Dengan perasaan lelah yang terjadi sampai hari ini. Teddy memutuskan untuk kembali ke apartement miliknya.
Terlihat Hasya yang menggendong bayinya seraya menangis menatap ponselnya.
Teddy tak menghiraukan, ia segera menuju kekamar untuk mengambil baju.
"mas. kamu apain Fardan?"
Ia terus berjalan tanpa menghiraukan Hasya.
"kenapa tega banget mas, sebejat-bejatnya dia, dia ayahnya anak Hasya. kalo sampe dia kenapa-kenapa, Hasya gimana?"
langkah Teddy terhenti dan membalikan badan kearah Hasya. "Sya, ya ampun Anin juga pasangan saya. dia hampir diperkosa suami kamu Sya. yang jahat siapa?"
Hasya tertawa kecil mendengarnya "mas yakin Fardan merkosa? mas, jauh sebelum kejadian ini mereka udah sering tidur bareng, mas. siapa tau itu cuma alesan Anin aja biar gak ketauan mas?"
Teddy yang sangat geram memutuskan untuk kembali tak menghiraukan Hasya, ia langsung mengambil beberapa potong baju nya dan kemudian mulai pergi meninggalkan apartementnya.
"mau kemana mas? Hasya belum selesai ngomong"
"saya udah gak punya tenaga. saya gak mau ribut sama kamu. cape banget"
"Hasya yang pergi, mas disini aja."
"Kamu mau kemana? jangan bikin masalah baru deh saya bener-bener muak"
"mau urus Fardan"
Teddy menoleh pada bayi Hasya "saya anter aja. ini udah malem, bayi kamu kasian"
"nggak usah mas. Hasya gak sudi dianter sama orang yang udah bikin suami Hasya diopname. Hasya pamit" Hasya pergi bersama bayinya dan juga kopernya.Teddy terpaksa membiarkan Hasya pergi, dia benar-benar tak punya tenaga lagi untuk melanjutkan drama mereka. meski ia khawatir, ia lebih memilih untuk tetap membiarkannya.
Ia mengambil segelas minuman dari kulkasnya dan menuju ruang tengah. membantingkan dirinya ke sofa seraya mengatur nafas. ia tak menyangka, dua hari ini benar-benar chaos. seakan di hantam bertubi-tubi, tak berhenti.
ia meneguk beberapa kali minumannya, kemudian menaruhnya dimeja dan kembali merebahkan tubuhnya. kepalanya terasa penuh, berisik sekali. memandang langit-langit, hingga ia perlahan menutup matanya dan tertidur.******
Sudah hari ke sembilan, Anin pergi. Tanpa sepatah katapun, tanpa alasan apapun juga tanpa kejelasan apapun. Anin pergi, membawa senyumnya, semangatnya, juga setengah nyawanya.
Teddy mengurung diri diunitnya. berhenti dari rutinitas kerjanya membuatnya semakin kalut dan hampir gila. bagaimana tidak? setiap hari ia harus bergulat dengan banyak tanya dikepalanya. apa yang harus ia lakukan? dengan cara apalagi? harus bagaimana lagi?
dengan bulat, di hari kesembilan ini, ia memutuskan untuk berhenti mencari tahu tentang Anin. tak menghubunginya lagi, tak mengusahakan apapun lagi. mungkin Anin hanya perlu waktu, batinnya. Teddy kembali menyalakan televisinya, dan me-rewatch episode serial nya berkali-kali. matanya tertuju pada layar, namun fikirannya masih entah kemana. Teddy tetap berusaha untuk menikmatinya.Ding..dong.. suara bel berbunyi.
Teddy tak menghiraukannya. rasanya ia sangat malas menggerakan tubuhnya.
Ponselnya berbunyi, sebuah panggilan terlihat dari Brian. ah pasti mereka, batinnya.Teddy akhirnya membukakan pintu, setelah ia menyerah akan ulah teman-temannya yang terus menerus spam pesan di chat grup maupun pribadi. tak hanya itu, mereka bahkan tak berhenti menelfon dan memencet bell unitnya.
"Ngapain?" ucap Teddy melihat teman-temannya yang langsung masuk ke dalam tanpa mengucapkan kata sedikit pun.
Brian dan Anan langsung duduk bersantai diruang tamu Teddy.
sementara Galang, menghampirinya dan memegang kedua pipi Teddy "sumpah gue takut. gue pikir lu mati tadi. Lu gak papa Ted? hah?" ucap Galang dengan penuh khawatir.
"gila lu ya?" jawab Teddy seraya melepaskan tangan Galang."ada minum?" tanya Brian yang menyilangkan kaki disofa Teddy
"abis" ucapnya
"cemilan deh minimal. gak ada?" tanya Galang yang kini diposisi tiduran disebelah Brian
"gak ada, ga sempet belanja" Ucap nya seraya menghampiri teman-temannya yang sudah bersantai diruang tengah Teddy
"lu libur udah lebih dari 1 minggu, gak ngapa-ngapain?" kembali Brian bertanya.
Teddy tak menghiraukan teman-temannya. Ia sontak fokus pada satu temannya yang tak sebawel teman-temannya yang lain. ia menatap Anan, yang sedari tadi diam mengutak atik ponselnya. "Fardan aman Nan? gue belum dapet update lagi dari lu"
"masih di sel. semua masih proses sama pengacara gue. gak akan gue bebasin segampang itu" ucapnya tanpa menoleh sedikitpun. "oh sorry, gue lagi cek gofood. udah makan? mau pesen apa?" lanjut Anan yang menyadari bahwa ia sedari tadi ditatap oleh Teddy.
"gak usah, nanti aja" ucap Teddy
"Tedd, gue ngegame ya sama Brian. PS lu mana?"
"dikamar, ambil aja." ucapnya dengan sangat datar.
Teddy membiarkan teman-temannya melakukan hal yang mereka suka, karna ia paham betul maksud dan tujuan mereka datang kesini apalagi kalau bukan untuk menghiburnya. Namun tentu hal itu tak membuat Teddy jadi lebih baik juga, ia meninggalkan teman-temannya dan menuju ke balkon unitnya untuk bersantai sejenak.Anan yg melihatnya berjalan kearah balkon, terus memperhatikannya dari kejauhan.
Memang belakangan ini, semenjak Anin menghilang, Anan memutuskan untuk lost contact dengan Teddy. Entah apa alasannya, yang jelas pertemuan diawal tadi membuat mereka berdua menjadi canggung. Anan merasa bersalah atas apa yang telah ia lakukan pada Teddy. hingga ia memutuskan untuk menghampirinya."Ted.. lu gak mau nanya soal Anin?" tanya nya
"boleh?" seraya menoleh ke Anan dengan tatapan penuh harapan.
"satu pertanyaan aja"
"dia lebih baik gak sekarang?"
Anan mengangguk. "satu lagi deh, gue kasih kesempatan tanya"
"makannya teratur gak?"
"Ada yg ngurus kok. tenang aja"
Teddy mengangguk dan kembali menoleh kedepan.
"gue kasih satu kesempatan lagi deh. cepet cepet.."
"disana ada funworld atau sejenisnya gak?"
"ada, gak jauh kok. kemarin duit gue abis sama dia sejutaan buat topup cardnya. emang sampe sebanyak itu ya Tedd? lu gak bangkrut?"
Teddy tertawa mendengarnya "hahaha ngincer apa dia?"
"lego, kaya bocah banget gak sih? amit-amit banget cewe lu"
"dapet kan pasti?"
"ya enggak lah, tiket aja kebanyakan gue yg dapetin."
"tapi happy kan?"
"lumayan, cape banget tapi ngeladeninnya"
Teddy tersenyum "lu baru sekali nemenin main, Nan"
"ampun suhu"
mereka tertawa."Ted, serius deh. ini beneran gak mau nanya hal yang lebih penting dari itu?"
"udah kan tadi, itu penting"
"gak mau nanya dia dimana? atau ada kontaknya atau nggak? atau lu mau liat foto video terbarunya?"
"Anin ngelarang lu ngasih tau ke gue gak?"
"iya sih" jawab Anan seraya menggarukan kepala
"yaudah, mending gausah. Kalo dia marah repot Nan. mau lu diambekin seminggu?"
"curhat bwaaang?"
Teddy dan Anan kembali tertawa."lu nyerah sama Anin ted?" tanya Anan
Teddy menoleh ke Anan dan tersenyum "menurut lu?"
Anan terlihat serius kali ini, ia menjadi tegang dan takut. Apa yang akan terjadi kalau Anin tak lagi dengan Teddy? Karna ia merasa Teddy adalah pilihan yg tepat untuk adiknya "Ted, jangan nyerah dulu bisa?"
Teddy masih terdiam
"gue gak bisa ngomong apa-apa lagi kalo emang lu udah nyerah, Tedd." merangkul Teddy dengan senyum. "gue minta maaf ya. gue gak ada maksud nyembunyiin apapun dari lu. gue cuma nurutin mau Anin aja"
"ngerti Nan, tenang aja"
"eh gue sampe lupa ngucapin makasih. makasih banget gila. lu se care itu sama Anin."
"enggaklah, gue yang minta maaf sama lu Nan, gue gak becus banget jagain Anin. gue ngerasa bersalah"
"nggak ada ya. lu tau kan gue selega apa pas lu izin mau maju deketin adek gue, gue percaya lu lebih pinter jagain Anin. kejadian kemarin itu bukan salah lu, justru lu nyelametin Anin Ted"
"udah Nan, gak usah dibahas lagi."
"okeoke. tapi lu mau apa setelah ini sama adek gue?"
"nggak tau, belum kepikiran. gak punya ide, Nan"
"Anin di Jogja, sama nyokap gue. mau gue kasih tau alamatnya?"
Teddy menggelengkan kepala. "Gak usah Nan, biarin dia sendiri dulu."
"Gue yang gelisah. gue gak mau lu udahan sama Anin. ayo kesana Ted, gue temenin"
"nanti dulu Nan, gue masih belum kekontrol."
"kapanpun, kabarin gue."
"iyaa."
"jangan nyerah ya. gue minta tolong"
Teddy mengangguk.
"masuk yuk, bocah kesini sengaja mau ngehibur lu. hargain lah effortnya" ucap Anan yang kemudian kembali keruang tamu.Anan berjalan dengan perasaan yang gelisah. Teddy seperti tak merasakan apapun setelah mendapatkan informasi banyak darinya tentang Anin. Tidak terlihat menjadi menggebu-gebu, tidak terlihat senang ataupun sedih, ataupun ekspresi yg menunjukan semangat untuk berusaha lagi, tidak ada hal special, datar saja.
Kali ini ia benar-benar khawatir. Ia paham sekali sahabatnya ini sudah dari lama menyukai Anin meskipun tak pernah jujur padanya. ini kali pertama ia melihat Teddy sedingin itu membahas Anin. biasanya selalu tertarik, biasanya selalu senang bahas apapun soal Anin. Apa Teddy memang sudah benar-benar menyerah? batinnya seraya memandang Teddy dan teman-teman lainnya yang sedang bercanda tawa bersama. gue percaya yang diatas tau yang terbaik untuk mereka berdua, semoga mereka bisa lewatin seburuk apapun jalannya. batinnya. kini ia kembali ikut bergabung dengan sahabat-sahabatnya, menikmati kebersamaan dengan mereka, seperti biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Nin!
FanfictionHai, saya Anin Shadeeta. dibaca "Sa-di-ta". yaa saya hanya wanita biasa yang sedikit malang karna cinta 9tahun saya yg kandas begitu saja. Sampai saya menemuinya diwaktu adaptasi saya dengan hidup yang baru. kira-kira endingnya akan menyenangkan ata...