Kamu Cantik

803 57 0
                                    

Para Capres akhirnya mengumumkan nama Cawapres yang akan mendampingi mereka untuk pilpres tahun ini. Karena hal ini juga, Liam tidak pulang hampir tiga hari karena bekerja sangat keras untuk meliput berita ini.

Dan sebagai adik yang baik, Nafla pastinya harus menyiapkan bekal makan siang, lagi, untuk Liam. Dengan menggunakan motor vespa putih miliknya, Nafla membelah jalan menuju kantor tempat kerja kakaknya itu.

Resepsionis yang melihat kedatangan Nafla hanya tersenyum sebagai sapaan dan dibalas anggukan oleh Nafla.

Sesampainya di lantai empat, Nafla hanya bisa berdiri dari dalam lift, melihat teman-teman kakaknya itu yang tepar dengan kertas-kertas di tangannya. Padahal mereka hanya meliput berita saja, bukan berusaha menyelamatkan dunia.

"Eh, Nafla." Celetuk Tamara yang melewati lift dengan dua berkas berat yang tengah dia bawa. "Mau ketemu Liam ya? Sini aku antar."

"Kalau berat bilang mba." Ucap Nafla dan mengambil satu berkas yang dibawa Tamara. Wanita itu melihat Nafla terkejut namun dia tersenyum lebar.

"Makasih ya." Katanya yang dijawab anggukan. "Liam ada di ruang kerjanya."

"Lembur sampai kapan mba? Gak capek tinggal di kantor mulu?" Tanya Nafla yang berjalan di sebelah Tamara.

"Resiko pekerjaan. Apalagi banyak berita bagus buat diliput sekarang." Keluh Tamara dan berbelok menuju meja kerjanya. Nafla segera meletakkan berkas tadi dan lalu menghampiri Liam yang sepertinya tengah membaca sesuatu.

"Bang?" Panggil Nafla membuat Liam menoleh dengan wajah kaget. Nafla mengerutkan dahinya heran.

"Dek, abang diundang buat mewawancarai Pak Bowo malam ini.." ucap Liam masih shock. "Diundang langsung.."

"Bagus dong! Pekerjaan abang jadi sedikit ringan kan?" Respon Nafla senang dan mengeluarkan bekal makan siang dari tasnya.

Liam mengangguk senang. "Disini sih boleh bawa seseorang juga selain abang sama Dilan." Dia menatap Nafla dengan mata berbinar. "Adek ikut ya?"

"Gak." Tolak Nafla mentah-mentah membuat Liam seketika kaget dan wajahnya berubah murung.

"Kenapa?" Tanyanya dengan raut muka sedih.

"Adek harus kerja part time nanti malam. Lagipula masa adek diajak liputan? Yang kerja kan abang sama mas Dilan."

"Kan bisa minta izin bos kamu dek. Mau ya?" Bujuk Liam sambil mengatupkan kedua tangannya memohon. "Please dek, nanti abang kasih coklat besar Silverqueen spesial Valentine day. Mau ya, ya, ya?"

"Lo ga cocok muka kaya gitu," sahut Nafla datar, dia mengusap wajahnya kasar dan akhirnya mengiyakan.

"Duh makin sayang deh." Ucapnya membuat Nafla memutar bola matanya malas. "Jam tujuh ya dek. Nanti Dilan yang jemput, jika pekerjaan abang lama selesai abang nanti langsung otw ke Kartanegara aja."

"Iya-iya cerewet. Nih makan siangnya." Katanya galak namun terlihat menggemaskan di mata Liam. Beruntung sekali dia punya adik seperti Nafla.

•••

"Juan, lo belum pernah gue pelintir kepala lo hah? Sini gue pelintir!" Geram Nafla tak habis pikir. Urusan percintaan siapa, kenapa dia pula yang harus terseret.

"Besok ultahnya Abel, Nafla. Gue pengen kasih dia hadiah yang membekas." Ujar Juan putus asa.

"Ya tinggal lu tanya aja! Kenapa malah tarik-tarik gue coba? Ga punya tangan, kaki, mulut? Pantes HTS empat tahun."

"Sumpah mulut lo pengen gue robek." Juan menghela nafas sabar.

"Nah, lo mau apa?" Tanya Nafla yang sudah mengendalikan emosinya tadi.

Si Abdi Negara Dingin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang