"pemicunya kurang istirahat dan stress yang berlebihan. saya sudah resepkan beberapa obat untuk dikonsumsi. biarkan infusnya habis dulu ya. kemudian obatnya bisa dikonsumsi setelah itu."
"dok, kalo panasnya muncul lagi, gimana? langsung kita bawa ke rumah sakit aja?" tanya Anin yang masih terlihat khawatir
mereka mengobrol seraya berjalan menuju ruang tamu."saya pamit ya"
"terimakasih dok" Ucap Kala.
"nanti mas Kala atau mba Anin bisa langsung kontak saya, mengenai keadaan pak Teddy seperti apa. saya Standby."
Kala dan Anin mengangguk.satu jam yang lalu, Anin sangat panik bahkan hampir menangis karna mengkhawatirkan Teddy. pasalnya, 20menit setelah ia tertidur dibahunya, Anin hendak membangunkannya untuk meminta Teddy pindah ke kamarnya, namun ia tak merespon hingga Anin menyangka Teddy pingsan, saat itu juga Anin merasakan suhu tubuhnya jauh lebih tinggi dibanding pertama bertemu tadi.
Anin berteriak memanggil Kala dengan wajah dan perasaan yang tak karuan, hingga Kala datang dan segera menghubungi Dokter pribadinya.Kala kini mengantar dokter pribadinya sampai ke mobil, sementara Anin kembali ke kamar Teddy. Belum sampai dekat Teddy, Anin terdiam sejenak memandang laki-lakinya dari luar pintu kamar yg terbuka.
"Nin? nungguin apa? masuk lah" Tegur Kala yang melihat Anin terdiam.
"Kal, mas Teddy gak pernah selemah ini" ucapnya dengan tetap memandang Teddy yg tergeletak dikasur dengan Infusannya.
"wajar lah Nin, kerjaannya belakangan ini kan emang padet banget, ditambah banyak pikiran. tenang aja, Teddy gak selemah kaya yg lu pikir kok. ntar pas sadar juga loncat-loncat" Kala berusaha mencairkan suasana.
"lagi-lagi gara-gara gue ya Kal?"
"enggak. ngomong apasi Nin"
"gue harus fikir-fikir lagi mungkin ya?"
"yaa gapapa, tapi gausah ngeluh ya. Karna Teddy akan jauh lebih effort dari ini kalo lu nyuekin dia lagi"
Anin melirik tajam Kala "gak segitunya juga kali"
"ya selama ini gimana ke lu Nin?"
Anin terdiam.
"pikirin baik-baik, gue balik ke sebelah ya. lu tidur aja sama Teddy biar bisa mantau. kabarin gue kalo kenapa-kenapa" ucapnya seraya menepuk bahu Anain
Anin mengangguk "thanks ya Kal. good Night"Anin melangkah mendekati Teddy. ia merapihkan selimut yang dikenakannya, serta memandanginya dengan amat penuh perasaan.
"mah.. mamah.." ucap Teddy dengan sedikit senyuman. sepertinya ia sedang memimpikan ibunya.
Anin kemudian menggenggam tangannya, membiarkan laki-lakinya yg kini tertidur lemah menikmati mimpinya. sesekali tersenyum, kemudian datar lagi, begitu seterusnya hingga berlangsung selama beberapa menit. Anin yg menatapnya pun ikut tersenyum, hingga tak sadar tangannya mulai membelai lembut pipinya.
Teddy tiba-tiba terbangun dengan kondisi seperti terkejut. hal itu membuat Anin terkejut juga. "mas, ya ampun maaf"
"Nin.. mas ketiduran maaf" ucapnya seraya menyamankan posisi duduknya.
"minum dulu" Anin menyodorkan gelas berisikan air putih dan membantu Teddy meneguknya.
Teddy terdiam sekejap memulihkan sadarnya "Ini kenapa mas di infus?" Teddy menatap tangannya
"Jangan dicopot. awas aja! Kamu panas banget tadi, suhu kamu tinggi hampir 41 derajat. aku bangunin gak bangun-bangun. aku langsung minta Kala panggil dokter cepet-cepet mas"
Teddy terdiam sesaat, "ini jam berapa?"
"jam 1 malem mas"
"ya trus kamu kenapa gak tidur?" ucapnya dengan nada ketus
"ini mau tidur, mas malah ngagetin."
"Nin, kamu jam tidurnya berantakan lagi? dari kapan?"
"mas, yg harusnya bawel tuh aku lho. kok bisa sih kamu masih punya tenaga buat marah-marah?"
Teddy kembali terdiam begitu ia menyadari bahwa Anin sedang memberikan perhatian padanya. "oh mas sakit ya? aduh lemes banget Nin..." ucap Teddy alih-alih melemaskan tubuh nya untuk bisa mendekap Anin
"cihh modus banget" Anin memahami maksud Teddy. ia perjelas dekapannya dengan membalas pelukan erat. "kasian banget kamuuu""Nin, mas mimpiin mamah." ucapnya yang masih memeluk Anin.
"iyaaa, aku tau" ucapnya seraya menjaga jarak dengan maksud ingin mengobrol lebih nyaman
"kok tau?"
"kamu tadi senyum-senyum gitu tidur nya sambil manggil-manggil mamah"
"harusnya kamu mas ajak. kamu sih gak tidur." Teddy kembali memeluk Anin
"dih ngaruh gitu?" Anin melepaskan peluknya
"siapa tau. ketemu dimimpi bareng" Teddy kembali memeluk
"kamu kangen banget sama mamah ya?" tanya Anin yang melepaskan pelukannya
"Nin bisa diem gak? emang gak bisa sambil pelukan aja ngobrolnya?" Teddy kembali memeluk dengan paksa.
"tuh kan, aku kan udah sering bilang. kalo sedih ya tunjukin sedih. kalo seneng ya tunjukin se..."
"hmmmmmmm iya iyaa" Teddy membelai rambut Anin yang masih didekapnya "mas sekarang sedih Nin. kangen mamah." ucap Teddy yg membuat Anin menjadi terdiam seketika. "tuh kan malah jadi diem gini"
"nanti kita doain bareng-bareng ya mas"
Teddy mengangguk pelan melepaskan Pelukannya "nanti kesana. temenin mas ya?"
Anin mengangguk. "mas"
"ya?"
"maaf ya, kamu jadi kaya gini karna aku"
"Nin, mas trauma banget kamu ngomong gini. diem gak. mas kan lagi sakit, harusnya dihibur bukan dibikin jantungan"
"serem banget jantungan"
"lebih serem ditinggal ngilang kamu Nin. gak deh, awas aja ngulangin lagi. kamu ngumpet sampe ujung dunia pun mas temuin" ucapnya dengan ketus
"ngumpet dikorea seru kali ya?"
"terserah"
Anin tak berkata apapun, ia kemudian mengecek semua obat yang diberikan dokter
"ngapain?"
"nyari obat pereda emosi, kok gaada ya? dokter juga gak bilang-bilang kalo efek infusannya se nyebelin ini."
Teddy tertawa mendengarnya. "Nin. hahaha yaudah yaudah gausah bete gitu"
"kamu tuh di militer diajarinnya kaya gini mas? demam lho ini, gak ngerasain?"
"enggak, biasa aja." Teddy kembali berposisi tidur dengan membentangkan tangan kanannya yang ia siapkan untuk menjadi bantalan kepala Anin "udah ah yuk bobo Nin"
"duluan mas. aku tunggu infusan kamu abis dulu aja. nanti darah kamu naik kan repot"
Teddy tanpa berkata melepaskan infusannya dengan paksa secara kasar. dan menarik tangan Anin hingga ia kini dalam posisi tiduran sebelah Teddy.
"mas heh kok dilepas?!"
"mas gak mau kamu begadangin infusan mas. udah pagi ini, kacau banget jam tidurmu."
"ya tapi jangan ditarik kaya gitu, sakit banget pasti, berdarah kan"
"ssssstttt... gakpapa" Teddy mengambil tissue dimeja sebelahnya untuk membersihkan sedikit darah nya akibat luka pada tangannya dan kembali memeluk Anin
"tapi kata dokter kan harus ha..."
Teddy mengecup bibir Anin tiba-tiba "goodnight, Nin. i love you" ucapnya seraya memulai memejamkan matanya.
PLAKKK! Anin memukul lengan Teddy dengan keras hingga ia kembali membuka mata. "aduh! Nin, ko ditabok?"
Anin kembali terbangun dan mengambil plastiknya "kamu pikir ini romantis? minum obat dulu! bangun, sekarang!"
Teddy menghela nafas dan dengan pasrah mengikuti perintah Anin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Nin!
FanfictionHai, saya Anin Shadeeta. dibaca "Sa-di-ta". yaa saya hanya wanita biasa yang sedikit malang karna cinta 9tahun saya yg kandas begitu saja. Sampai saya menemuinya diwaktu adaptasi saya dengan hidup yang baru. kira-kira endingnya akan menyenangkan ata...