PoL 12: Special 3. Life Partners

1.3K 195 33
                                    

Happu reading:)

****

Setahun kemudian

“Hah.”

“Ibu baik-baik aja? Perlu saya ambilkan minum atau camilan?”

Jennie menggeleng lemas. “Nggak perlu, eh es krim juga boleh.”

“Es krim rasa apa, ya, Bu?”

Mata Jennie tersulut nyalang. “Kamu rasa es krim kesukaan saya aja nggak tau?!”

Nancy meneguk ludah. “Maaf, Bu, saya lupa.”

“Beliin saya es kopi aja kalo gitu, yang pahit.”

“Baik, Bu, saya belikan dulu.”

“Hm.”

Setelah kepergian Nancy, Jennie menyangga kepala di atas meja dengan lelah. Terdapat lingkaran hitam di sekitar mata dan kakinya tidak henti bergetar sejak tadi.

F*ck, I lost my stamina.” Jennie bergumam memandang meja di bawahnya yang terdapat berkas berserakan yang sejak tadi tak ia sentuh sama sekali. “I’m dizzy,” sambungnya memejamkan mata.

Jennie pikir bisa istirahat sebentar siapa tahu pusing dan rasa lelah yang ia rasakan hilang, tapi ternyata baru menutup mata sebentar ponselnya sudah berdering. Dengan lemas Jennie mengecek nama yang tertera di layar dan mendesis.

“Hm?”

“Honey—”

Don’t honey me!”

“Ih, kenapa?”

Jennie mengusap wajahnya. “Ada apa?”

“Aku beliin cream puff sama kimchi buat kamu.”

Ah, cream puff. Tiga hari belakangan Jennie sangat menginginkannya dan sialnya entah kenapa 3B tutup terus. Namun, ia tak boleh lemah begitu saja karena disogok roti.

“Titipin satpam aja.”

“Suara Kak Jennie kenapa ketus gitu, hm?”

Jennie memutar mata mendengar suara lembut kekasihnya di seberang sana. Ia tidak akan terbujuk hanya karena suara itu setelah kejadian semalam.

“Cream puff, you’re mad at me, aren’t you? Tapi salah aku apa?”

Huh, sekarang sok-sokan memanggilnya cream puff. Jennie tidak bakal terperangkap bujuk rayuannya.

“Jangan marah sama aku dong, kue sus dan kimchiku.”

Menyebalkan sekali.

“Aku lagi males berdebat, kalo mau tinggalin apa yang kamu bawa itu ke satpam, dan bilang suruh anterin ke ruangan aku. Bilang juga dari pacar aku biar kamu nggak dicurigai orang jahat.”

“Oke, dititipin ke satpam.”

“Hm.”

“Maaf, ya, Kak.”

Jennie dengan tegas memutuskan sambungan telepon tanpa berkomentar lebih lanjut. Untuk sementara waktu, ia tidak ingin mendengar suara kekasihnya dulu karena takut akan memicu pertengkaran lebih lanjut. Jennie merasa kesal, lelah, dan malas hari ini. Dia sangat ingin istirahat, tetapi masih memiliki banyak pekerjaan yang harus diselesaikan sebelum hari berganti malam. Meski begitu, Jennie tidak lupa mengirim pesan permintaan maaf kepada kekasihnya agar tak ada salah paham.

Plate of Love ➳ JENLISA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang