Cahaya itu memudar.
Menyisakan gelap yang meraup samar.
Menimbun tiap detik dari langkah yang terlewati.Aku masih di sini, di tempat di mana dulu kamu meminta menunggu.
Aku menjaga bunga-bunga itu agar tetap mekar.
Karena jika sampai layu, aku pasti telah kehilanganmu.
-Ra-
*****
"Kak ... aku akan menikah. Menikah dengan Fathir. Aku berharap Kakak menerima Fathir. Merestui kami. Bahagia untuk kami."
Kata-kata itu masih membekas di kepala Alara. Kalimat yang ia ucapkan saat meminta restu pada Arash. Dan pria itu memberikannya izin. Arash bahkan menyediakan rumahnya sebagai tempat akad nikah akan berlangsung karena tahu bahw sang calon suami dari adik angkatnya bahkan gagal menyediakan tempat yang layak.
Arash bahkan yang menemani Alara mencari gaun pengantin karena Fathir mendadak sering menghilang.
Harusnya Alara sudah tahu tanda-tanda yang ditunjukkan Fathir. Bahwa pria itu bimbang. Dan di bawah tekanan keluarganya yang luar biasa besar, Fathir tak akan pernah memilihnya.
Di sinilah Alara sekarang, di depan penghulu. Menunduk dengan
bibir bergetar. Wanita itu berjuang menahan tangis saat jam di dinding menunjukkan bahwa dua jam telah terlewati sejak waktu akad yang ditentukan.Semua orang telah gelisah. Andai penghulu muda di depannya bukan kenalan baik Arash, sudah pasti dia akan meninggalkan tempat itu. Para tamu undangan, yang tak banyak sudah mulai berbisik-bisik.
Alara tahu betapa malang dirinya terlihat sekarang. Harusnya ia memang tak bermimpi. Tak akan pernah ada pernikahan untuk wanita rusak seperri dirinya.
Keadaan menyesakkan itu pecah oleh suara dering ponsel Arash. Alara menoleh, begitupun dengan semua orang. Kini, Arash menjadi pusat perhatian.
Alara melihat bagaimana Arash menerima panggilan itu. Ponsel diletakkan di telinga Arash. Lalu pria itu mendengarkan. Alara bisa melihat dengan jelas bagaimana pegangan Arash di ponsel itu berubah menjadi cengkeraman. Tatapan pria itu yang seolah terbakar, dan pelipisnya yang berdenyut.
Tatapan mereka bertamu dan Alara merasa dunia runtuh di bawah kakinya.
Arash tak perlu mengucapkan apapun untuk membuat Alara paham bahwa Fathirlah yang telah menghubunginya. Bahwa Fathir tak akan pernah datang.
Alara ditinggalkan di hari pernikahannya.
Namun, sesuatu yang tak terduga terjadi. Arash tiba-tiba melangkah mendekati Alara. Wanita itu mengira Arash akan datang untuk menenangkannya. Akan tetapi, Arash justru duduk di samping Alara. Meletakkan ponsel yang masih tersambung di meja. Dia kemudian menjabat tangan penghulu.
Hari itu, Arash menggantikan Fathir, menjadi pria yang menikahi Alara.
Sekali lagi, Arash menyelamatkannya. Menjadi matahari saat dunia hampir membekukan gadis itu.
Alara tak akan pernah lupa kejadian sebulan yang lalu. Kejadian yang mengubah hidupnya hingga berada di titik ini. Harusnya Alara menolak Arash melakukan itu. Mencegah pria itu untuk menyelamatkan Alara dan malah menjerumuskan mereka dalam hubungan menyakitkan sebagai suami istri.
Jika Alara cukup kuat. Andai Alara tak terlalu serakah, maka kini dirinya tak akan berakhir di meja makan sendirian seperti ini. Hanya menatap lilin yang telah padam dan menyisakan asap berbau menyengat yang menusuk penciuman Alara yang kini sangat peka.
Alara tak bisa menunggu lebih lama. Sudah lebih jam dua belas malam. Lilin itu saja telah meleleh dan menodai bagian atas kue.
Tak ada perayaan, untuk pertama kalinya setelah bersama pria itu. Betapa menyedihkan.
Orang yang harus bersamanya meniup lilin itu tidak pulang. Tidak mengabari. Seperti malam-malam biasanya.
Alara memotong kue dengan perlahan. Mengambil potongan kecil bagian bawah dengan ujung tangan, lalu memasukkannya ke mulut. Kunyahannya perlahan.
Sangat perlahan. Alara menikmati rasa manis yang memenuhi mulutnya. Rasa manis yang tak akan bisa menghilangkan seluruh rasa getir dalam dirinya.
Sepertinya mereka benar-benar telah tiba di persimpangan jalan itu. Alara bukannya tidak pernah berjuang. Percayalah, dia telah babak belur agar bisa meniup lilin bersama pria itu lagi.
Sekarang Alara memahami bahwa sudah tidak ada jalan untuk kembali apalagi tetap berdiri sendirian di sana.
Alara menelan potongan kue itu sampai habis.
Alara kemudian membaca ulang surat di dekat kue ulang tahun itu. Dia telah siap menandatangi surat itu. Surat perceraiannya.
*****
TBC
Love,
Rami
KAMU SEDANG MEMBACA
Icy Flowers
RomanceBlurb : Alara hanya punya Arash. Sosok yang menyelamatkan Alara dari ambang kematian dan mengambil alih tanggung jawab untuk merawatnya semenjak kecil. Arash menjadi dunia bagi Alara, hingga takdir membuat wanita itu harus menikah dengan sang kakak...