CHAPTER 2 - THE CURSE

132 43 180
                                    

Uchiha Sasuke mendelik sebal ketika suara tawa bersahut-sahutan yang cukup girang itu menyambut kedatangannya di salah satu kafe di kota Hokuryu, Hokkaido

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Uchiha Sasuke mendelik sebal ketika suara tawa bersahut-sahutan yang cukup girang itu menyambut kedatangannya di salah satu kafe di kota Hokuryu, Hokkaido. 

Memang tampang berantakannya cukup mengundang perhatian dan berhasil menggelitik benak Kiba, Shikamaru, maupun Naruto. Bagaimana tidak, lingkar hitam di bawah mata, dan ekspresi suramnya seakan memancar sebegitu kuat di wajahnya.

Di tengah-tengah tawa yang sulit diredakan, Naruto pun menukas dipenuhi nada canda, "Suram sekali penampilanmu seperti yurei."

Oh, sial! Mengapa makhluk terkutuk itu disebut-sebut di saat ia berusaha keras untuk menghapus bayangan betapa mengerikannya malam yang ia lalui.

Sasuke pun menjatuhkan dirinya dengan sebal di kursi. "Puas? Puas mentertawakanku?"

"Tidak!" Ajaibnya jawaban bersamaan tiga orang itu berhasil memancing emosi terpendam Sasuke.

Sasuke mendengus kesal dan meraih gelas minuman yang nampak paling penuh dari yang lain, lalu meneguk cepat demi melepaskan dahaga akibat suhu tinggi musim panas. 

Kiba, si pemilik yang tak terima itu berusaha merebut kembali jus jeruknya sebelum benar-benar tandas.

Agaknya Sasuke lumayan puas membuat laki-laki itu kesal dan menambahkan juluran lidah sebagai ajang balas dendam akibat menertawainya.

Sebal akan ulah Sasuke, laki-laki itu menyela, "Nampaknya yurei itu menyukaimu." 

Oh, baiklah sepertinya semua orang yang duduk dalam satu meja dengannya telah mengetahui teror mengerikan yang mengacaukan malamnya, mungkin narasumbernya adalah Shikamaru.

"Baka*! Kau gila, ya!" umpat Sasuke tak terima.

Apa diganggu oleh yurei merupakan salah satu kutukan sial yang melekat padaku, ya, batin Sasuke. Benaknya pun bergejolak tak tenang.

Enggan terjebak dalam pemikiran gila itu ia lebih memilih menggeser topik obrolan. "Lalu bagaimana dengan kalian, apa peran obake itu terhadap hidup kalian?"

"Dia membantuku banyak hal," sergah Naruto puas.

"Benar, rasanya hidupku menjadi lebih ringan ketika ada obake disampingku." Kiba pun menanggapi antusias.

"Benar 'kan, obake itu tak seburuk yang orang kira. Mereka nyatanya juga banyak yang memiliki hati baik," ungkap Shikamarun takjub.

Obrolan-obrolan penuh pujian yang berdengung di sekitarnya benar-benar semakin membuatnya memberengut. "Irinya ... sepertinya hanya hidupku yang paling sial di sini," teriaknya tanpa kira-kira dan seketika mengundang ekspresi terusik dari pengunjung kafe lain.

Tak cukup sampai di situ, petir di siang bolong turut menggelegar seakan membelah langit Hokkaido. Praktis keempat laki-laki itu nyaris melompat terkejut.

Ghost In A Flower || SasuSakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang