11"

21 3 0
                                    




***

"Apa buktinya huh?." dara jadi tersolot emosi lagi jadinya dengan perempuan didepan nya ini, enak saja fitnah orang sembarangan tanpa bukti dulu.

"Kalo kalian nggak percaya kita saksikan sama-sama, sekalian panggil semua ustazah dan ketua keamanan."

"Nggak usah ngada-ngada deh kamu nisa, mentang-mentang kamu sok polos disini, biar semua orang percaya dengan omongan busuk kamu itu." Dirga juga tersulut emosi juga jadinya mendengar perkataan bisa.

"Oke ikut gw, kita saksiin sama-sama."

Lalu mereka semua ikut ke kamar faira dan nisa tidur yaitu ndalem, mereka bertiga yang tadinya ingin melihat fatih, jadi mengurungkan niat mereka karena tuduhan nisa tadi, namun sampai nya di dalam kamar.

"Mana?!,nggak ada tuh yang namanya surat disini." ucap Dirga sambil melihat disudut ruangan kamar.

Faira hanya diam saja tanpa berkutik karena memang dia tidak pernah surat suratan dengan santri, bertemu saja tidak pernah, lalu tiba-tiba nisa membuka lemari faira yang terkunci dan mengambil kuncinya dibawah meja belajar faira, mengeledah isi lemari,nisa tidak menemukan apapun namun, sampai di sudut lemari, nisa menemukan banyak kertas-kertas yang di balut amplop dan ada juga yang tidak.

"Ini apa huh!?, masih nggak percaya juga?!." sambil nisa tunjukkan amplop amplop yang ada ditangan nya, faira yang melihat itu pun jadi keheranan.

"Saya nggak pernah nyimpen surat seperti itu dilemari saya." ucapnya membela diri.

"Alahh!, banyak ngeles lo faira" ucap teman nisa.

"Wallahi, saya tidak pernah."

"Jangan pake nama Allah deh kamu, jelas jelas surat itu terdapat di dalam lemari kamu." ucap nisa.

"Nggak gw nggak percaya." ucap dara tidak Terima.

"Mungkin ada orang yang naro." nimbrung Dirga.

"Sekarang bukti udah jelas dan sekarang, gw akan bilang ke ustazah, biar lo keluar dari pesantren ini."

Lalu nisa keluar dengan para maid maidnya, sementara mereka bertiga masih belum percaya dengan apa yang terjadi.

"Neng, kamu tenang aja aku nggak bakalan biarin kalo nisa bikin kamu keluar pesantren, kita cari bukti sama-sama, aku percaya sama kamu kalo kamu nggak bakalan bikin kyak gitu" ucap Dirga.

"Iya! Awas aja tuh nenek lampir ngadu, gw sendiri yang patahin kakinya." ucap dara tersulut emosi.

"Yaudah kita keluar dulu buat lihat gimana fatih" ucap Dirga.

***

Sementara di lapangan orang-orang tengah sibuk melihat fatih yang tengah dihukum ditengah lapangan, ada merasa kasian melihat fatih yang terkena hukum cambuk sampai 99× sungguh menyakitkan, namun itulah hukuman yang pantas bagi orang yang telah berzina, tapikan yang sebenarnya fatih tidak berzina dengan faira ia hanya membantu faira saja.

"Fatih lebih baik kamu mengaku dari pada kamu akan tersiksa lebih dalam." ulang gus ral lagi.

"Saya sudah mengaku gus, saya tidak pernah melakukan itu, wallahi demi Allah."

Memimpikan PesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang