"Mba, tolong mundur sedikit" ujar laki berbaju dinas TNI yang mencoba mendorong Anin mengamankan jalan Menham.
"apa sih, orang nggak ngeganggu" melengos Anin dengan membalikan badan. bugggg! terdengar suara berat. rupanya suara tersebut datang dari tas Anin yang tak sengaja mengayun dan mengenai badan laki-laki tersebut pada saat ia sedang membalikan badan dengan keras. Anin sontak kaget dan mendapati tatapan tajam dari laki-laki itu. "hih galak banget jadi orang" menghela napas dan pergi menjauhi kerumunan orang-orang yg bersemangat mendekati bapak MenHam hanya sekedar menyapa atau meminta berjabat tangan.
"Halo saya Anin, saya dari Shadeeta Management. Pemenang vendor EO untuk acara ulangtahun Bapak di mei nanti pak" ucap Anin yang berjabat tangan dengan seorang Sekpri Menham
"Halo mba Anin, saya Aldo. Salam kenal, terimakasih ya atas konsepnya kemarin. Keren!"
"terimakasih pak. saya tadi sudah berkontak dengan bu Alana, hari ini saya izin survei lokasi. saya boleh lihat-lihat pak?"
"Silahkan, tapi saya mohon izin tidak bisa menemani mba Anin ya. karna mau gantian sama Ajudan bapak untuk istirahat. Tapi nanti beliau saya minta untuk temani"
"baik pak, tidak apa2. saya izin kesebelah kanan sana ya"
"siap"Anin berjalan menyusuri ruangan yang dipenuhi orang-orang, memfoto sudut ruangan satu persatu untuk bahan presentasi selanjutnya di meeting nanti. Sampailah ia disatu tempat yang berisikan sebuah lukisan. Tempat itu jauh dari keramaian orang-orang, ia tertarik untuk melihat lebih dekat. sebuah lukisan simple namun berisikan makna yang sangat dalam. Anin tersenyum seraya mencoba menyentuh lukisan tersebut.
"jangan disentuh, itu lukisan paling berharga punya Menham" ucap seseorang seraya menurunkan tangan Anin yang hampir sedikit lagi bisa menyentuh lukisan tersebut.
"ish, orang cuma nyentuh" Ucap Anin yang bibirnya langsung berubah 180 derajat menjadi cemberut dan menoleh seseorang tersebut. betapa semakin mengernyit muka Anin ketika orang yg ia lihat saat ini adalah laki2 yang tidak muda, juga tidak tua. dewasa, dan sangat berkarisma. menggunakan seragam TNI berpangkat tinggi sepertinya. dengan mata yang besar dan bulat, dengan sedikit senyuman yang terlihat lesungnya. ya, itu adalah laki-laki yg ia temui beberapa saat lalu. laki-laki yg menegurnya di kerumunan tadi dan sempat terbentur tas Anin yang berisikan beberapa buku dan tab.
Anin hanya membungkukan badan mengisyaratkan pamit dengan muka yang jengkel seraya pergi meninggalkan ia.
"hey sebentar dulu. dari tadi kamu buat salah sama saya tapi gak ada basa-basinya" Anin membalikan badan begitu mendengarnya
"saya harus apa?"
"kalo orang normal pada umumnya sih, minta maaf ya"
"oke maaf ya pak" Anin bergegas pergi.
laki-laki itu mengikuti langkah Anin. Anin tak menggubris, ia tak memperdulikannya
"disebelah sini, biasanya untuk bagian deesert dan minuman. titiknya pas karna orang mudah keluar masuk dari pintu itu" ucap laki-laki tersebut kepada Anin yang masih tidak memperdulikannya. Anin terus berjalan kemudian berhenti di satu tempat. "kalo disini biasanya untuk live music, cocok lho pake panggung kecil atau datar aja sejajar dengan lantai. menghadap kesini juga bagus" sambung ia dengan menunjukan arah ke Anin yg masih tidak memperdulikannya.
Anin memotret dengan handphone nya tanpa bersuara sedikit pun. Laki-laki itu menghela nafas namun tidak terlihat kesal. ia kemudian menghadang Anin yang masih berjalan melihat-lihat tempat lain. "saya Teddy, ajudan MenHam yg diminta Sekpri Aldo menemani kamu visit" menyodorkan tangan ke Anin.
"Anin dari Shadeeta Management" menanggapi jabatan tangan Teddy sambil tersenyum. "kalo senyum seperti ini, kan jadi terlihat professional hehehe" senyum teddy dengan lesungnya yg dalam.
"baik pak Teddy terimakasih. saya boleh lanjut?". ucap Anin
"boleh". namun Anin tetap diam dan menoleh ke sebelah Teddy, maksudnya meminta Teddy minggir karna ia mau melanjutkan berjalan.
"Area deesert tadi mau saya jadikan photo booth 360 derajat. karna aksesnya mudah dan tempatnya terasa private. jadi para tamu bisa dengan bebas mengekspresikan diri tanpa takut terlihat oleh orang2 disekeliling. kemudian untuk live music saya mau posisikan ditengah aula. jadi nanti para tamu saling membaur ditengah. Area tadi. mau saya jadikan tempat deesert dan minuman." jelas Anin kepada Teddy.
"Good, gak ada salahnya juga jadi si Anti Mainstream"
ucap Teddy seraya mengikuti Anin yang berjalan untuk lanjut melihat-lihat."Terimakasih ya pak Teddy"
"dengan senang hati mbak, kalo sudah selesai saya tinggal makan dulu ya"
"oke"
Teddy meninggalkan Anin, berhenti sejenak dan memutuskan kembali menuju Anin
"kenapa pak?"
"udah makan mba?"
"belum"
"mau makan sama saya? didekat sini ada ayam bakar enak deh"
"mmm. tidak usah repot-repot pak, saya mau langsung jalan"
"bumbu rujak?"
"no thankyou" Anin melanjutkan perjalanannya
"tambahan chocopie 10 bungkus"
"not interest"
Anin tetap tak menggubris
"Topup Funworld sepuasnya"
Anin menghentikan kakinya, "menarik" ucapnya dalam hati. "tempatnya dimana?" sautnya dengan tidak menoleh sedikit pun ke Teddy.
Teddy hanya tersenyum menggeleng-geleng melihat tingkah wanita kecil ini"ohh jadi Shadeeta itu diambil dari nama kamu?"
Anin mengangguk seraya menelan makanannya
"kamu ownernya?"
Anin kembali mengangguk
"dasar.." Ucap Teddy seraya menggeleng-geleng.
"kamu tadi kesel banget sama saya ya?"
Anin kembali mengangguk
"Bisa gak dijawab nya pake suara"
"lagi makan"
"ya kan bisa"
"pak, bisa gak anteng dulu. kenapa sih ngajak berantem terus"
"lho saya gak ngajak berantem. saya justru ngajak ngobrol"
"iyaaa saya jawab nih, saya kesel bapak marah-marah terus"
"saya boleh bela diriiii?"
Anin mengangguk
Teddy menghela nafas. kemudian menjawab teguran "pertama saya, saya protek kamu bukan karna kamu mengganggu jalan pak Menham. tapi ngindarin kamu kena bodyguard beliau yg sebelah kamu banget. kamu kecil begitu kesenggol beliau mental ntar. yg kedua, waktu tas kamu yg gak tau isinya apa. sakit banget pas kena, saya mau marah. bapak posisinya deket kamu. kalo gak saya halangi, tas kamu kena bagian pinggang bapak."
"ooo" anin sambil mengangguk2 dan makan
"dan yg terakhir saya ngindarin kamu nyentuh lukisan itu cuma iseng aja hehehehe"
Anin kesal mendengarnya dan kembali dengan wajah ketus setelah beberapa detik lalu ia sudah luluh dan mau bersikap baik karna alasan Teddy yg ternyata baik.
"bisa gak, gak pura-pura gak kenal saya"
ucap Teddy.
"saya emang gak kenal bapak"
"Nin, kamu sebenci itu sama saya? Anan aja sampe gaktau loh setiap saya tanya"
"nggak benci pak, saya emang gini."
"aah temen-temen Anan lainnya disapa terus sm kamu. saya doang yang enggak. kasih tau saya dong, salah saya dimana Nin" Teddy dengan nada bercanda.
Anin menghentikan makannya
"mas, mas Teddy mukanya mirip banget sama Hasya"
"wong dia adek sepupu saya"
"ya itu makanya kenapa mirip dan aku kesel"
"ya kenapa Nin"
"Hasya selingkuh sama Fardan, cowo aku"
"kamu punya bukti?"
"kalo aku beberin semua disini gunanya apa?"
"saya bisa tegur"
"gak usah mas, makasih ya makanannya aku pamit"
"Ninnn"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Nin!
FanfictionHai, saya Anin Shadeeta. dibaca "Sa-di-ta". yaa saya hanya wanita biasa yang sedikit malang karna cinta 9tahun saya yg kandas begitu saja. Sampai saya menemuinya diwaktu adaptasi saya dengan hidup yang baru. kira-kira endingnya akan menyenangkan ata...