Mendapat lampu hijau

25 3 0
                                    

5 hari kemudian, tepat di hari minggu. Clara sedang duduk sambil mendengarkan kucauan biru diluar. Pagi yang cerah dengan suasana hati yang baik membuat Clara tersenyum cantik.

Daffa dan Dayyan datang menjemput Clara, Dayya sangat merindukan kakak perempuannya yang selalu menjaganya dan selalu ada saat di butuhkan.

"Kakak.."

"Adik kakak, sini.."

Daffa tersenyum untuk pertama kalinya ia melihat kedua anaknya berpelukan didepan mata, rasa haru muncul setelah Daffa melihat senyuman Clara yang sangat mirip dengan Citra.

Clara berjalan menuju Daffa dan langsung memeluk bersama dengan Dayyan, keluarga kecil itu kembali menjadi keluarga yang selayaknya keluarga.

"Hm.. ayah.. kita kemana? Apakah langsung pulang?" Tanya Dayyan

"Kakak kamu baru sembuh dan ayah masih belum bisa leluasa berjalan, jadi kita nonton dirumah saja iya? Maafkan ayah Dayyan"

"Tidak apa apa yah.. yang penting kakak ikut nonton dengan kita" ucap Dayyan dengan senyuman sumringah

Sesampainya di rumah, Clara yang dulunya bertanya, apakah ini rumah untuk ia pulang? Rasa sakit disetiap sudut rumah masih terbayang.

Walau sang ayah sudah menerimanya, tapi disetiap sudut rumah ini, penuh dengan memori buruk. Hanya dikamarnyalah memori bahagia muncul.

Daffa menyentuh bahu Clara, ia mengerti apa yang dirasakan Clara. Daffa mengandeng tangan Clara menuju meja makan. Disana sudah ada beberapa makanan yang disiapkan oleh bibi.

Clara duduk disamping Dayyan, Clara  memandang makanan yang berada dimeja, senyuman Clara kembali membuat Daffa ikut tersenyum.

Selesai makan, Daffa mengajak Clara ke taman belakang rumah mereka. Daffa memberikan satu kotak hadiah untuk Clara setelah 8 tahun lamanya.

"Ayah.. ini?" Ucap Clara yang heran karena menerima kotak berbungkus kertas kado

"Bukalah.. sebenarnya ayah ingin memberi banyak hadiah untuk putri ayah, dan ayah ingin bilang ke kamu, jika ayah akan beli rumah baru untuk memulai sebagai ayah yang baik untuk Clara dan Dayyan. Apakah kamu setuju Clara?" Ucap Daffa

"Tidak perlu ayah, rumah ini sudah cukup. Walau selama 8 tahun ini, rumah ini banyak kenangan buruk dari ayah.., tapi di rumah ini juga ada kenangan dari bunda. Jadi Clara tidak setuju jika kita pindah ayah, dan juga kalau ayah ingin memulai menjadi ayah yang baik untuk Clara, hanya perlu menghilangkan emosi marah ayah saja"

"Baiklah, ayah akan mengikuti Clara. Oh iya, besok kamu masuk sekolah? Ayah antarkan iya Clara?"

"Tapi besok subuh ayah harus berangkat ke luar kota, jadi Clara naik bis saja seperti biasa"

"Tidak Clara, ayah akan pergi bareng kamu"

"Ayah..."

"Baiklah, hati - hati Besok"

"Iya ayah..."

Pria yang baru saja ingin memperbaiki hubungan sebagai ayah dengan putri pertamanya, harus bersabar karena tuntutan kerjaan yang tidak bisa diundur dan ia juga tidak tenang jika putrinya naik bis, pada akhirnya Daffa meminta tolong kepada Dimas.

Dimas yang baru saja ingin bermain game dengan para sahabatnya, ia harus membalas whatsapp dari ayahnya Clara.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Clara dan kesabarannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang