direncana. Oh, mungkin hanya ayahnya saja yang merencanakan niat busuk untuk membawa perempuan simpanannya masuk ke rumah saat ibunya sedang tidak ada.
Phuwin jadi berpikir apakah dirinya ini mirip ayahnya? Dia juga melarikan diri dari rumah saat ibunya sedang sibuk mengurus neneknya di rumah sakit.
Tapi mana mungkin mirip? Ayahnya dengan sengaja melakukan hal menjijikkan begitu, sementara Phuwin tidak melakukannya. Dia saja hanya ketiduran di rumah Pond, dan tanpa disengaja.
Lagipula, ayahnya kan jelas-jelas bersalah, dia berselingkuh. Sementara Phuwin tidak berselingkuh dari siapapun.
Ayahnya sudah sempat memohon-mohon sedari tadi agar Phuwin tidak menghubungi ibunya untuk cepat pulang. Tapi Phuwin mana peduli. Ibunya harus tahu tentang ini, maka dengan begitu mereka berdua akan lebih cepat bercerai.
"Jangan hubungi ibumu, Phuwin. Ayah mohon. Biarkan saja ayah kali ini. Ini tidak akan terjadi lagi. Ayah janji."
Phuwin menatap nyalang pada ayahnya yang sedang meracau, mungkin masih belum pulih dari mabuk.
"Terlambat. Ibu sudah turun dari bus dan akan segera ke sini."
Ayahnya menatap memohon lagi. "Tolong, Phuwin. Jangan lakukan apapun. Hapus juga foto yang kamu ambil tadi. Nanti ibumu bisa sakit jika melihatnya."
Phuwin mendengus, namun sejujurnya dia juga agak bergetar. Dia tadi tanpa pikir panjang mengambil ponsel dan memotret kelakuan tidak pantas ayahnya dan selingkuhannya, sebelum perempuan itu kabur terbirit-birit.
Sekarang dia menjadi trauma, hingga mual sekali rasanya. Beruntungnya Pond menggenggam tangannya sedari tadi, mungkin sadar jika Phuwin sedang tidak baik-baik saja.
"Sakit? Ibu saja bisa marah-marah setiap hari selama ini dan masih baik-baik saja sampai sekarang. Ayah pikir aku bodoh? Ibu tidak akan sakit semudah itu. Apalagi dia sudah tahu ayah berselingkuh sejak lama."
Pond menatap sedih pada Phuwin yang dipenuhi amarah dalam dirinya. Ini tidak seperti Phuwin yang selama ini bersikap manis padanya. Tapi apa mau dikata? Kalau Pond ada di posisi Phuwin, dia juga pasti akan melakukan hal yang sama.
Tidak berselang lama, mungkin hanya butuh 10 menit sampai akhirnya ibu Phuwin datang. Belum sempat Phuwin memberitahu detail kronologinya, tapi ibunya sudah lebih dulu menampar ayahnya tanpa ampun.
Baik Phuwin maupun Pond hanya bisa membelalak kaget.
"Apa-apaan kau ini?" Ayahnya marah, namun matanya masih mengantuk.
Kelihatan sekali kalau dia menenggak banyak alkohol tadi malam. Mungkin juga ayahnya dan perempuan itu berpesta bersama sepanjang malam.
"Sudah cukup aku tahu kamu berselingkuh di luar sana. Apa harus kamu memperlihatkannya di depan Phuwin?"
Ibu Phuwin memberikan tamparan satu kali lagi. Amarahnya sudah mencapai puncak kepala.
"Aku selalu menutupi semuanya di depan Phuwin. Tapi ini balasanmu padaku? Kamu benar-benar ingin mengakhiri pernikahan ini?"
Ayah Phuwin berdecak kesal, matanya kini membuka agak lebar. "Tidak ada Phuwin tadi malam. Aku sudah mengecek di kamarnya."
"Mana mungkin kamu tahu ada Phuwin atau tidak? Kamu saja mabuk begini." Protes ibu Phuwin lagi.
Sekali lagi ayah Phuwin terpancing emosinya. "Aku memang mabuk, tapi aku masih punya mata. Dia tidak ada di rumah semalam. Dia baru masuk ke rumah pagi ini."
Ayah Phuwin lantas menatap Pond dan mengacungkan telunjuknya. "Ini. Dia datang dengan pemuda ini."
Baik Phuwin ataupun Pond membelalak. Genggaman tangan mereka berdua terlepas begitu saja saat ibu Phuwin ikut melihat ke arah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melting • PondPhuwin ✅
Fanfic[COMPLETE] Your dazzling smile melts the cold heart of mine. A Pondphuwin Fanfiction [Note: Hanya cerita random] Storyline©lullabyinthenight, 2021 ⚠️ Republish / edited version ⚠️