Cerita Validasi, Kesebelas!

155 24 20
                                    

>>,<<

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

>>,<<

"Makasih, Mang."

Suasana taman sedikit lebih ramai, padahal weekend belum tiba. Rey sedikit menyesal ketika dirinya tidak bisa tidur, justru memilih untuk pergi keluar. Ia menyesali keputusannya yang mengabaikan perintah Ghaffar.

Hari ini Rey bolos sekolah, akibat tubuhnya masih belum baik secara signifikan. Itupun Ghaffar sempat tantrum dulu dan menguncinya di kosan. Namun, karena tidak tega akhirnya Ghaffar buka lagi kamar kosan Rey dan berbicara baik-baik kepadanya. Rey terlalu memaksa, itulah kenapa Ghaffar juga harus lebih sabar menghadapi sifatnya.

Setelah membeli air mineral di pinggir jalan, Rey mencari tempat duduk yang sedikit lebih jauh dari keramaian. Ia menilik jam di layar ponselnya yang menunjukkan pukul dua siang, masih ada tiga jam lagi sebelum berangkat kerja. Rey menyayangkan jika harus bolos kerja juga, mengingat ia masih membutuhkan pundi-pundi rupiah dibandingkan apapun. Kondisi tubuhnya sudah lebih baik dari pagi tadi setelah ia tidur selama hampir empat jam lebih.

Sepasang sklera miliknya menelisik jauh seisi taman. Banyak anak kecil tengah berlarian ke sana ke mari, begitupun sepasang kekasih yang entah sedang apa duduk bersama.

"Mas Yuda udah punya pacar belum, ya? Kayaknya gak laku tuh orang. Jomlo mulu sih. Kasihan banget sih abang gue satu tuh." Rey memasukkan dua tangannya ke dalam saku jaket. Ia menatap terik mentari yang sangat menyengat. "Mas Yuda lagi apa, ya?"

Beberapa menit kemudian, ponsel di saku jaket berdering. Rey menatap notifikasi panggilan masuk dari seseorang. Ia pun langsung mengangkat dengan nada sumringah.

"Panjang umur deh," ucapnya.

"Wah ada yang lagi kangen nih kayaknya."

"Pede banget. Siapa juga yang kangen sama Mas. Justru Mas yang kangen sama aku, 'kan? Buktinya telpon-telpon gini. Gak ada angin gak ada ujan juga."

Suara tawa kecil di seberang dapat Rey dengar. "Ada apa telpon-telpon?"

"Gak ada apa-apa sih. Cuma mau bilang aja. Bentar lagi Mas wisuda. Kamu datang, 'kan?"

Rey mengatupkan bibirnya. Tidak memiliki jawaban untuk pertanyaan yang Yuda ajukan.

"Datang, ya? Datang dong. Masa gak datang?"

Rey masih diam.

"Kayaknya abis wisuda, Mas juga masih di sini. Kebetulan Mas udah dapat kerja di sini. Sambil nunggu lanjutan lagi, Mas mau kerja dulu di sini. Ya kali kamu gak datang pas wisuda Mas. Kapan lagi kita ketemu nanti."

"Mas gak pulang?" tany Rey tiba-tiba.

"Pulang, tapi gak sekarang."

Rey diam seribu kata. Ia tidak memiliki banyak jawaban untuk pertanyaan Yuda. Waktu empat tahun tidak cukup cepat dan lambat bagi Rey. Semua yang terjadi di sini setelah Yuda pergi, tidak cukup membuat Rey bisa berjalan sendiri. Rey masih membutuhkan sosok penyokong hidupnya. Apalagi untuk beberapa waktu terakhir ini, dirinya dilanda ketakutan tidak berarti.

Re-(Play)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang