CHAPTER 6 - A MEMORY

81 15 64
                                    

Mood-nya memang sudah super kacau sepulang dari Miko, ditambah lagi yang menyambutnya justru si sumber kekacauan itu sendiri, siapa lagi jika bukan yurei berambut merah muda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mood-nya memang sudah super kacau sepulang dari Miko, ditambah lagi yang menyambutnya justru si sumber kekacauan itu sendiri, siapa lagi jika bukan yurei berambut merah muda.

Tampang cengar-cengirnya itu sungguh tak membantu sama sekali dalam melepaskan beban yang menggantung di pundak Uchiha Sasuke.

Yang ada malah mulutnya tak tahan untuk mengumpat tepat di muka arwah itu, walau mungkin pada akhirnya bukan resah yang lenyap dari hati, tapi justru sebuah ancaman yang didapat. Tapi, sungguh Sasuke tak takut sama sekali jika yurei itu mengancam hendak mencekiknya.

Sasuke menjatuhkan dirinya di tepian ranjang, ketika yurei itu semakin mendekat seiring memperlebar senyumnya. "Hei, apa semasa ketika kau masih hidup kita pernah bertemu?"

Laki-laki itu tak yakin sama sekali akan konteks pertanyaanya, namun usai mendengar pernyataan dari dukun wanita itu, bahwa ia dan arwah jahat itu pernah terlibat dalam beberapa hal, atau pernah bertemu yang entah itu kapan, bukannya pertanyaan sejenis itu mewakili keduanya?

Mata emerald-nya membulat. "Ketika aku hidup?" Senyumnya yang lebar itu pudar, digantikan oleh wajah rumit. "Aku tak tahu, ingatanku 'kan hilang setelah aku mati."

Sasuke terdiam, anggap saja satu dengusan keras itu sebagai jawaban atas ketidakpuasannya.

"Memangnya ada apa, Sasu-chan?"

Sasuke menggeleng, tak mood untuk menanggapi. Ingin menganggap bahwa keberadaan yurei itu hanya sekadar embusan angin. Yang eksistensinya hanya sanggup dirasakan, maupun didengar, tapi tak sanggup dilihat. Seandainya bisa seperti itu, maka hidupnya bakal tenang, dan sempurna!

Apalagi kini kutukan sial itu nyaris tak pernah mengancam nyawanya. Benar, semestinya ia berterima kasih terhadap yurei itu. Tapi, niatannya tertahan oleh gengsi yang melambung tinggi.

"Sasu-chan!" panggilnya menggunakan nada ceria dan merdu.

"Hm ...."

Yurei itu berada tepat di belakang punggungnya yang berbaring menyamping.

"Kau diam-diam melukisku?" Punggung Sasuke menegang. "Apa kau diam-diam mengagumiku, atau bahkan menyukaiku?"

Dapat didengar dari jarak yang amat dekat, si yurei melepaskan tawa girangnya. Sasuke berbalik cepat demi menampik, "Untuk apa?" teriaknya tak habis pikir. "Dan apa? Mengagumimu? Menyukaimu?"

"Sasu-chan, bukankah itu sangat wajar. Laki-laki tertarik pada perempuan?"

Anehnya, meskipun dia hanya arwah yang tak sanggup disentuh. Pipinya menjejakkan rona merah muda seakan ada darah yang masih mengalir di tubuhnya.

Dan jika diperhatikan secara benar, di balik penerangan yang tak begitu maksimal, putih pucat yang semula ada telah tergantikan oleh putih segar selayaknya kulit manusia hidup. Mengapa bisa begitu?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ghost In A Flower || SasuSakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang