6 - Confess?

599 46 0
                                    


Hari ini, Teddy telah menyelesaikan tugasnya menemani Bapak di kampanye hari ke 9. lumayan menguras tenaga karna ia sedikit kewalahan, entah kenapa belakangan ini ia banyak disorot media maupun warga lokal yg tiba-tiba berteriak namanya, sampai meminta berfoto bahkan menarik-narik tubuhnya yang sedang fokus bekerja.
Teddy sudah berada dimobilnya, Seraya tancap gas, Ia kini mengubah tujuannya kerumah Anan setelah membaca pesan whatsapp hari ini.

"Wessstt siapa nih yang dateeeng" ucap Brian seraya mengunyah cemilan ketika Teddy datang ke kamar Anan.
"Sang Ajudan gagah yang viral hahahah" Sambung Anan yang masih sibuk bermain ps dengan Galang
"Mayor teddy peluk aku mayor teddy" Galang tak mau kalah.
"Rese lu pada" Teddy membuka jaket kremnya dan melemparkan ke kasur kemudian merebahkan diri ke sofa kamar Anan
"Nginep?" Tanya Anan seraya melempar softdrink ke Teddy
Teddy menangkapnya hanya dengan menggerakan satu tangannya saja. "boleh deh, gue kerja malem. project aman?"
"udah tinggal finishing, besok pagi juga kelar." jawab Anan
"Lo gak jaga hari ini Lang?" Tanya Teddy
"sejauh ini enggak ya, gaktau kalo ntar malem ada call UGD" jawab Galang
"Lo gak sibuk juga besok bri?" tanya Teddy lagi keteman yang terakhir
"ada interview 3 kandidat bentar doang pagi via online abis itu free" jawab Brian
yap, inilah circle Teddy. ia mengenal mereka sejak SMA dan sudah berteman hampir 18 tahun lamanya. setelah lulus, mereka pisah dengan tujuan masing-masing dan kembali menyatu setelah mereka sampai. kini Anan adalah seorang arsitektur, Galang adalah dokter umum di RS Ternama di Jakarta, Brian seorang HRD di salah satu perusahaan asuransi besar di jakarta. meskipun dengan kesibukannya masing-masing, mereka sepakat untuk meluangkan waktu bertemu, atleast 1 bulan sekali hanya sekedar untuk bersantai di kamar atau ruang tamu Anan.

"Jam 11, Anin belom pulang Nan?" tanya Teddy
"Lah emang gak kontakan?" ucap Anan yang masih asyik dengan PSnya
"gue baru baca chatnya, tapi gak nginfo dia dimana"
"Dia nyariin gak" kali ini Galang yg bertanya
"Enggak lagi."
"YAAAA KASIAAAN" ucap Galang dan Brian secara bersamaan
"lu bener gaktau dia dimana?"
"dia dugem kayanya" jawab Anan
Teddy sontak terbangun "kok lu nyantai ade lu dugem Nan?"
"dia kuat minum Ted, tenang aja" Ucap Anan yang masih sibuk dengan sticknya
"kalo gue gak bisa. dimana tempatnya?"
"Baextracks sih biasanya. mau jemput?"
Teddy kembali mengambil jaketnya dan bergegas pergi "Ambil mobilnya aja ntar Nan, bawa kunci serep Anin."
"SIP"
Teddy membuka layar googlemaps di mobilnya dan tancap gas ke tujuan.


***
Anin duduk bersantai di kursi bar menikmati gelasnya dan ditemani Jadd yang sedang membersihkan gelas-gelasnya satu persatu. Jadd adalah salah satu barista disana. Ia mengenal Anin sejak awal ia kerja disana. karna bagi Jadd, Anin adalah satu-satunya tamu yang memanusiakannya pada waktu itu. Anin duduk melihat-lihat sekelilingnya yang sibuk dan antusias mengelilingi DJ ditengah. Anin bukan tipikal pemain yg mabuk secara ugal-ugalan. selain minum, ia hanya datang, duduk dan menikmati situasi saja. seperti yang dikatakan Anan, Anin adalah peminum yang kuat. Bahkan ia sudah memesan gelas ke 4 dan saat inipun masih dalam keadaan sadar.
Kini Anin menyodorkan gelas kosongnya ke Jadd
"lagi?" tanya Jadd
Anin tersenyum dan mengangguk
"Sekacau apa? tumben sampe gelas ke 5" tanya Jadd kembali seraya menyodorkan gelas baru ke Anin
"Gak tau, cape aja dari kemarin gak ilang-ilang dikepala" seraya meneguk gelas barunya
"Ini gelas terakhir. abis itu stop ya Nin. jangan over. Lo repot kalo udah teler" ucap Jadd.
Anin mengangguk, tersenyum dan meneguk kembali. menopangkan kepalanya ketangan nya dimeja bar. memutar-mutarkan bola es dalam genangan air di gelas secara perlahan, kekanan, kekiri, putar balik, begitu seterusnya. terdiam, dan meneguknya kembali hingga tak tersisa.
"Jadd, one more please hehe"
"Nin.." Jadd memerhatikan kanan kirinya berharap tak ada staff bar yang mengawasinya. kemudian mendekatkan tubuhnya ke telinga Anin "Lo tau gue gak bisa nolak permintaan tamu, please jangan minta lagi" bisik Jadd
"No, Jadd. Gue dong yg harusnya bilang please" Anin memegang tangan Jadd "pleaaasee"
kemudian mengepalkan tangannya memohon kepada Jadd.
Jadd paham betul, Anin kini sudah sepenuhnya mabuk. Ia mau tidak mau mengiyakan kemauan Anin.

Hai, Nin!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang