"Kak Zela!",
Seorang remaja putri berusia 15 tahun itu berbalik. "Tangkap aku kalau bisa ya, ble!",
"Anzela", Anzela sontak saja menghentikan kegiatannya. Ia mengembalikan mainan anak kecil itu dan segera mendekat ke arah kakak kembarnya.
"Oh, ada apa Zelo?", tanya Anzela. Yah, sudah berlalu lima tahun semenjak kematian ibu mereka. Anzela sudah tidak memanggil Anzelo dengan sebutan 'Kakak' juga semenjak kematian ibunya.
"Paman mengijinkan kita untuk pergi. Mulai besok, kau harus mempersiapkan dirimu", ucap Anzelo sebelum berbalik pergi. "Tentu, Kak. Aku sudah siap untuk melihat wajah sengsara mereka",
Anzela, berlalu pergi ke arah gadis kecil itu lagi. Yah, Anzela memang sering bermain dengan anak dari tetangganya itu. Meskipun usia mereka terbilang cukup jauh.
"Rossia, menurutmu, bagaimana bentuk seorang ayah itu?", tanya Anzela secara tiba-tiba. "Um, menurutku.. ayah itu adalah cinta pertama dari anak perempuan nya. Ia sosok yang lembut meski kadang tegas. Dan pastinya, dia paling merindukan anak-anaknya jika berpisah dengan mereka, sebentar atau lama, sama saja",
"Begitu ya", menurut Anzela sendiri, sosok ayah merupakan sosok yang kejam, suka menghukum anaknya sesuka hati, menelantarkan anak-anaknya, dan tidak memperdulikan apa mereka masih hidup ataukah sudah mati. Itulah sosok ayah, yang dapat Anzela simpulkan dari kehidupannya yang dulu maupun sekarang.
...................
"Ibu apa kabar? kami akan pergi untuk mengantarkan surat-surat yang ibu minta untuk diberikannya pada mereka. Kami tahu, Bu. Kalau mereka adalah ayah-ayah kami yang bahkan tidak tau kami ada kan, Bu? doakan kami biar kami aman selama perjalanan, ya! untuk sementara, kami tidak bisa mengunjungi ibu. Tapi kami janji, akan berusaha jadi anak yang tegar dan kuat. Ibulah yang mengajarkan kami, terimakasih atas kenangan bahagia nya selama 10 tahun", ucap Anzela, memandang sendu ke arah gundukan tanah pemakaman ibunya.
Air mata kembali mengalir. Pundaknya ditepuk pelan oleh sang kakak. "Ayo pergi, Zel",
"Mmm..",
"Kami pamit dulu, Bu. Maaf, Anzelo tidak bisa menjaga ibu di sini lagi. Kami pamit ya?", kedua remaja itu, meninggalkan area pemakaman.
................
"Izinkan kami tuk masuk!",
"Maaf, Nona. Tapi anda dan tuan ini tidak boleh masuk tanpa izin", ucap penjaga yang menjaga gerbang sebuah kediaman itu.
"Sudahlah, Anzela. Bisa kalian panggilkan pemilik kediaman ini? atau siapapun itu. Katakan, ini menyangkut dengan tuan muda kalian yang sudah lama menghilang", titah Anzelo yang membuat para penjaga itu terdiam.
"Tuan muda? ka.. kalian siapanya tuan muda? kenapa warna mata dan rambut kalian mirip dengan tuan muda?", tanya salah satu penjaga.
"Kalian akan tahu nanti, sekarang tolong beritahu pada majikan mu itu, ya?", balas Anzela. Kedua penjaga itu saling pandang dan mengangguk. Salah satu dari mereka, akhirnya masuk ke dalam kediaman untuk menemui nyonya pemilik kediaman itu.
...............
"Maaf Grand ducess, ada yang memaksa ingin masuk. Katanya, ini menyangkut tentang keberadaan tuan muda!", seorang wanita tua itu menghentikan acara minumnya. Keberadaan putranya yang menghilang itu? harapan besar muncul di hati nya.
"Suruh mereka masuk dan hantarkan mereka ke ruang tamu. Aku akan memanggil suamiku dulu", titah Granducess Evandrick itu. "Baik!".
................
"Salam, Granduke dan Granducess Evandrick",
"Duduklah, Nak!", Anzela dan Anzelo, segera duduk setelah menyampaikan salam mereka. "Jadi, ada keperluan apa sehingga kemari?",
"Boleh kami memperkenalkan diri kami dulu, Granducess?", tanya Anzela dengan senyuman nya dan aura mendominasi nya yang kuat. Meski hidup menjadi rakyat jelata selama 15 tahun ini, tapi aura yang dikeluarkannya sungguh kuat, hingga Granducess Evandrick terdiam.
"Te.. tentu",
"Maaf tidak sopan, perkenalkan namaku Anzela Acolia, dan dia kakak kembarku, namanya Anzelo Acolio. Kami berdua adalah cucu kalian", ucap Anzela yang mampu membuat Tuan Evandrick dan Nyonya Evandrick terkejut. Jadi benar, jika anaknya sudah memiliki anak?
"La.. lalu, dimana ayah kalian, Nak?", tanya granducess dengan penuh harapan yang terpancar jelas di matanya. "Anda salah, Granducess Evandrick. Bukan sosok ayah, tapi ibu, anak kalian adalah sosok ibu yang sudah melahirkan kami serta merawat kami semasa kecil dulu",
Lagi dan lagi, perkataan Anzela mampu membuat keduanya diam. Kali ini, granduke lah yang bertanya. "Apa maksudmu dengan itu?",
"Maksud apanya?",
"Maksud dari, 'merawat semasa kecil' kenapa tidak ditambahkan kata, hingga sekarang?", tanya granduke dengan hati-hati. Anzela terkekeh pelan, sebelum mimik wajahnya berubah menjadi menyendu.
"Anda cukup jeli juga, Tuan Evandrick. Kak, bisa tolong kakak yang ceritakan? aku tidak sanggup", tanya Anzela pada kakak kembarnya. "Baiklah",
"Putra kalian sudah meninggal, tepatnya 5 tahun yang lalu saat kami berusia 10 tahun",
PRAANGG!!
"Apa-apaan kalian! tuan muda.. tuan muda masih hidup! kalian penipu!", sarkas Uti yang langsung berjalan cepat ke arah mereka dan ingin menampar wajah Anzelo.
Namun, fitur wajah Anzelo yang amat sangat mirip dengan adiknya, cuman lebih mengarah ke tampan, bukan cantik, itu membuat Uti menghentikan aksinya.
"Ka.. kalian bohong kan? Noa, adik kecilku. Kalian bohong kan? tolong katakan jika kalian hanya berbohong!", tanya Uti, meski dijawab dengan gelengan kecil oleh Anzelo.
"Evantika! bangun, Evantika!", sang granduke panik saat sang istri mendadak pingsan. Uti sendiri, terduduk di lantai, menangis sejadi-jadinya.
"Apa yang terjadi?", Bram, Alan, dan Kiyoko yang baru sampai, langsung diperlihatkan pemandangan yang kacau. Dimana granducess yang pingsan dan pelayan pribadi granducess yang menangis. Tidak memperdulikan pecahan gelas kaca itu, mereka segera datang menghampiri.
"Uti, kau kenapa sayang?", tanya Bram khawatir pada istri nya. "Hiks Noa.. Noa masih hidup, kan? hiks hiks hiks.. tolong katakan dia masih hidup",
"Bawa ibu ke kamarnya, Ayah. Biar kami yang menanganinya di sini", granduke segera membopong tubuh istrinya yang terlalu syok sehingga jatuh pingsan.
"Bisa kalian berdua jelaskan, apa yang telah terjadi disini?",
"Dengan senang hati, Ayah!".
................
Anzela Acolia
15 tahun
Anzelo Acolio
15 tahun
................
To Be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
My Two Little Stars
RomanceKehidupan 2 orang kembar yang penuh dengan air mata. Membalas dendam kepada sosok ayah di benak mereka. Membalaskan dendam dan menghantarkan surat dari mendiang ibu mereka, itu adalah hal yang mereka lakukan. Kedua bintang kecil yang kini menggelap...