CHAPTER 5 - THE PAST

92 22 71
                                    

"Sasuke, nanti kita ke Miko, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sasuke, nanti kita ke Miko, ya." Baru saja kaki Sasuke menyentuh lantai dapur, ibunya berseru demikian.

Sasuke mendesah agak keras. "Miko? Untuk apa?" Tapi tetap saja dia menempatkan dirinya tak jauh dari ibunya yang sedang disibukkan oleh potongan semangka segar. Karena buah itu nampak jauh lebih menggiurkan di teriknya matahari yang menimbulkan dahaga parah.

"Tentu saja untuk berkonsultasi mengenai kutukan sial itu, supaya segera hilang." Mana tega Mikoto Uchiha mendapati putranya terus-terusan digempur sial. Ingatannya pun terbang ke malam di mana putranya berteriak heboh akibat 'hantu'.

Atau Sasuke yang semakin kurus karena tak terlalu berselera makan, selalu menilai bahwa makanan yang ia racik dengan sepenuh hati hambar. Padahal jika dirasakan menggunakan lidahnya, cukup nikmat bahkan mampu membuat perasanya terbang menembus awan.

Di malam hari juga seringnya ia heboh sendiri, seperti terlibat dalam sebuah perbincangan bersama teman, padahal sendirian. Atau desas-desus mengenai putranya yang setengah sinting dari sekolah pada akhirnya sampai pada telinganya.

Orang tua mana yang terima putranya dikatakan gila! Ingin sekali rasanya Mikoto mencabik-cabik si pelaku yang menyebarkan rumor tak berdasar itu. Dan asumsinya menyimpulkan bahwa itu efek dari kutukan sial.

Memasang wajah super cemberut, Sasuke menciptakan decakan kesal. Dan itu merupakan lambang ketidaksetujuan.

Memang Sasuke sempat bersemangat pergi ke dukun, di awal-awal mendapatkan kutukan sial. Tapi, jika diingat akhir-akhir ini hal sial sama sekali tak mengintainya.

Yah, tentu saja ini di luar konteks teror dari yurei. Maksudnya, Sasuke tak lagi tercebur got, sepedanya tak lagi bermasalah seperti rem yang tiba-tiba blong, atau tak lagi nyaris disambar petir di hari berhujan seperti ini.

Yang ada justru uang jajannya sekarat, dompetnya tak lagi gemuk karena dituntut untuk menuruti kemauan si yurei sialan itu. Seperti membeli kembang api dan menyalakan kala senja.

Baiklah, Sasuke harus memikirkan sebuah cara supaya yurei itu mengembalikan yen-nya yang berharga. Yurei itu pasti sudah gila jika menganggap segalanya gratis.

"Bagaimana, nanti ibu akan membuat janji ke Miko, kerena Miko yang biasa kita datangi itu sangat padat jadwalnya," desak Ibunya.

"Sepertinya sudah hilang."

"Yang benar?"

Jika ditanya begitu malahan ragu kembali menyergap. Ah, entahlah!

"Tapi ada baiknya kita memastikan ke Miko, 'kan? Bisa berbahaya jika kutukan itu masih ada."

"Hah, baiklah!" Merasa malas mendebat keputusan Ibunya, pada akhirnya ia pasrah.

***

Shikamaru berbaring di kamar Sasuke sambil menatap genta angin yang bergemerincing oleh aliran udara. Katanya dengan meletakkan genta angin di sebuah rumah, maka akan sanggup menghadirkan sebuah keberuntungan.

Ghost In A Flower || SasuSakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang