"Bang Liam kebiasaan banget lupa bawa bekal ke kantor." Cibir Nafla terlampau kesal dan mengemasi kotak bekal kakak laki-lakinya itu. Akibat terlalu buru-buru karena ingin meliput berita, dia harus ke kantor kakaknya itu dan membawa bekal untuknya, lagi, untuk keempat kalinya dalam minggu ini.
Setelah berbenah diri, Nafla kemudian mengambil dompet dan handphone miliknya dan memasukannya ke dalam tas kecil sebelum di jemput abang ojek online.
Di tengah keramaian kota Jakarta, Nafla turun di tempat yang akan dia tuju. Dia memasuki kantor tersebut dan tersenyum sopan pada resepsionis yang ada.
"Cari Mas Liam?" Tanya resepsionis itu yang memang sudah kenal dengan Nafla cukup lama.
"Iya mba. Orangnya ada gak?"
Resepsionis itu mengangguk dan mengatakan bahwa kakaknya itu ada di lantai empat gedung, tengah rapat dengan para anggota jurnalis yang lain.
Nafla kemudian naik ke lantai empat, duduk di meja kerja kakaknya sambil sesekali memutar-mutar kursi karena gabut menunggu kedatangan kakaknya.
Tak berselang lama, satu persatu mulai keluar dari ruang rapat dengan salah satunya Liam yang terkejut dengan adiknya yang sudah disambut oleh teman-teman timnya.
"Loh dek? Kenapa kemari? Perlu uang?" Tanya Liam menghampiri Nafla yang tengah dipeluk erat oleh Tamara dan Dian.
"Lupa bawa bekal mulu sih! Minimal kasih uang jalan buat adek lo." Sindir Dilan.
"Hooh! Syukur-syukur ada Nafla bisa bawa bekal buat lo kalo kelupaan. Nanti pas Nafla punya pacar auto dilupakan deh!" Ejek Dian.
"Brisik amat netizen! Makanya ada adek supaya bisa dibawain bekal!" Balas Liam tak mau kalah.
"Bang," tegur Nafla dengan wajah datar. "Dimakan ya, abisin. Jangan lupa minim vitamin. Adek dirumah seharian kok." Ceramah Nafla pada kakaknya itu.
"Iya adekku yang manis!" Gemes Liam dan mencubit pipi Nafla. Dia kemudian merongoh dua uang merah dan memberikannya pada Nafla. "Anggap aja ongkos."
"Kakakmu miskin banget ya? Sini ama Tante aja." Ajak Tamara membuat Liam spontan melepas paksa tangan Tamara dari adiknya.
Dia menatap tajam temannya itu. "Adek gue woi!"
Nafla kemudian pamit pada mereka yang ada disana. Dia masih harus mengurus rumah dan kerja part time di cafe yang tak jauh dari rumahnya. Tak selamanya dia akan bergantung kepada Liam terus-menerus. Tak jauh dari sana, Nafla memutuskan singgah di Indoapril untuk membeli roti, susu dan buah-buahan.
Awalnya sih keadaan baik-baik saja setelah Nafla keluar dari Indoapril, tapi karena lengah, dompet Nafla tiba-tiba dicopet oleh seorang pria dan berlari secepat kilat dari sana meninggalkan Nafla yang bengong.
"Woi!!!" Teriak Nafla dan menyusul pencopet tadi. Teriakan Nafla juga membuat orang-orang disekitar spontan menoleh. "Woi copet!"
Para warga yang mendengar itu lalu berusaha menghentikan pencopet tadi namun ia terlalu gesit sampai-sampai Nafla juga ikut kelelahan.
"Ya ampun uang gue..." Ucap Nafla dengan nafas ngos-ngosan. Apalagi di dalam dompet itu ada kartu-kartu penting seperti KTP, SIM dan beberapa kartu bank.
Beberapa warga mendekati Nafla dan membantunya untuk duduk. Mereka meminta maaf karena tidak dapat membantu namun Nafla hanya tersenyum maklum, ini karena kecerobohannya juga. Akhirnya dia pulang sambil diantar oleh salah satu abang ojek baik hati.
•••
Disisi lain, pencopet tersebut tertangkap oleh seorang anggota TNI yang kebetulan tengah ada di sana. Untungnya pencopet tersebut diamankan sebelum dihakimi warga yang ada disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Abdi Negara Dingin
FanfictionTidak sengaja kemalingan malah ketemu jodoh? Pertemuan pertama mereka memang biasanya saja, tapi akan membekas sepanjang masa. Tapi pernah ngga, jodohnya abdi Negara sedingin kutub es? Yup, bahkan Nafla juga dibuat bingung dengan benang merahnya y...