PROLOGUE

226 69 84
                                    

Semestinya ketika festival tradisional bernama 'Obon' yang terjadi saat musim panas, mereka pergi ke makam pendahulunya, atau keluarga yang telah meninggal untuk berdoa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semestinya ketika festival tradisional bernama 'Obon' yang terjadi saat musim panas, mereka pergi ke makam pendahulunya, atau keluarga yang telah meninggal untuk berdoa.

Tapi berlainan dengan pemikiran keempat remaja laki-laki itu, waktu di mana festival Obon digelar, kala semua arwah dari surga kembali ke bumi, mereka justru melakukan perjalanan ke sebuah desa terpencil di Hokkaido, desa Bibai.

Mobil-mobil terlantar di jalanan turut meramaikan hutan lebat yang hanya dipenuhi oleh gemerisik suara aneh, maupun embusan angin tak wajar. 

Sebenarnya, ketika kaki-kaki itu menginjak pertama kali area hutan, atsmofer mencekam telah mendominasi dan sukses membangkitkan bulu kuduk mereka.

Layaknya seakan menantang maut, ketakutan itu tak menyurutkan hasrat yang telah dipupuk demi tetap menjelajah hutan untuk menemukan reruntuhan gedung sekolah bundar. 

Mengabaikan maraknya mitos yang beredar akan banyaknya pengunjung yang tak dapat kembali dengan selamat, atau dapat kembali pun dengan kondisi mental yang tak waras diakibatkan oleh trauma hebat akan sesuatu tak kasat mata yang mendiami gedung terbengkalai tersebut.

Ragu sejenak, Kiba bersuara di tengah ketakutan yang merangkak naik, "Bagaimana jika mereka tak menerima kedatangan kita?"

Tak ingin menyerah di saat mereka nyaris mencapai tempat yang dituju, Shikamaru berusaha menyalurkan ketenangan yang teman-temannya butuhkan. "Kita telah merencanakan secara matang, 'kan? Bujuk mereka dengan sesuatu yang tersimpan di ransel Naruto."

Entah yang ke berapa kali, telapak tangannya meraba tengkuknya demi meredakan aliran udara dingin yang meraba kulitnya, Sasuke menyahut, "Apa benar mereka dapat mengabulkan permintaan kita?"

"Bukan hanya mengabulkan, melainkan obake itu juga akan memberimu petunjuk," pungkas Naruto.

"Asalkan jangan yurei saja yang mengikutimu, bisa gawat," canda Kiba, berusaha memecah atsmofer menegangkan yang sedari awal telah mengungkung mereka berempat.

"Tapi, bagaimana jika yurei yang muncul?"

"Tamatlah riwayatmu, Sasuke!" sambar Naruto, laki-laki yang paling usil dari mereka berempat.

Sasuke pun hanya mendecih sebal dan malas melanjutkan di tengah-tengah segala bentuk perasaan tak nyaman. Meski dari pertama kali ia memutuskan untuk menceburkan diri ke hutan tak terjamah oleh tangan manusia ini perasaannya tak pernah membaik.

Mungkin memang benar jika ia yang paling penakut di antara mereka berempat. Jika saja, ia tak mendapatkan kutukan itu, maka ia tak akan datang ke tempat ini demi meminta tolong pada arwah-arwah baik penunggu sekolah terbengkalai itu.

Sore itu, Sasuke lah yang berada di barisan terakhir. Entah hanya perasaannya saja, atau memang benar-benar ada sesuatu yang mengikutinya. 

Yang jelas suara ganjil yang menimbulkan gemerisik ranting maupun desiran aneh menyapa pendengarannya secara terus-terusan. Tak ketinggalan, bulu romanya telah meremang.

Jadi apakah itu yurei? Tamatlah riwayatnya jika begitu.

***

*yurei : Yurei adalah roh dari orang mati yang memiliki kebencian atau penyesalan di dunia ini sehingga tidak bisa pergi ke surga. 

Contoh terkenal Yurei adalah Sadako atau Toire no Hanako-san (Hanako-san di toilet).

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ghost In A Flower || SasuSakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang