Hati yang kembali hancur

742 68 5
                                    

flashback begins

Noa berjalan menuju lapangan tempat bermain anak-anak. Ia berencana untuk menjemput anak-anaknya karena hari sudah semakin sore.

Hari ini ia mendapatkan lebihan dari seorang pembeli. Alhasil dia berencana untuk memasakkan makanan kesukaan kedua anaknya. Itu sebabnya dia mampir dulu di pasar dan membeli bahan-bahan makanan.

Ia melihat kedua anaknya yang sedang berada di dekat pohon besar. Melihat putrinya yang menangis membuat nya mempercepat langkahnya.

Namun, dia malah mendengar ucapan dari putrinya yang membuat hatinya kembali hancur melebur.

"Aku benci mama! kenapa aku harus dilahirkan oleh seorang pria? kenapa, hiks hiks.. aku benci dia! karena dia kehidupan kita seperti ini, Kak! hiks hiks..",

Air matanya perlahan menetes. Membentuk sungai-sungai kecil di pipinya. Hatinya amat sakit. Benar, putrinya memang mengatakan kebenarannya.

Ia memang seorang ibu yang tidak becus. Karena dia, anak-anaknya menderita. Karena dia, anak-anaknya tidak mendapatkan apa yang seharusnya mereka dapatkan.

Memutuskan untuk segera menghapus bekas air matanya. Ia segera memanggil kedua anaknya.

"Zela, Zelo..",

Flashback end

...............

"Anzela, makanannya dihabisin, sayang!", tegur Noa, ketika melihat porsi makan anak gadisnya yang sedikit. Sebenarnya, nafsu makan Noa sudah berkurang sejak tadi. Namun, ia pura-pura terlihat lahap dihadapan kedua anaknya.

"Aku ke kamar dulu", Anzela beranjak dari tempatnya. Ia sama sekali tidak memperdulikan ucapan dari ibunya. Anzelo yang melihat tingkah adik kembarnya itu, hanya terdiam.

"Um, mu.. mungkin Zela sudah kenyang. Zelo, lanjutin makannya ya, sayang? ibu juga lanjutkan saja makannya. Aku ingin buang air sebentar", ucap Noa, dengan senyum palsunya.

"Okey, Ma..",

..................

"Hiks hiks hiks.. maafkan mama, Nak. Hiks hiks maafkan mama. Hiks hiks hiks mama memang hiks hiks, ibu terburuk hiks di dunia hiks hiks ini. Maafkan mama hiks hiks...", suara isak tangis, terdengar nyaring di malam yang sunyi ini.

Dibalik gelapnya malam, terdapat seorang pria yang tengah bersedih. Selang beberapa saat, ia segera menimba air dari dalam sumur, tentunya dengan isak tangis yang masih setia menemani.

Membasuh mukanya menggunakan air yang sudah ia dapatkan dari dalam sumur. Memastikan agar ia tidak kelihatan baru menangis. Setelah dirasa cukup, ia langsung beranjak dari tempatnya.

Ketika berbalik, betapa terkejutnya dia, saat melihat keberadaan sosok yang selama ini menjaganya bagai anak sendiri, sedang berdiri dengan sebuah tongkat yang selalu wanita tua itu bawa kemana-mana ketika berjalan. Meski punggung wanita itu baik-baik saja, namun ia selalu saja membawa tongkat itu.

"Kamu menangis lagi? Kali ini apalagi, Noa. Katakan pada ibumu yang sudah tua ini", tanya wanita tua itu pada Noa.

Yah, percuma saja berbohong kepada si wanita tua, karena Noa begitu yakin kalau sosok wanita yang sudah ia anggap sebagai ibu sendiri itu, tidak akan percaya padanya.

"Aku seorang ibu yang buruk, Bu", suaranya bergetar, isak tangis kembali lolos. Ia tidak tahan. Biarkan saja nanti dia membasuh mukanya lagi. Tapi sekarang, dia sungguh ingin menangis.

Memeluk seseorang yang sudah ia anggap sebagai ibunya sendiri. Menceritakan masalahnya kepada sang ibu. "Anakku.. hiks hiks Zela membenciku hiks hiks, Zela membenciku, Bu. Hiks hiks aku_aku hiks hiks seorang ibu yang buruk! hiks hiks... Karena aku, mereka.. hiks hiks hidup menderita hiks hiks..",

"Kau seorang ibu yang hebat. Jangan pernah anggap dirimu tidak berguna lagi, Noa. Kau seorang ibu yang kuat dan tegar. Ibu selalu ada untukmu, sayang. Walaupun aku bukan ibu kandungmu, tapi kau sudah kuanggap anak sendiri. Curahkanlah, semua rasa sakit mu itu. Menangis memang tidak akan menyelesaikan suatu masalah. Namun, itu akan membuat perasaan kita jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya", ucap Merry, tuk menenangkan hati anak tersayangnya.

Keduanya tidak sadar, jika ada sosok kecil yang mengintip dari balik gubuk. Sirat mata hijau kebiruan itu menyendu. Isakan kecil, kini lolos. Melihat seseorang yang selalu merawatnya, kini menangis di pelukan neneknya.

Seseorang yang sudah melahirkannya tapi dia malah menyakiti hati orang itu. Kata-kata yang terlontarkan sore tadi, kembali terngiang di ingatannya. Apa mama nya itu telah mendengar apa yang dia katakan?

Tapi kenapa? kenapa malah senyuman hampa itu yang terpasang di wajah mama nya kala itu? kenapa? apa mama nya ini sungguh sangat terluka? kenapa dia bodoh sekali? kenapa dia begitu bodoh?

Kenapa dirinya bisa melontarkan kata-kata yang amat menyakitkan bagi mama nya itu? apa sebenarnya yang dia inginkan! kenapa dan kenapa.. kenapa dirinya harus berkata demikian?

Tubuh kecilnya meringkuk di lantai. Ia terisak kecil. Bodoh! kenapa dirinya bisa begitu bodoh hanya karena perkataan bocah gendut itu!

Benar! bocah gendut itu harus mendapatkan balasannya karena membuat emosinya tidak terkontrol dan berakhir menyakiti hati kecil Mamanya.

Ya, benar! si gendut itu harus m4ti!

Malam ini, bocah itu harus m4ti! sebuah seringaian keji, terbit disudut bibir seorang bocah berusia 6 tahun itu. Yang sudah melenyapkan lebih dari 500 nyawa. Gabungan antara kehidupan nya yang dulu dan sekarang.

Siapa yang menyangka. Seorang bocah perempuan, sudah menghabisi sejumlah 20 orang diusianya yang masih 6 tahun. Itu belum dihitung dengan kehidupan sebelumnya.

Ya, kehidupan sebelumnya, dengan sebutan penyihir hitam. Dengan kakaknya Anzelo yang juga sama-sama terlahir kembali. Anzelo, tidak perlu diragukan kemampuan bocah itu. Ia sudah menghilangkan nyawa sejumlah 25 orang saat usianya 6 tahun. Jika dihitung dengan kehidupan sebelumnya. 1000 nyawa yang sudah dihilangkan oleh kakak kembarnya itu. Sungguh kakak beradik yang keji.

..................

"Ah, rupanya aku terlambat. Berarti sudah 1001 nyawa yang sudah kau hilangkan, Kakak",

"Terserah. Mulut nya itu sungguh membuatku muak. Sisanya kau yang urus!",

Melihat tubuh seorang bocah yang sudah terpisah-pisah, dengan tatapan dinginnya. Dia tidak peduli saat melihat darah yang berceceran di tanah, serta bau amis yang menyeruak, ia sudah terbiasa dengan semua itu.

"Bodoh! kau memang pantas mendapatkan ini. Kau paling suka dengan ayam panggang kan? nah, mari kita panggang tubuhmu di atas api. Pasti keluargamu tidak akan pernah percaya jika putra mereka sudah hangus terbakar. Nah, mari kita mulai permainannya, gendut!",

Mengucapkan sebuah mantra, yang membuat api seketika muncul dan membakar hangus, potongan tubuh seorang bocah gempal itu.

Dibalik api yang berkobar, terlihat sepasang seringaian yang amat menyeramkan.

..................

To be continued

My Two Little StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang