13. Arumi

453 56 5
                                        

☆pencet bintang sesusah apa 'sih? :o

kalian baca ga sampe 30 menit, loh. sedangkan aku nulis 1 part ini, 2 hari baru kelar.

hargain aku, bisa?...

•••

Tidak seperti biasanya. Rembulan tak menampakkan diri, bersembunyi dibalik lembutnya awan, angin seperti tak terasa, hawa dingin yang biasanya menjadi terasa panas.

"Mas Al.. " panggil Arumi menggapai tangan Alaska.

"Anak siapa? " sentak Alaska sambil terkekeh sinis.

Tidak, tidak. Alaska tidak siap, jangan katakan bahwa itu adalah darah dagingnya. Lagipula bisa saja ia sedang dijebak. Arumi mengandung anak pria lain; dan pria itu tidak bertanggung jawab.

Ini hanya tipu muslihat wanita itu, mungkin semuanya sudah direncanakan, kan?

Benar. Alaska yakin akan hal itu, lagipula pada saat melakukan 'itu ia mengeluarkannya di luar. Dan Alaska semakin yakin saat melihat Arumi yang terdiam.

" Kenap diam. Saya tanya, kamu takut? "

" Anak kamu! " jawab Arumi lantang, mengucapkan kata itu dalam satu tarikan nafas.

Alaska menyeringai, " Bullshit---kamu pikir saya ga tau kalau itu bukan anak saya. " tunjuk Alaska kearah perut Arumi.

Mata Arumi berkaca-kaca, dengan wajah memerah, dan dada yang terasa sesak. Hati mana yang tidak sakit disaat ia dituduh mengandung anak pria lain, oleh suaminya sendiri.

" A—aku ga bohong, i'm dead serious... "

" Come on, jangan memanfaatkan keadaan hanya karena sekarang saya adalah suami kamu! " bentak Alaska prustasi.

Arumi yang tak sanggup lagi mendengar ucapan Alaska—meneteskan airmata. Memanfaatkan katanya? sekalipun tidak terselip dalam benaknya!

" Jujur saja, Ar. Siapa ayahnya!? jangan merasa seolah hanya kamu yang paling tersakiti disini. " ucap Alaska mendesak.

Kamu, mas. Kamu. Batin Arumi menjerit. Toh, mau dijelaskan bagaimanapun ia yakin Alaska tidak akan percaya.

" Aku harus gimana biar kamu percaya, mas? " lirih Arumi dengan suara serak. " Mau gimanapun, kamu gaakan percaya, kan? get real..."

" SIALAN. " umpatan Alaska yang terdengar kencang membuat Arumi memejamkan matanya takut.

Setelah itu hening...

Pria yang berstatus sebagai suaminya itu mulai beranjak pergi, meninggalkannya, tanpa berucap sepatah kata pun, menutup kasar pintu kamar inap, sehingga menimbulkan suara degupan yang nyaring.

Tak apa, Arumi sudah mulai terbiasa dengan semuanya.

Tentang anak dalam kandungannya ini memang 100% darah daging Alaska. Alaska lah yang telah menanam benih padanya dalam keadaan setengah sadar. Dan saat itu adalah masa suburnya.

•••

Ceklek..

" Sayang, gimana keadaan kamu sekarang? "

Arumi tersenyum simpul, " Aku baik-baik aja, bun. "

" Syukurlah, " ucap Maya menghampiri Arumi, mendudukkan diri pada kursi tunggu. Ia menyodorkan tablet obat serta vitamin yang tadi dibawa nya.

ARUMI [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang