Chapter 14

864 56 6
                                    

Hari ini Pete pergi ke tempat perbelanjaan untuk sekedar berbelanja setelah mengantar Venice sekolah. Sebelum itu dirinya pergi ke toilet dan disana terdapat beberapa antrian panjang.

"Bisa buruan gak sih?" Ucap Tine pada pria cantik di hadapannya.

"Boy, shut the fuck up!" Balas Ayan kesal.

"Saya pengen berak, Bu." Kata Tine dengan buru-buru

"Bukan elu doang, Bu." Kesal Ayan. "Semua juga pengen."

"Ahh..."

Tiba-tiba saja pria cantik di antrian nomor dua menoleh kebelakang. Iris mata Achi menatap kearah Kirin.

"Ibu jual risol nggak? Risol?" Tanya Kirin pada Achi yang sensian.

"Kelihatannya! Jual nggak, Bu. Saya?" Achi bertanya balik.

"Nggak sih, Bu."

"Ya emang enggak dongo! Ibu ini." Kesal Achi pakai banget.

Lalu Ibu-ibu cantik tepat di depan Pete pun berceletuk. Orang itu bernama Yai dan tiba-tiba curhat kepada Pete.

"Bu, saya jadi ambeien gara-gara suami saya suka pakai di belakang. Gimana ya Bu?" Tanya Yai.

"Bitch! We don't know i change you over share. The fuck!" Kesal Pete.

"I wanna know. Ha... Ha... Sorry Boy." Jawab Yai.

Tiba-tiba di antrian pertama terlihat sangat gelisah.

"Ah gak kuat." Kata Choke dan dirinya pun mencret.

Kirin pun menutup hidung. "Iyuh itu mencret, Bu."

"I yes ha.. ha.." Jawab Choke sambil tertawa canggung.








Kali ini Pete benar-benar trauma dengan yang terjadi di tempat perbelanjaan grosir. Seharusnya dia pergi ke tempat yang biasanya dirinya kunjungi.

Akhirnya pria cantik itu memutuskan untuk pergi ke cenayang di dekat kuil Buddha.

"Jadi, ramalan saya gimana, Bu?" Tanya Pete penasaran.

"Waduh."

Wanita tua itu terlihat prihatin ketika membaca garis tangan milik Pete.

"Apa maksudnya, Bu?"

"Haduh!"

"Anjing! Yang bener, Bu!" Kesal Pete.

"Ibu banyak yang suka ya?"

"Iya."

Wanita tua itu pun melihat sekali lagi garis tangan Pete. "Soalnya ada hantu wanita yang suka gangguin Ibu. Ada yang ngirim pesan juga ke Ibu."

"Apa pesannya Bu?"

"Bentar... Bentar..."

Kali ini Pete benar-benar penasaran dengan jawaban wanita tua ini.

"Apa Bu? Telinga saya kayak ada yang bisikin."

"Yu brik my heart brik. Itulah pesan yang di sampaikan oleh wanita ini." Kata cenayang itu. "Yu brik my heart brik."

"Okey, Bu." Pete mengangguk. "Saya harus apa, Bu?"

"Kalau datang dari mimpi tampolin aja ya Bu?" Saran sang cenayang.

"Iya. Bakal saya siram air cabe."

Wanita tua itu pun segera mengangguk kearah Nang Minor yang panik. Kali ini Pete benar-benar sial sekali.









Siang itu sehabis dari tempat sang cenayang. Pete menjemput Venice dan membawanya ke kantor milik Vegas. Disana pria cantik itu sedang kesal karena Vegas sedang berbicara dengan Rick si sekretaris centil.

Kali ini Vegas pun melihat kearah istri dan anaknya yang baru saja datang.

"Kalian sudah datang?" Tanya Vegas dan memeluk tubuh Venice.

Mata tajam Pete pun melihat kearah Rick yang berlalu dan segera menegur sang suami.

"Ayang!"

"Iya ayang." Jawab Vegas

"Kamu jangan deket-deket Rick. Dia itu lacur." Kesal Pete dan menutup telinga Venice.

"Kita hanya rekan bisnis aja."

"Halah! Rekan bisnis. Rekan bisnis apanya? Semuanya diawali dari rekan bisnis. Diawali dengan rekan bisnis ya. Lalu khilaf lupa anak istri. Hah!" Kesal Pete pada suaminya.

Vegas pun menghela nafas pasrah. "Ya udah aku harus apa?"

"Pakai rantai-rantai pas kita nanti malem." Ujar Pete manja. "Pas mau bercinta."

"Itu sudah biasa kita lakukan. Terus aku bisa suruh Rick kerja di kantor aku." Kata Vegas.

Pete pun berpikir sejenak. "Sudah ikuti saja apa mauku."

"Jadi, kamu mau aku cambuk."

"Ahh... Sudah cukup!"



TBC

02-02-24
Binnie-ah

The Minor Family's | SITKOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang