Sarapan Hujatan, Keenam!

142 30 14
                                    

*nb: aku minta maaf banget ya, kalau semisal cerita ini banyak triggernya:((( i'm so sowryyy:((

Happy reading^^

Peluk jauh dari aku dan kawanan Reyyy, muachhh<3

>>,<<

>>,<<

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

>>,<<

"Lo balik jam berapa deh? Biar ntar gue aja yang masak."

Ghaffar masih bertahan di sana, entah apa yang membuat anak itu menetap tinggal lebih lama ketimbang memilih pulang. Yang Rey sempat curi-curi dengar ketika menjelang dini hari, kakak kelasnya itu terkadang sering terisak sendiri. Duduk di depan jendela kamarnya yang kebetulan menyuguhkan pemandangan perumahan dari lantai tiga.

Rey pernah sekali memergoki Ghaffar tengah menggaungkan nada tinggi kepada seseorang di seberang, tetapi ia abai dan memilih untuk membungkam mulutnya sendiri. Pasti Ghaffar punya alasan mengapa harus melarikan diri.

"Jam setengah sembilanan kayaknya. Lebih awal dari biasanya, katanya Ko Andri mau ada acara. Jadi cafe disuruh tutup lebih awal. Gak ada yang jaga malam ini." Rey meletakkan kresek belanjaan berisi sayur dan stok bahan makanan lainnya untuk disimpan beberapa hari ke depan.

Sejujurnya, ia sedikit terhibur dengan keberadaan Ghaffar. Setidaknya, di kosan ia tidak sendirian setiap hari dan ada teman untuk sesekali mengobrol.

"Mau gue masakin apa?" tanya Ghaffar.

"Apa aja deh, Kak. Asal bukan masakan basi aja."

"Larangan adalah perintah, gue beneran masakin itu loh."

Rey mendengkus. "Ya, lo makan aja sendiri! Dahlah, gue mau mandi. Ntar kalau kurang apa-apanya, ada kotak warna biru di atas lemari kecil, ambil aja recehan. Kali aja lo mau jajan cilok di depan."

Punggung milik Rey sudah masuk ke kamar mandi setelah berucap itu. Ghaffar hanya menggelengkan kepala. Dikira dirinya tidak punya uang kali, ya. Mana jajan cilok pula. Untuk cilok seharga lima ribu, dia bisa membeli sepuluh bungkus sekaligus. Rey ada-ada saja memang.

Pukul setengah lima sore, barulah Rey berangkat menuju tempat kerjanya. Sampai seperti yang dia katakan kepada Ghaffar sebelumnya, bahkan lebih awal dari yang ia sebutkan.

Di perjalanan pulang, Rey menyempatkan diri mampir ke supermarket untuk membeli sesuatu yang belum lama ini ingin ia beli lagi. Setelah itu, baru ia kembali menuju kosan dan menemukan Ghaffar sedang asyik membaca buku di balkon.

"Kok kebuka, Kak, pintunya? Tumben." Rey meletakkan paper bag berisi keperluan yang ia beli tadi di supermarket, lantas melepas jaket dan menanggalkan di belakang pintu.

Re-(Play)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang