"Anin, kamu masih punya waktu kalo mau berubah pikiran"
Anin mengatur nafas, kemudian menggelengkan kepala seraya tersenyum
"Oke, mas akan ada disamping kamu terus, pegang tangan mas kalo udah mulai gak nyaman ya?" Teddy menggenggam tangan Anin.
Anin mengangguk
"Yuk keluar."
Teddy memutuskan untuk mengikut kemauan Anin untuk menjenguk Hasya yang melahirkan anak Fardan, mantan kekasih Anin
"Assalamualaikum" teddy beri salam
"Waalaikumsalam, mas Teddy" ucap Hasya sambil tersenyum senang melihat kakanya akhirnya menjenguknya namun rasa senangnya berubah begitu Hasya mengetahui Teddy datang bersama Anin"Sya, selamat yaaa" ucap Anin seraya memberikan bingkisan yang ia bawa.
"Thanks" jawab Hasya dengan terpaksa
"Lho ada siapa ini?" tanya Sasa, ibu Hasya yang juga merupakan tante Teddy.
"Tan" Teddy bersalaman,
"Ini siapa Ted?" menunjuk Anin
"Pacar Teddy tan, Anin"
"Halo tante, aku Anin"
"Hai Anin, akhirnya punya pacar juga kamu Ted"
"Nemu dijalan ini juga hehe"
Anin memukul pelan punggung Teddy "Jokesnya Bapak-bapak banget"
Teddy menarik tangan Anin untuk melihat bayi Hasya.
"Lucu banget mas" Anin memuji seraya melihatnya.
"Anak kamu jauh lebih lucu nanti
Anin tak menggubris ucapan Teddy, ia terus tersenyum menatap bayi Hasya.
"Nin kamu ngapain disini?" ucap seseorang yang baru saja datang ke ruang rawat Hasya
Anin menyadari itu adalah Fardan, hatinya berdegup kencang rasanya panas seluruh badan.
Teddy melihat Anin yang gugup, ia sontak mengenggam erat tangan Anin dan memperkenalkan Anin kepada Fardan
"ini Anin, calon saya, saya ajak untuk nengokin keponakan saya"
"Nin, aku nanya" Fardan tak menghiraukan Teddy.
Teddy terlihat kesal karena tingkah Fardan. ia tak peduli dengan Fardan yang tak memperdulikannya. Ia kesal lantaran sikap Fardan pada Anin yang seakan tak melihat keadaan disekitarnya.
"saya ikut Mas Teddy nengokin bayi Hasya. Selamat ya Dan." ucap Anin sambil tersenyum
"lho kalian kenal?" tanya Sasa
"satu angkatan waktu sekolah, Tante hehe" ucap Anin
Hasya muak melihat kejadian didepan matanya, rasanya ingin mengusir Anin dan Fardan bersamaan namun ia tak bisa apa-apa didepan ibunya yang tidak tau apa-apa.
"Mah, temenin Fardan urus administrasi sebentar boleh, fardan belum terlalu paham"
"belum selesai? yaudah yu"
Fardan dan Sasa, meninggalkan ruangan.
Suasana menjadi canggung ketika mereka berdua pergi. Hasya, Anin, dan Teddy sama-sama hanya diam. Anin berinisiatif untuk izin ke toilet, selain memberi kesempatan Teddy dan Hasya bisa mengobrol, ia juga tidak tahan dengan kecanggungan yang terjadi didalam."mas sampe kapanpun Hasya gak ngizinin mas Teddy ada hubungan sama Anin"
"Sya, bisa gak disini?"
"Mas. Anin udah cukup bikin Hasya stress. Asal mas tau. Hasya ribut parah belakangan ini sama Fardan karna Fardan berkali-kali inget Anin terus. Fardan dikit-dikit bandingin Hasya sama Anin terus. sekarang hasya punya Mas pun dikit-dikit Anin."
"Sya, sssttttt.. nanti jaitanmu geser itu lho" seraya meledek
"Mas sejak mas kenal Anin, kita jadi jauh banget tau gak. muak banget hasya sama Anin. kenapa selalu Anin Anin Anin terus"
"Sya, tenang ah. Stop. kita bahas dirumah nanti, jangan disini. mas gak mau Anin denger"
"Hasya gak pernah dikasih kesempatan buat ngobrol sama mas Teddy ya. kapan lagi hasya bisa ngomong kalo gak sekarang. Kalo Fardan pergi, Hasya cuma pu.."
"Hasya stop dong. jangan apa-apa Anin mulu yg disalahin, dia korban kamu lho. kamu gak sadar?" Teddy menyela Hasya "mas juga muak banget sama egoisnya kamu Sya. kamu lupa, siapa yang minta saya untuk masuk ke hidup Anin? Kamu lho sya. Saya nurut sama kamu karna kamu mohon-mohon waktu itu karna takut Anin balikan sama Fardan. Saya udah penuhin mau kamu untuk cari cara supaya Fardan mempertahankan kamu. Saya udah penuhin mau kamu untuk mencegah Fardan balik ke Anin dengan cara saya masuk ke hidup Anin waktu itu padahal kamu tau saya gak punya waktu buat gini-ginian. Semua udah saya lakuin, trus sekarang kamu marah-marah bilang saya berubah karna kenal Anin? Sya kamu ngomong gini pake mikir gak?" ucap teddy dengan tenang dan pelan
"Hasya gak minta mas ngejalanin pake hati. Hasya mau minta mas stop tapi mas selalu ngindarin Hasya terus"
"kamu siapa sya berani ngatur-ngatur hidup saya? mentang-mentang saya selalu bela kamu, kamu bisa ngatur se enak udelmu?"
"Mas. Anin tuh punya maksud tertentu deket sama mas. dia mau bales dendam ke Hasya mas. Liat, dia dateng kesini buat apa?"
"astaga, kok kamu bisa se gak tau diri ini sih? udah. saya cape banget, detik ini juga saya gak peduli sama hidup kamu ya sya. memang seharusnya seperti itu dari dulu. saya pamit. maaf gak bisa nungguin kamu sampe mamamu balik, salam buat mamamu"
Teddy keluar mencari Anin untuk mengajak pulang. ia menemukan Anin yg tengah berdiri dan canggung didekat tirai ruangan Hasya yang jaraknya hanya 7 meter dari tempat Hasya
"Nin, pulang yuk" Teddy tak menunggu jawaban Anin, ia langsung menarik tangan Anin menuju ke parkiran
sesampainya dimobil Anin hanya terdiam melihat Teddy yg seperti tersulut emosi namun berusaha untuk tidak memperlihatkan.
"Nin, kenapa diem?"
Anin menggelengkan kepala
Teddy menarik nafas panjang seperti sedang mengatur emosinya.
"kamu tadi berdiri disitu berapa lama?"
"lumayan"
Teddy terdiam sejenak "mas perlu klarifikasi beberapa hal. tapi mas mau tau dulu, apa yg ada difikiran kamu. coba mas mau denger Nin"
Anin masih terdiam.
"Anin please"
Anin tetap diam.
"Nin.."
"Kamu sekarang masih disebelah aku karna terpaksa atau gimana?"
"enggak sama sekali, mas tulus lakuinnya."
Anin mengangguk
"kamu gakmau nanya soal apapun?"
Aning menggelengkan kepala "kayanya mending gausah tau"
Teddy seperti kalut, ia takut sekali Anin kembali menutup diri nya atau mungkin meninggalkannya setelah ini.
Teddy menghadap ke Anin untuk mengambil posisi nyaman untuk menjelaskan "Anin, maafin mas, jangan berubah sedikitpun sama mas ya. mas akan jelasin sedetailde..." Teddy terhenti saat mendapati bibir Anin yg mendarat dibibirnya. Yaa, Anin dengan sengaja dan sadar mengecup nya yg tengah tak karuan
"Nin.."
"Kamu kalo kalut ya tunjukin, jangan bersikap seolah-olah gak ada apa-apa. Atau diperjanjian Negara ada kalimat kalian gak boleh gak baik-baik aja?" Anin tertawa kecil
Teddy sangat lega melihat senyum Anin kali ini. kemudian ia mengangguk dan berani menunjukan ketakutannya seraya menggenggam tangan Anin dengan lembut. "mas takut, takut banget kamu berubah setelah ini"
"kalo gak ada rencana Hasya waktu itu, belum tentu aku disini sama kamu sekarang. ya kan? biarin aku gak usah tau tujuan kamu dateng kehidup aku untuk apa, aku tetap bersyukur ada kamu sampai detik ini mas." Anin melanjutkan bicaranya
"Nin.."
"apa?" jawab Anin yg menatap matanya dengan posisi tetap sedekat itu dengan Teddy.
"boleh?" ia tak kuat menahan rasa bahagianya mendengar Anin mengucapkan kalimat tersebut. Anin paham maksud Teddy, ia kemudian memberi jawaban dengan mengangguk seraya tersenyum manis
Teddy memegang pipi Anin kemudian sedikit menariknya dengan hati-hati, mendekati bibir Anin dan memulai ciuman secara perlahan. Anin yg tak sepolos itupun perlahan menutup mata, membalas lumatan bibirnya yang lembut, merangkul leher Teddy dengan kedua tangannya. dan mereka menikmati moment tersebut selama beberapa menit.
"aduh mas dimarahin Anan gak ya?"
"ya ngapain ngomong-ngomong, emang aku anak kecil, aku udah 27 tahun kali."
"hahahaha" Teddy mengelus kepala Anin "maafin mas Nin, kamu jadi harus denger cekcokan tadi"
"isoke gpp mas, aku ngerti. aku juga minta maaf karna harusnya aku gak ada disitu. malah nguping"
"iya ya kamu jatuhnya nguping tadi. gaksopan"
"nyinyinyi"
"yg harus kamu tau, mas beneran tulus Nin. mas kagum sama kamu dan mulai memperhatikan kamu diam-diam dari waktu kamu pulang kerumah nangis-nangis sambil teriak mau jual Apartementmu" Teddy mengelus rambut Anin sambil tertawa
"mas, gak ada romantis-romantisnya kamu mah"
"fyi itu pertama kali mas tau kalo Anan ternyata punya Adek. cantik lagi, kenapa gak ngomong-ngomong ya?"
"ya dia takut ntar Adeknya di cium sama temennya sendiri didalem mobil"
Teddy tertawa. "mas boleh peluk?"
"Ngelunjak" seraya tersenyum membentangkan tangannya
Teddy memeluknya erat mencium kepalanya berkali-kali "mas sayang kamu Nin" kembali mencium kepala Anin
"kalo sayang, tembak dong. masa gak ada status"
Teddy melepas pelukannya. "emang harus ya? kan bukan anak kecil Nin" kembali memeluk Anin
"trus ini artinya apa?" tanya Anin yang masih dalam pelukan erat Teddy
"terserah kamu aja" Teddy mencium kening Anin
"bantuin aku beresin apartemenku yuk"
"ciyee udah moveon" melepaskan pelukannya "mas telfon cleaning service langganan mas aja."
"males banget sih"
"apartmu berdebu banget pasti. gak mau mas"
"ishhh"
"pinjem hape mu"
"buat apaaa?"
"sini sebentar" Teddy mengambil ponsel Anin dan mengganti nama kontaknya
"dih Mas Teddy nya Anin?"
"mas jijik banget sebenernya baca kontak mas di hapemu. maksudnya mas milik Anan gitu? mending kamu tulis mas Teddy nya negara"
"Negara dan Anin?" Anin meledek
"Aduh penting dua duanya lagi"
"Eh mas, mumpung inget.. besok aku meeting sama Kala ya. aku pake dekornya untuk GO kantor baru aku"
"Ngerusak suasana aja. emang biasanya konsulnya ke Kala?"
"enggak sih, biasanya ke Indira."
"lho kenapa gak ke Indira aja?"
"ya kenapa sih mas, cemburu?"
"enggak, gak ada saingannya mas mah. emang ada yg mau deketin kamu selain mas. punya temen aja jarang kamu"
"pede banget dih"
"eh iya, ngomong-ngomong kantormu. mas sampe lupa cek, dapur kantormu udah selesai?"
"udaaaaah makasih mas!! suka banget!! lumayan hemat 15jt-an gara-gara kamu ngasih gift design interior + kitchen set + pemasangannya." Anin tersenyum dan tiba-tiba berubah menjadi diam
"lho kenapa tiba2 nge-switch jadi cemberut gitu?" Teddy mengelus lembut rambut Anin
"kamu gak langsung bangkrut kan mas? tabungan kamu gak abis kan mas?"
Teddy tertawa "abis ini apartmu jual ya, bagi dua hasilnya"
"enak aja"
"enggak Nin, perlu apa lagi kamu?"
Anin menggelengkan kepala.
"Mau makan?"
"ngurus apartemenku dulu"
"Anin, besok mereka dateng. biar mas aja yg urus mana kartu aksesnya"
"kamu tuh ya, orang sibuk juga masih ngurusin aku. kamu gak cape ya. kerja ngurusin negara, tiap libur ngurusin aku."
"Mas jadi kebiasaan tau Nin, kayanya kalo libur gak ngurusin kamu. Hampa aja rasanya. mana kartu aksesmu?"
"Tapi iya ya kalo dipikir-pikir..."
"apa?"
"kamu ngurusin aku terus mas, aku kaya Anak kamu. kaya tau aja gitu perlunya aku apa, maunya aku apa"
"kaya sekarang contohnya gak sih, kamu laper kan?"
"iya lagi. gak jalan-jalan daritadi."
"orang mau jalan tiba-tiba dicium tadi."
"bahas teroooosss"
"aah Nin mana kartu aksesmu? tiga kali mas nanya gak digubris. sekali lagi mas nanya, dapet piring ayam jago nanti"
"nyinyinyinyi" sambil memberi Kartu akses miliknya
Sesampainya di restoran favorit Anin. Anin bergegas keluar dari mobil dengan membuka pintu. tiba-tiba Teddy yg disebelahnya menarik Anin sekaligus pintu mobilnya hingga tertutup kembali
"mas kenapa?"
"kamu lupa mas lagi disorot dimana-mana?"
"trus kenapa?"
"mas gakmau kamu tantrum sama mas gara-gara kesorot juga nanti. mas aja yg keluar, kita take away"
"aah aku lapaaaar"
"yaudah sekarang keluar bareng mas, tapi gak usah ngedumel kalo tiba-tiba banyak yg videoin"
Anin terdiam membayangkan hal itu terjadi. ah enggak deh, gak kebayang dicibir sana sini nanti, batinnya
"mas"
"ya? gimana?"
"aku bisa nahan makan sampe apartement, waktumu 30 menit dari sekarang. cepeeeet"
"laksanakan, sayang. mwah" Teddy mencium pipi Anin kemudian berlari keluar dengan senyum sumringahnya.
********************************************************************************************
happy reading dari aku yang dagdigdug salting keringet dingin dipojokan abis baca draft part ini hehehehehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Nin!
FanfictionHai, saya Anin Shadeeta. dibaca "Sa-di-ta". yaa saya hanya wanita biasa yang sedikit malang karna cinta 9tahun saya yg kandas begitu saja. Sampai saya menemuinya diwaktu adaptasi saya dengan hidup yang baru. kira-kira endingnya akan menyenangkan ata...