Di dalam ruangannya, Pond menggaruk-garuk dahi. Pertemuannya dengan Phuwin tadi benar-benar sesuai dugaannya. Phuwin benar-benar marah.
Tidak hanya itu, Phuwin bahkan tidak mau menatapnya. Sejujurnya semua itu lumayan membuat Pond terluka. Tapi apakah dia boleh merasa seperti itu, sementara Phuwin lah yang ditinggalkan tanpa pernah dihubungi sebegitu lamanya?
Tidak mudah meruntuhkan kerasnya hati Phuwin. Pond benar-benar paham akan ini. Jadi, membuka hati Phuwin yang sudah lama tertutup kembali pasti butuh usaha yang tidak sederhana.
Tapi ngomong-ngomong, Pond sudah lama sekali tidak melihat wajah Phuwin. Phuwin nampak berubah. Jadi lebih tampan, lebih dewasa, dan tinggi badannya juga sepertinya bertambah.
Ingin sekali Pond mengatakan betapa dia merindukan Phuwin. Tapi sayang sekali, situasi menyebalkan ini menghalangi kerinduannya.
Pond memutar kursinya dan menatap jendela. Rupanya kak Earth benar. Saat naik jabatan, rasanya justru seperti tidak punya pekerjaan. Tiap hari hanya bengong saja sambil menunggu datangnya dokumen untuk dibubuhi tanda tangan.
Pintu ruang kerjanya tiba-tiba diketuk, dan seseorang langsung masuk begitu saja meski Pond belum mengizinkannya. Tapi Pond membiarkannya saja, dia tahu pasti itu adalah Neo atau Drake.
"Hai, bos."
Benar saja, Drake muncul dari balik pintu. Seperti biasa pula laki-laki itu membawa dokumen ke depan wajahnya. Tapi bedanya hari ini wajah Drake kelihatan lebih berseri-seri.
"Ada apa?" Pond melirik Drake yang tidak berhenti terkekeh seperti anak-anak.
"Aku tahu kamu pasti senang hari ini, bos. Jadi bagaimana? Lancar?"
Pond berdecak pelan. Dia langsung paham apa yang laki-laki ini bicarakan. "Lancar apanya? Dia marah padaku."
Drake membelalak kaget. "Benarkah? Bagaimana bisa? Ah, tapi wajar sih. Kamu saja meninggalkannya tanpa menghubungi sama sekali. Nomor ponsel juga diganti. Pantaslah dia marah besar padamu. Dasar laki-laki jahat."
Pond lumayan terkejut mendengar perkataan Drake yang begitu menohok. "Kamu bicara apa? Tidak biasanya menjelek-jelekkanku begitu."
"Aku tidak menjelek-jelekkanmu. Aku dengar semua ini langsung dari Louis. Kebetulan dia ada di bawah bimbinganku sekarang. Kamu harus lihat ekspresi wajah Neo saat tahu aku jadi senior pacarnya. Dia kelihatan menyedihkan sekali."
"Louis memberitahumu?" Pond balik bertanya.
Drake mengangguk. "Tentu saja. Mana mungkin Phuwin yang bilang padaku? Mustahil dia mau menceritakan kisah cintanya sendiri. Apalagi dia yang patah hati."
Pond merengut kesal. "Aku juga patah hati bertahun-tahun kalau kamu lupa."
Drake hanya tertawa jenaka seperti sebelumnya.
"Lalu, dia bilang apa lagi padamu?" Pond menatap penuh harap pada Drake.
"Tidak ada. Tanya sendiri sana. Kamu yang putus, kenapa aku yang repot?" Drake mengambil dokumen yang sudah ditandatangani dan melenggang begitu saja keluar ruangan.
Pond jadi meradang karenanya. Awas saja bocah satu itu. Padahal Pond penasaran sekali tentang apa yang terjadi pada Phuwin selama ini.
Jika memang ini tentang alasan mengapa dia mengganti nomor ponselnya, Pond bisa menjelaskannya pada Phuwin. Semua ini bukan karena Pond membenci Phuwin, sungguh.
🌻🌻🌻
Berhari-hari sudah Phuwin selalu mengistirahatkan dirinya di taman kecil kantor ini. Entah apa yang sedang dia lakukan sebenarnya. Apakah benar-benar karena ingin menyendiri atau justru sedang berharap dihampiri Pond lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melting • PondPhuwin ✅
Fanfiction[COMPLETE] Your dazzling smile melts the cold heart of mine. A Pondphuwin Fanfiction [Note: Hanya cerita random] Storyline©lullabyinthenight, 2021 ⚠️ Republish / edited version ⚠️