Jadi Kekasihku Saja

271 21 5
                                    

Haiiiiii!! Ada yang masih nungguin kah?? Hahahahaah mungkin last dari cerita ini. Tapi ditunggu saja ya. <3

•••

Tak bisa dipungkiri betapa lebar senyum Nafla beberapa hari ini. Padahal hanya sekedar hadiah namun dampaknya sangat berpengaruh. Tentu Liam hanya bisa tersenyum masam melihat adiknya yang di mabuk asmara tapi dirinya malah dimabuk berita yang datang silih berganti.

"Dek, cukup dek. Enggak kram tuh pipi?" Tanya Liam pada Nafla yang masih senyum-senyum menonton telivisi.

"Apasi yang enggak buat pak Teddy." Jawab Nafla membuat Liam melirik sinis. Sungguh menggelikan.

Ditengah keheningan kedua saudara itu, Nafla tiba-tiba berceletuk sesuatu yang cukup membuat Liam tersedak.

"Kalau aku sama pak Teddy pacaran, menurut abang gimana?"

"Hah―" Liam jatuh dari kursi plastiknya dan membuat makanan di tangannya terjatuh tepat di depan wajahnya. "Hah?! Coba ulang?!"

"Ish! Kalo aku sama pak Teddy pacaran!" Rengek Nafla yang sedikit kesal tapi tak ayal wajahnya memerah saat mengatakan hal itu.

Liam kembali duduk di kursi plastiknya dan menatap Nafla. Dia nampak memikirkan ucapan Nafla tentang hubungan cintanya dengan Teddy. Sebenarnya sih Liam tidak terlalu pusing akan hal itu, toh Teddy menjaga adiknya benar-benar sangat baik.

Namun yang dipikirkan Liam hanya pendapat orang-orang nantinya.

Teddy sudah seperti artis yang punya banyak penggemar saat kampanye politik. Yang ditakutkan olehnya adalah Nafla yang akan mendapatkan cyber bullying secara tak langsung ataupun kata-kata yang tak pantas. Adiknya orang yang lembut dan cukup perasa dalam beberapa hal, inilah mengapa Liam begitu menjaga adiknya itu.

Sambil membersihkan keripik pisang yang ada di wajahnya, Liam lalu berucap. "Abang oke-oke aja sih. Dilihat-lihat juga, Teddy sayang sama adek."

"Kalo langsung nikah?"

"Dek, jangan ngelunjak kau ya!"

•••

Setiap tempat punya cerita masing-masing. Semua orang pasti punya tempat dimana kenangan indah mereka disimpan jadi setiap kali dia melihat tempat itu, selamanya dia akan mengingat kenangan itu.

Begitu juga untuk Cafe tempat Nafla berkerja.

Mungkin kelihatan biasa, tapi bagi Nafla, Cafe itu punya satu cerita yang akan dia ingat sampai kapanpun.

Siang hari tepat sebelum jam makan siang, Nafla tengah menghitung uang di kasir sambil bersenandung kecil. Suasana hatinya sungguh menyenangkan akhir-akhir ini.

"Naflaa, tolongin gue dong! Ini berat banget!" Teriak Abel dari gudang membuat Nafla menoleh risih, untung tidak ada pelanggan hari ini.

Nafla lalu masuk ke gudang penyimpanan makanan dimana bahan-bahan kue, susu segar, bubuk kopi dan beberapa peralatan yang masih dilindungi plastik tersimpan disana. Dia melihat Abel yang tengah mengangkat sebuah kotak berisi stok kopi yang akan mereka gunakan di rak kedua.

"Bantuin!!" Rengek Abel membuat Nafla menatap bingung.

"Lah, pacar lo dimana? Kok minta ke gue?"

"Sibuk! Bantuin dulu kek! Nanti gue beliin novel Tere Liye yang gue janjiin."

"Tiga?"

Si Abdi Negara Dingin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang