Sore harinya, Nafla bekerja mengganti shift teman-temannya yang sudah bekerja dari subuh sampai menjelang sore. Sebagai seorang barista di sebuah cafe, Nafla memang kadang bekerja dengan shift tak tetap. Ditambah cafe ini buka 24 jam. Namun syukurlah cafe ini mempunyai banyak barista yang bisa saling mengganti shift.
"Semangat kerja sayangkuu." Ucap Angnes dan mengedip matanya lucu. "Kalo udah selesai nanti telpon Valen aja okay?"
"Iya mba." Balas Nafla yang tengah mengikat celemek coklat miliknya.
Bunyi lonceng terdengar bersamaan dengan datangnya banyak pelanggan sekaligus membuat Nafla nampak melongo sebentar melihat antrian yang cukup panjang hari ini. Dia mengepalkan tangannya yakin, dan langsung melayani pelanggan di meja kasir.
Bersama dengan Abel, Nafla dan Juan segera membuat banyak sekali pesanan kopi mau itu langsung atau online. Beginilah kesehariannya, walaupun ada Liam yang bisa memberi uang saku padanya, Nafla tetap bersikeras untuk bekerja demi dirinya agar Liam tidak terbebani dengan keberadaannya.
"Nafla, dua Americano sana satu Cafe Latte. Pesanan online." Ucap Abel yang tengah membaca pesanan online dai komputer.
"Itu aja?"
"I.. iya! Itu aja. Juan, satu Espresso di meja 9 ya."
"Okeh!"
Waktu berjalan cepat hingga menunjukkan hampir pukul setengah sepuluh malam namun cafe masih kelihatan cukup ramai dengan banyaknya anak muda yang masih nongkrong atupun sekedar membuat tugas kuliah.
"Naflaaa!!"
Nafla yang tengah membersihkan gelas dikejutkan dengan teriakan Putri yang membuat pengunjung sontak menatap mereka yanga ada di kasir. Abel kemudian memukul mulut Putri sebal membuat gadis itu mengaduh kesakitan.
"Mulutnya tolong ya, orang-orang disini bisa pada terganggu," sinis Abel membuat Putri memutar bola matanya sebal.
"Dih diam kau pelayan!"
Abel mengelus dadanya sabar.
"Mau pesan apa, yang mulia Putri?" Tanya dengan senyum penuh kesabaran dan kekesalan.
"Chocolate Milk sama Moccachino. Soalnya Dilan begadang hari ini. Mumpung pacarnya ini baik hati, gue beliin aja kopi." Ucap Putri menyombongkan diri.
"Iyain aja deh," sahut Abel. "Gak sekalian roti?"
"Mmh.. gak deh. Dilan cuma pengen Moccachino soalnya."
Abel mengangguk sedangkan Nafla segera menyiapkan pesanan yang dimaksud.
"Btw Liam lembur ya? Pantas aja Dilan minta di dibeliin Moccachino."
"Lembur?" Ulang Nafla. "Kalau gitu kayanya gue bisa sifht sampai pagi."
"Kata gue jangan gila deh," sahur Juan. "Begadang plus minum kopi itu ga baik, mau bunuh diri lo?"
"Kan gue bilang kayanya, bukan pastinya." Balas Nafla dan menyerahkan dua pesanan Putri.
"Makasih sayangku, semangat ya! Nanti gue traktir mie ayam pak Agus deh!"
"Brisik amat lu! Sudah sana, hush!" Usir Abel yang kesal dengan Putri yang sangat bising di telinganya.
Bukannya marah Putri malah mengejek Abel dan kabur sebelum terjadi perang dunia ke tiga. Abel menggerutu sebal sedangkan Nafla dan Juan tertawa karena mereka yang tak pernah bisa akur jika sudah saling mengejek satu sama lain.
Sebagai informasi, Putri, Nafla, Juan dan Abel merupakan teman baik sejak SMA. Putri saat ini tengah melanjutkan ke S2 sedangkan mereka yang lainnya bekerja untuk kepentingan hidup. Tapi jangan salah, Nafla, Juan dan Abel bekerja part time. Mereka hanya mengisi waktu luang saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Abdi Negara Dingin
FanfictionTidak sengaja kemalingan malah ketemu jodoh? Pertemuan pertama mereka memang biasanya saja, tapi akan membekas sepanjang masa. Tapi pernah ngga, jodohnya abdi Negara sedingin kutub es? Yup, bahkan Nafla juga dibuat bingung dengan benang merahnya y...