"Adek!!! Kameja biru tua kakak dimana?!" Teriak Liam pada Nafla yang baru saja menuruni tangga dengan wajah mengantuk.
"Udah adek taroh di kamar, cari yang bener kek. Mana berisik banget lagi!" Geram Nafla dan mengacak-acak rambutnya kesal. Bagaimana tidak, ini masih setengah empat pagi! Andai saja bukan karena liputan pagi sang kakak, Nafla dengan senang hati pasti akan melempar vas bunga pada Liam.
Liam kini memasang dasinya sambil melihat di cermin. Dia melihat Nafla yang kembali terlelap di sofa. Sepertinya dia terlalu bising sampai-sampai membuat adiknya ini terbangun. Liam kemudian mengambil selimut dan menyelimuti tubuh Nafla.
"Maaf ya dek." Katanya pelan dan meredupkan lampu di ruang keluarga sebelum keluar dari rumah.
••••
"Temenin ke mall yok. Mau ga?" Ajak Putri pada Nafla yang duduk di sebelahnya. Mereka berdua kini tengah berada di dalam mobil menuju mall untuk berbelanja, lebih tepatnya hanya Putri.
"Iya-iya. Mau beli apa emang? Tas branded baru?"
"Tuh tau hehe. Sekalian sama iPad sih. Buat kuliah."
Mereka sampai di mall tepat tengah hari. Putri langsung menarik Nafla ke arah tempat pembelian barang elektronik sebelum menuju ke toko tas.
"Mau gak?"
Putri tiba-tiba bertanya membuat Nafla sontak heran.
"Gue beliin lo hp baru mau gak?" Tanya Putri.
"Gausah! Ngapain coba? Hp gue juga masih bagus." Jawab Nafla dan menunjukkan handphone di tangannya yang masih terlihat layak dipakai. "Mentang-mentang banget lo, banyak duit, gausah."
"Yaelah. Sama siapa aja lo." Cibir Putri. "Tapi kalo perlu apa-apa bilang ke gue! Jangan diam-diam aja kaya waktu itu!"
"Iya cerewet. Sono beli."
Setelah membeli iPad, mereka lanjut ke toko tas membeli tas baru. Di tengah-tengah obrolan mereka, mall tiba-tiba saja menjadi ramai. Sontak keduanya menepi dan melihat di tengah-tengah mall ada salah satu Capres yang tengah berjalan-jalan.
"Eh itu kan Pak Bowo yak?" Kaget Putri.
"Emang pak Bowo kak. Lalu mau apa?" Tanya Nafla tidak mengerti.
"Temenin gue fotoin pak Bowo, cepet!"
"Aelah Put!"
"Cepetan!!"
Nafla menarik nafas sabar dan menyusul Putri yang berusaha menerobos orang-orang banyak yang tengah berusaha untuk sekedar berjabat tangan ataupun memotret pak Bowo.
Akibat terlalu banyak orang berdesakan, ajudan pak Bowo segera berusaha membuat para warga untuk tertib dan membuka jalan bagi atasannya untuk berjalan. Namun karena saking ramainya, ajudan tersebut terpaksa harus dengan kasar menggeser tubuh para warga karena terlalu menghimpit mereka.
Nafla yang kebetulan dekat dengan ajudan tadi, tak sengaja terdorong karena orang di depan ajudan tersebut tersandung kakinya sendiri dan oleng tepat di sebelah Nafla yang berusaha mencari Putri yang entah sudah berada dimana.
Nafla sontak terjatuh dengan seseorang tepat di atas tubuhnya. Dia berteriak sesekali sambil berusaha keluar dari kerumunan tadi.
Pak Bowo dan salah satu sekertaris nya ternyata mendengar teriakkan Nafla.
"Kamu dengar itu, Agung?" Tanya Pak Bowo memastikan. Agung mengangguk membenarkan.
"Teddy," panggil pak Bowo. "Coba kamu lihat dulu para warga. Sepertinya mereka ada yang terinjak-injak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Abdi Negara Dingin
FanfictionTidak sengaja kemalingan malah ketemu jodoh? Pertemuan pertama mereka memang biasanya saja, tapi akan membekas sepanjang masa. Tapi pernah ngga, jodohnya abdi Negara sedingin kutub es? Yup, bahkan Nafla juga dibuat bingung dengan benang merahnya y...