Kesempatan Pertama

44 7 1
                                    

Jam digital di dinding ruangan podcast menunjukan pukul empat lewat dua puluh menit. Tidak terasa sudah dua puluh menit waktunya dihabiskan untuk membahas sejarah seorang Daenys Rai. Anehnya Daenys tidak merasa sepertiga jam yang dihabiskannya menguras begitu banyak energinya. Mungkin karena yang dibicarakan adalah semua yang berkaitan dengan langkah awal dalam meraih mimpinya. Dan Daenys pikir dia masih akan bertahan menguasai situasi karena toh ternyata setelah dijalankan tidak begitu sulit membicarakan diri sendiri di depan umum apalagi karena Dreas bisa membuatnya nyaman. Paling tidak itu yang dirasakan Daenys sampai ketika sebuah pertanyaan yang cukup sulit mampu membuat lidahnya mendadak kelu. 

"Mohon maaf ya saya harus membacakan pertanyaan ini karena menurut saya pertanyaan ini menarik," Dreas melirik lagi layar televisi yang menunjukan komentar dengan jumlah likes yang mencapai ribuan. "Jadi Daenys, di podcast saya setiap dua puluh menit kita biasanya membacakan tanggapan dari penonton dengan jumlah likes paling banyak dan pertanyaan tersebut harus dijawab oleh bintang tamu. Sejauh ini, top comment adalah pertanyaan dari akun Mylovelyrain47: aku kangen banget lihat kak Daenys manggung. Kapan dan dimana ya kira-kira aku bisa nonton kak Daenys nyanyi lagi? Masih akan nyanyi kan Kak? Meskipun suka lihat kak Daenys di iklan-iklan dan di Instagram aku lebih suka sambil denger suaranya kak Daenys yang ngangenin. Salam sayang, penggemarmu."

Dreas jelas mengharapkan gadis di hadapannya untuk menjawab secara lancar pertanyaan yang mudah tersebut. Dibandingkan tamu-tamunya yang lain pertanyaan tadi bukan yang sulit dijawab. Penonton acaranya tidak mendesak Daenys mengungkapkan skandal besar atau rencana yang kira-kira rahasia. Cuma satu orang penggemar yang merindukan idolanya bernyanyi.

Jadi kenapa Daenys terlihat kelabakan untuk menjawab?

"Mungkin jadwal manggung kamu selanjutnya belum bisa diberitahu ke publik ya?" Dreas berusaha membantu Daenys yang sedari tadi membuka dan menutup mulutnya tanpa mengeluarkan suara. 

"Iya betul Mas," Daenys berusaha mengeluarkan senyum yang dipaksakan. Daenys seharusnya melakukan promosi untuk suatu project. Namun dia tidak yakin seperti apa bentuk promosi yang paling tepat menurut A+. 

Bahkan proyek bermusik tidak berarti promosinya akan dilakukan dengan banyak manggung. 

"Atau mungkin acara lain yang jadwalnya dekat-dekat ini? Supaya penggemar kamu bisa mengobati rasa kangen mereka."

Daenys ragu bahwa bagi penggemar karyanya, menemuinya di acara pagelaran busana itu sama nilainya dengan mendengarnya menyanyikan lagu-lagunya. 

"Saya dijadwalkan untuk datang ke Jakarta Fashion Week satu minggu lagi."

"Oh, jadi kamu akan nyanyi opening JFW tahun ini."

"Bukan... bukan menyanyi. Tapi datang."

Dreas belum tahu saja bahwa Daenys nyaris pingsan melihat bahwa pada undangan yang dikirimkan padanya, alih-alih tertulis Daenys Rai - Penyanyi, yang tercantum adalah Daenys Rai - Influencer.

"Datang? Oh maksudnya kamu datang untuk support brand tertentu ya?" 

Daenys menggeleng lagi. "Saya akan... jalan. Untuk Beliva Putuwangsa."

Dreas memang bukan ahli di bidang mode, namun dia tahu betul siapa perancang busana yang sedang naik daun itu. Terutama karena Beliva Putuwangsa juga pernah menjadi tamunya dan duduk di kursi yang sekarang diduduki Daenys. Namun yang Dreas heran, Beliva di acaranya sendiri pernah mengatakan bahwa salah satu strategi publikasi yang dilakukan pada karyanya adalah untuk menggandeng influencer-influencer mempromosikan pakaian-pakaiannya. Sementara untuk Dreas, Daenys yang barusan diajaknya mengobrol secara mendalam jelas tidak termasuk ke dalam golongan tersebut.

Dunia DaenysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang