PoL 2. Dining Partners

1.1K 213 17
                                    

Happy weekend, everyone✨🌞

Happu reading:)

****

“Duh, masak apa, ya?” Jennie berkomat-kamit mencari sesuatu di kulkas untuk dimasak sebagai makan malam, semua ini gara-gara Jisoo yang mendaftarkan rental pacar atas namanya.

Lisa, sang tamu sekaligus si pacar rental, hanya berdiri kaku memeluk tas di dada yang sejak pagi digendong berisi perlengkapan kuliah, baju ganti untuk kerja paruh waktu sebagai pelayan, dan wadah ramyeon instan makan malam.

“Jisoo sialan.”

Setelah marah-marah, memaki orang bernama Jisoo melalui telepon selama hampir lima menit, Jennie mempersilakan Lisa masuk ke rumah untuk makan malam bersama meski tidak punya makanan apa pun. Sejak tiga menit tadi pun Jennie sibuk mencari bahan-bahan makanan yang sekiranya mampu dicampur aduk dan dimasak menjadi satu kesatuan indah, tetapi tak ketemu. Atau mungkin otaknya telah membeku duluan saking panik hingga kemampuan berpikir menurun, apalagi baru saja pulang kerja.

“Aduh.” Jennie menggaruk kepalanya tampak tertekan.

“Eum … Kak Jennie?” panggil Lisa lirih.

Jennie yang masih berjongkok di depan kulkas menengok ke arahnya.

“Aku bawa ramyeon sendiri,” lapornya mengangkat bungkus ke udara untuk diperlihatkan ke Jennie.

“Argh, thank God.” Jennie bangkit berdiri menutup kulkas. “Maaf ya, aku bener-bener nggak tau kalo bakal ada tamu jadi nggak bisa mikir menu dadakan.” Ia membungkuk meminta maaf.

“E—eh, nggak papa kok.”

“Ya udah sini biar aku siapin air angetnya.”

“Terus Kak Jennie makan apa?” tanya Lisa menaruh ransel ke salah satu kursi di meja makan.

“Aku ada makanan sisa tadi pagi jadi tinggal diangetin di microwave,” jawabnya mengisi termos listrik dengan air dari wastafel kemudian menghangatkannya. Jennie ambil juga sup miso dari kulkas lalu dimasukkan ke microwave dengan mangkuk yang tahan panas, ia menyeka dahi yang tidak ada keringat sambil menghela napas lega. “Fyuh.” Jennie menoleh kepada Lisa dan terkekeh. “Haduh, saking paniknya sampe lupa nyuruh duduk. Silakan duduk dulu.”

Lisa mengangguk malu-malu perlahan menaruh pantatnya ke kursi di mana biasanya Papa duduk. Jennie sangat ingin menyuruhnya berpindah, tetapi melihat gadis muda lemah tidak berdaya itu membuatnya iba. Lisa sudah datang jauh-jauh ke sini dan tiada hal lain yang bisa dilakukan selain membiarkannya istirahat.

“Mau air putih biasa atau dingin?”

“Biasa aja, Kak.” Lisa mengingatnya jelas bahwa dilarang memanggil ‘Nyonya’, harus ‘Kak’.

“Oke.” Jennie menarik lengan kemeja putih bergaris vertikal kecokelatan itu sebatas siku supaya memudahkan pergerakannya. Tangan terulur mengucurkan air dari wastafel tanpa lupa memberi tahu Lisa. “Air wastafel aku udah bisa diminum jadi santai aja, bersih dan nggak bau logam kok,” paparnya menyodorkan gelas tersebut kepada Lisa.

“Iya, makasih.” Lisa mengendus gelas dan mencicipi sedikit, tak bau logam dan sangat jernih, segar juga. Ternyata enak, ia pun meneguknya lagi hingga membuat Jennie terkekeh.

Selepas memastikan Lisa terhidrasi, perempuan 30 tahun itu mengecek air termos lagi siapa tahu sudah panas. Beberapa menit kemudian akhirnya makan malam mereka siap, Lisa mengaduk ramyeon agar bumbunya menyatu sedangkan Jennie mengendus uap sup yang sedap.

Mereka duduk berhadapan. Sejenak, Jennie merasa kikuk melihat sosok lain mengisi bangku Papa setelah satu tahun kosong tanpa penghuni. Meski begitu, menyaksikan gadis asing ini mengaduk ramyeon dengan ekspresi polosnya mengalihkan perasaan asing di dada.

Plate of Love ➳ JENLISA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang