17 - Pagi terakhir di Bali

483 52 20
                                    

Pagi hari

Hari ini Kala dan Teddy memutuskan untuk tidak melakukan aktifitas apapun. Rasanya sudah habis tenaga mereka, setelah sepakat mengikuti kemauan Anin dan Ashel untuk mengexplore kota Bali sebelum Anin dan Teddy kembali ke Jakarta. Tak pernah 2 laki-laki  itu sangka, Anin dan Ashel  seperti tak punya rasa lelah karna setiap pagi setelah sarapan, mereka tak pernah absen mengajak hangout bersama.
Hal itu membuat  mereka menghabiskan waktu bersama selama 4 hari berturut-turut. Tentu, itu adalah ide Ashel yang disepakati oleh Anin. Mereka lakukan semata-mata untuk membuat mereka kembali akrab.

*****


"Sippp. thanks guys. present pagi ini cukup bikin gue syok sih. keren keren. gue janji sepulang dari sini akan kasih rewards untuk kalian semua yang udah kerja keras belakangan ini. Tungguin yaaa!" Ucap Anin yang menutup morning brief online dengan tim nya. Anin tersenyum tak henti, ia senang sekali dengan pencapaian tim nya selama ia tak ada. Teddy yang sedari tadi memandang Anin di sebelah pintu dengan membawa secangkir kopinya pun ikut tersenyum.
"yaelaah please deh. Teddy mulu yang dicari." Anin menoleh kedirinya. "mau in frame gak? sini.. dicariin terus tuh sama anak-anak" Tegur Anin
"emang boleh?" tanya Teddy seraya tersenyum 
"siniii." Anin dengan sangat antusias dan menggeser posisi duduknya untuk memberi space kepada Teddy. 
Teddy melangkah menghampiri Anin dan sudah terlihat in frame bersamanya. "Halo, apa kabar semua?" Ucap Teddy dan dilanjut dengan obrolan dan candaan kecil mereka dengan tim Anin. 

"Terimakasih banyak ya semua, kalian udah buat saya bahagia pagi ini. Karna Kalian Anin senyum nggak udah-udah dari tadi. hehehe. Tapi, saya lebih berterimakasih, karna kalian berhasil sampai di pencapaian besar ini."
"Semangat terus pokoknya."
"oiyaa, satu lagi. saya belum sempat bilang ini. saya minta maaf, atas apa yang sudah terjadi beberapa waktu lalu yang akhirnya berimbas dengan kalian juga. saya salut waktu saya incharge beberapa hari dikantor. semangat dan gigih kalian kerasa banget disaya bahkan sampai detik ini. Good, keren. Nanti saya komporin bos kalian untuk kasih ide rewards yang besar, okee?" ucapnya dengan menunjukan gaya jempolnya "eh by the way, dea mana dea? saya kok gak liat ya" Teddy terhenti sejenak menegaskan pandangannya pada layar. 
"Itu dea mas" Anin menunjuk.
"oo iya, Dea. saya punya utang kopi ya sama kamu. Nanti saya kirimin" ucap Teddy dengan senyum.
"pak, masa kita enggak?" 
"Auuu, kamu gak adil banget." Anin mengompor
"okeoke, Gladd. Tolong belikan Starbuks untuk semua tim sampai ke driver dan security juga hari ini ya. Totalkan dan info saya. Saya transfer." Ucap Teddy diikuti dengan  teriakan senang tim Anin "apa sekalian lunch nya juga ya Nin?" lanjutnya. 
"BOLEH PAK!" ucap mereka serentak
"wong saya nanya Anin kok kalian yang jawab" Teddy mengernyitkan wajahnya. 
Anin tertawa melihat ekspresi kekasihnya dilayar tab nya. "Acc, bosku" 
"yaudah, tolong sekalian lunch kalian dipesen juga ya Gladd." 
"siap pak, saya atur setelah ini" ucap Gladdys. 
"oke, dah yaa. ada yang mau kamu omongin lagi Nin?"
"nggak ada. udah selesai daritadi." Jawab Anin dengan senyum. "dah guys, Thankyouuu  semua." Anin menutup tab nya. 

"coba tiap pagi mas bisa liat senyum kamu yg kaya tadi Nin. mau jadi pengangguran aja rasanya biar gak kemana-mana."
"trus kalo aku kerja kemana-mana, yang mau kamu liat siapa?"
"ya kamu gausah kemana-mana, nikmatin hasil aja."
"trus penghasilanmu dari mana?"
"kan ada kamu"
"heloo? gue yang hidupin lo gitu mas?"
Teddy menyentil lembut kening Anin. "terusin aja la lo la lo gitu sama mas" ucapnya melirik tajam Anin yang cekikikan. 

"btw kamu udah packing?"  tanya Anin. 
"mas cuma bawa tas Nin, kamu yang repot pasti. udah selesai packing belum?" ucapnya seraya meneguk kopi
"tinggal koper kecil aja yang belum. Nanti malem aku beresin. hari ini kita mau jalan lagi mas?"
"emang gak cape Nin? istirahat aja lah. udah 4 hari berturut-turut kita jalan"
"seru mas, yaa walaupun kamu sama Kala kaya kucing sama guguk terus. ternyata double date sama mereka asik juga. kapan-kapan lagi yuuk?" ucapnya dengan antusias
"kamu seneng banget Nin?"
Anin mengangguk
"Nanti kapan-kapan kita kesini lagi ya, tapi gak disini. cari resort lain aja"
"kenapa emang?"
"owner nya ngeganggu"
"tapi sayang kan?"

Teddy tak menggubris ucapan Anin barusan, ia kemudian membuka ponselnya untuk mengecek pesan masuk yang berbunyi
"Nin, kok ini Gladdys ngirim total banyak banget ya. perasaan tim inti mu gak sebanyak ini?" Ucap Teddy
Anin sedikit tertawa mendengarnya "oo iyaa anak-anak lapangan lagi di kantor juga hari ini untuk briefing event lusa, mas. sok-sok an nawarin sih"
"kamu nggak ngomong-ngomong lagian." ucap Teddy dengan nada becanda. "Gakpapa deh, itung-itung bentuk syukur mas karna udah berhasil bawa kamu pulang" lanjutnya dengan senyum. 
"padahal gak usah dibujuk juga udah pasti aku pulang."
"iya, tapi pasti kamu cuma pulang ke Jakarta, gak pulang ke mas. ya toh?"
"nyinyinyinyinnyii" jawab Anin. 

"Nin.." teddy kembali dengan mode serius
"yaa?" jawabnya dengan tetap fokus pada tab nya
"muka mas disini, taro dulu tabnya."
"sebentar" Anin kemudian mematikan tabnya. "apa?"
"kamu udah mikirin nanti mau pulang kemana?"
Anin terdiam sejenak. benar juga, ia tak terfikirkan hal itu dikepalanya "menurutmu gimana mas? apa aku ke mas Anan aja ya?"
"senyamannya kamu aja sayang."
"dirumah aja, sambil pelan-pelan aku beresin apartku"
"mas udah beresin Nin, berdua Anan."
"maksudnya?"
"waktu kamu setuju pulang. mas telfon dan ngobrol sama Anan, ya kita mutusin buat renovasi apartmu ke suasana yang lebih baru biar kamu nyaman Nin. Anan bilang baru beres malem ini sih. tapi bisa dipastiin besok udah siap huni"
Anin terdiam sejenak 
"kamu jangan marah, maaf mas gak izin-izin dulu, Nin." Teddy menoleh kesebelahnya, menatap Anin yang masih terdiam memandang tab nya "Niat mas dan Anan baik kok, cuma mau kamu bisa nyaman lagi disana. lagian juga mas gak mungkin bahas-bahas yang menyangkut kejadian itu lagi kekamu. nanti kamu sedih lagi." 
Anin masih terdiam seraya mengutak atik tabnya.
"serius banget, mas dimaafin gak nih?" seraya mengelus kepalanya. 
Teddy menjadi sedikit khawatir, pasalnya Anin kini menatapnya dengan wajah yang tak menyenangkan. "marah ya?"
"mas.."
"iya Nin, mas salah, maaf"
"bisa sekalian ganti sofa baru dan perintilan lainnya gak? aku udah keranjangin ditoko oren nih. bagus kan?" seraya menunjukan tabnya "nanti aku maafin deh"
Teddy menghela nafas "mas udah panik aja. kirain kamu mau ngamuk"
"sama ganti meja makan juga boleh. jangan nanggung-nanggung. yaaa.. yaaa?" ucapnya tersenyum mendekati wajah Teddy dengan tangannya yang seperti memohon. 
Teddy meletakan telunjuknya pada kening Anin kemudian mendorongnya perlahan "munduran, takut kamu cium, masih pagi soalnya."
Anin memutar bola matanya dan menunjukan wajah sinisnya.
"gak usah disuruh Nin. semuanya udah beres. Mas udah rubah layoutnya di setiap ruangan kamu" ucapnya "mas juga pasang SmartDoor Bell dipintu, jadi kamu bisa lebih aman. CCTV mu udah bisa mas akses juga. jangan nakal, mas pantau terus nanti kalo senggang"
"termasuk dikamar?"
Teddy mengangguk "mas geser dikit ke arah toilet"
"DASAR OM OM MESUM" Anin mencubit lengannya.
"sakit Ninnn" Teddy tertawa

"tapi setau ku kalo renov-renov gitu, kita kena denda kemanagement mas. biar nanti aku urus deh" ucap Anin
"itu udah mas bayar, apalagi?"
"smoke detector aku tuh, kamu rusakin kan?"
"itu juga udah mas ganti. apalagi?"
"udah sih.. oh satu lagi, aku belum sempet temuin management apartku, nanti aku kesana deh buat minta maaf"
"gausah. mereka udah mas temuin, mas udah minta maaf sampe bawa-bawa parsel banyak dibantuin Anan, Brian, sama Galang. Udah kaya mau lamaran"
Anin menahan tawa "jangan bilang kamu pake batik juga datengnya?"
"gausah ketawa."
"hah beneran? HAHAHAHA" Anin benar-benar semakin tak bisa mengontrol tawanya. 
"nggak usah ikut-ikutan ngeledek Nin. mas udah enek banget mereka bertiga ngomongin itu mulu digrup"
"iya iyaaa, makasih ya mas." ucap Anin yang kembali ke mode senyum manis.
"jadi nanti pulang ke rumah Anan atau gimana?"
"pulang ke apartku aja lah."
"tapi kamu oke? kalo belum siap ya nanti aja Nin"
"enggak ah, kamu sama mas Anan udah segitunya masa gak aku hargain."
"lho ya gapapa Nin, kamu bisa kesana kapanpun, gak mesti besok banget. gausah mikirin mas sama Anan. tujuan kita kan yang penting kamu mau pulang."

"tapi mas.."
"apalagi Nin?"
"kamu nggak langsung bangkrut kan?"
Teddy terdiam sejenak "sebenernya Nin, mas mau ngomong soal ini juga"
"mas, kok jadi serius? yaudah apa? ayo ngobrol" Anin mendekatkan dirinya pada Teddy
"mas jujur aja deh sama kamu" teddy menegakkan tubuhnya.
"oke, mas. gimana?" ucapnya dengan antusias
"sebenernya tabungan mas.."
"udah nebak, pasti sisa dikit ya? ya ampun mas" tanya Anin dengan raut wajah yang khawatir.
"sebenernya tabungan mas tuh sama kaya sayang mas, Nin."
"hah. maksudnya?" Anin berusaha menyerna
"sama-sama gak penah habis kalo buat kamu. jadi kamu tenang aja" Teddy tersenyum seraya mencubit lembut pipinya.   
Anin sontak  memukul lengan kekasihnya "IIIIISH JAMEEET! BISABISANYA LO NGEGOMBAL PADAHAL GUE UDAH DEGDEGAN TAKUT BENERAN BANGKRUT!"
"Anin, mulutmu mas lakban juga nih lama-lama. sini minta maaf gak?"
"enggak." Anin dengan wajah kesalnya pergi membawa tab kedalam rumah meninggalkan Teddya sendirian
Teddy menggelengkan kepala dan tertawa, sampai kemudian terdiam seketika seperti sedang berfikir. "NIIIN?" teriaknya "JAMET ARTINYA APA NIN?" lanjutnya


****************************************************

helooo. maap terlalu pendek dan gak berbobot banget gini.
udah ngedraft lanjutannya buat next part. tapi bentar yaaak gue ngantuk banget ya allah pen tidur....

Hai, Nin!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang