Dua Bintang Kecilku

1.2K 80 15
                                    

"Zela, Zelo, ayo bangun! mama sudah menyiapkan makanan untuk kalian", sebuah teriakkan yang khas di pagi hari ini, membuat kedua bocah berusia 6 tahun itu, kini terbangun.

"Pagi, Ma..", kedua bocah itu tidak akan pernah lupa, untuk mengucapkan selamat pagi kepada ibu tersayang yang sudah melahirkan mereka.

"Pagi juga, sayang. Mama akan pergi ke hutan untuk mencari tanaman herbal lagi. Kalian baik-baik sama nenek, ya!", ujar Noa. Membelai kedua pipi putra putri kecilnya yang agak tirus. Setiap melihat kondisi kedua anaknya yang kekurangan gizi, kadang membuatnya sedih dan merasa bersalah kepada kedua anaknya.

"Mama tidak perlu khawatir. Kami akan jadi anak penurut kok! mama hati-hati ya?", ucap Anzela, sang putri kecilnya. Lagi-lagi hati nya berasa tersayat, ia sedih karena kedua anaknya tidak mendapatkan apa yang patut mereka dapatkan, karena kesalahannya.

"Ma",

"Iya, sayang? ada apa, hm?",

"Apa Zelo boleh ikut?", tanya Zelo tiba-tiba.

"Tidak perlu, sayang. Zelo main sama Zela aja ya? terimakasih sudah mau membantu mama. Zela, Zelo memang anak yang pintar!", ucapnya, dengan disertai sebuah kecupan hangat di kening kedua anaknya masing-masing.

...................

Keluar dari dalam gubuk yang selama 7 tahun ini, menjadi tempat tinggalnya. Selama ini, ia tinggal dengan seorang janda tua yang baik. Namanya Merry, jika bukan karena Merry yang menemukannya tergeletak pingsan, mungkin sekarang dia sudah tidak ada dari dulu.

"Pagi, Noa. Kau mau ke hutan?", tanya tetangga dekatnya yang seumuran dengan nya. "Oh, pagi Kinky! kau mau ke kota? terlihat rapi sekali?",

"Iya, hari ini aku akan berkunjung ke rumah saudara. Apa kau mau titip sesuatu?", tawar Kinky kepadanya. Noa menjawab dengan sebuah gelengan kepala singkat.

"Tidak perlu, hati-hati selama di jalan. Jangan lupa bawa bekalmu! aku pergi dulu, takut kesiangan", ucap nya. "Siap, Mama Noa! Kinky akan melaksanakan perintah mama dengan baik!",

"Kau ini kebiasaan!", ia mencubit gemas, hidung Kinky. "Ampun, Ma! Kinky hanya bergurau..",

"Yasudah, aku pergi dulu. Titip salam untuk saudara mu",

"Siap! Mama Noa!", Noa hanya bisa menggeleng pelan, ia sudah terbiasa dengan tingkah tetangganya itu. Karena Kinky juga, anak-anaknya memanggil nya dengan sebutan mama. Meski awalnya menolak, tapi lama kelamaan ia terbiasa juga.

Ia segera melangkah, pergi meninggalkan Kinky yang melambaikan tangannya ke arahnya. Diam-diam Noa tersenyum, Kinky merupakan sosok yang baik dibalik tingkah jahilnya. Tapi Noa, belum siap untuk membuka hatinya lagi.

Ia masih menaruh harapan kecil pada ayah-ayah dari anaknya. Meski itu sia-sia saja. Karena mereka sudah menikah dengan orang lain dan sudah memiliki 1 putra. Entah kenapa mereka menikahi orang yang sama. Dan anehnya, usia anak-anaknya tidak jauh berbeda dengan usia anak dari orang-orang yang dicintainya.

Memutuskan untuk tidak berprasangka buruk. Ia segera menepis pikiran itu, dan tetap melanjutkan hidupnya demi kedua bintang kecilnya.

.................

"Anu, a.. apa kami boleh bermain dengan kalian?", tanya Anzela. Anzela dan Anzelo mendekat ke arah sekumpulan anak yang sedang bermain di lapangan luas. Anzela dengan gugup langsung mengutarakan maksud mereka ke sini.

"Tidak! anak aneh yang dilahirkan dari seorang pria! sudah miskin lagi", tolak salah seorang anak yang memiliki tubuh paling gendut diantara anak-anak yang lain.

"O.. oke, maaf mengganggu kalian. Ayo, Kak!", Anzela segera menarik tangan Anzelo untuk pergi ke tempat yang lumayan jauh di sana.

Ia berhenti di depan sebuah pohon besar yang memang selalu menjadi tempat bermain kedua bocah kembar itu. "Zel, kau oke?",

"Aku oke. Tapi.. Hiks hiks kenapa mereka hiks hiks membenci kita, hanya karena hiks hiks kita hiks dilahirkan oleh seorang hiks hiks.. pria? aku benci mereka, Kak!", ucap Anzela dengan isak tangis yang mengiringi.

"Kau harus kuat, Zel. Kakak dan mama akan selalu ada untukmu", balas Anzelo. Sebenarnya, hati Anzelo juga sakit karena mendapatkan perlakuan seperti itu. Mengapa sepertinya mereka itu tidak diinginkan? bahkan keduanya juga tidak tahu perihal ayah kandung mereka.

"Aku benci mama! Kenapa aku harus dilahirkan oleh seorang pria? kenapa hiks hiks.. aku benci dia! karena dia kehidupan kita seperti ini, Kak! hiks hiks..", teriak Anzela lantang. Mengapa? mengapa dia harus dilahirkan oleh seorang pria miskin yang bahkan menyembunyikan perihal ayah kandung mereka?

"ZELA! kakak selalu sabar menghadapi mu! jangan berkata seperti itu lagi!", tegur Anzelo yang tidak terima dengan ucapan adik kembarnya.

Meski situasinya seperti ini, harusnya Anzela juga tidak mengatakan hal seperti itu!

"Zela, Zelo..", sebuah panggilan membuat keduanya sontak membalikkan badan mereka. Melihat sosok ibu yang sudah melahirkan mereka, sedang menggendong tas yang berisi barang belanjaan.

"A.. ayo, pulang! mama akan menyiapkan makanan kesukaan kalian, kali ini!", ucapnya dengan senyuman di wajah.

"Ma.. Mama, tidak dengar pembicaraan kami, kan?", tanya Anzelo ragu. "Bicara apa? apa kalian menyembunyikan sesuatu dari, mama?",

"Ti.. tidak ada, Ma. Zel, ayo pulang!", Anzelo segera memimpin jalan dengan menyeret Anzela paksa. Diikuti oleh Noa yang sepertinya ingin segera menumpahkan air matanya. Bohong jika dia bilang dia tidak mendengar pembicaraan mereka.

"Maafkan ibumu ini, sayang. Maaf, karena ibu kalian dijauhi oleh anak-anak yang lain. Maafkan ibu..", batin Noa. Setetes air mata kembali jatuh, namun seperti saat yang lalu, ia langsung menghapusnya. Ia harus terlihat kuat dihadapan kedua anaknya.

Meski hatinya sakit saat mendengar perkataan salah satu anak kesayangannya. Namun, ia harus tetap kuat. Meski hati dan tubuhnya sudah hancur, ia harus tetap bertahan. Demi kedua anaknya.

...............

To be continued

My Two Little StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang