PoL 11: Special 2. Girlfriend & Bestfriend

1.4K 196 24
                                    

Happu reading:)

****

Tiga bulan setelah jadian

Good morning.”

Setelah melalui satu tahun lebih melakukan rutinitas berangkat tidur dan bangun tidur sendirian di kasur mahalnya, Jennie merasa hatinya dipenuhi kebahagiaan ketika mendengar sapaan hangat itu. Pelukan posesif di pinggang membuatnya merasa aman, sementara kecupan lembut di pipi dan leher membuatnya tersenyum. Pagi yang indah kembali menyambutnya seperti cahaya matahari yang memancar hangat di ufuk timur, memberinya harapan dan semangat hidup baru.

Morning, grandma.”

Oke, itu cara menyapa yang buruk.

“Lisa!”

Alih-alih mengacuhkan teguran sang kekasih, Lisa malah cekikikan geli di dekat telinga perempuan itu hingga deru napas panasnya menggelitik.

“Ih, geli tau,” protes Jennie membekap bibir Lisa di belakangnya dan mendorongnya menjauh. Setelah itu, ia perlahan bangkit duduk di tepi ranjang dengan rambut masih semrawut dan menunduk memegangi kepala. “F*ck, I’m dizzy,” keluhnya.

Tawa Lisa seketika terhenti dan dia bergegas duduk di samping Jennie dengan raut khawatir.

“Sayang, pusing lagi, ya?”

Jennie mengangguk, meringis memejamkan mata kesakitan. Saking sakitnya ia sampai tak sadar Lisa memanggilnya dengan sebutan apa.

“Kok pusing terus sih? Coba periksa ke dokter deh, Kak, siapa tau kanker atau tumor.”

“Heh! Sembarangan kalo ngomong!” semprot Jennie memelototi sang kekasih tajam hingga menciut.

Lisa langsung mengerucutkan bibirnya ketakutan, dia bercicit, “Maaf.”

Jennie menghela napas panjang lantas menggeleng pelan. Ia berkata, “Aku sering pusing kalo akhir bulan gini, kantor pasti hectic. Maaf kelepasan bentak kamu gitu.”

“Oh, iya nggak papa, salah aku juga udah asal ngomong.”

Mata Jennie menyipit terdorong oleh pipi yang terangkat karena senyum di bibir, ia ulurkan tangannya tadi ke pipi Lisa lantas mengusapnya dengan ibu jari secara lembut. Gadis—maaf, maksudnya perempuan muda itu masih mengerucutkan bibirnya karena merasa bersalah sudah asal ceplos seperti tadi. Jennie terkekeh menyaksikan pemandangan lucu di hadapannya lantas mengecup bibir itu singkat hingga mereka kompak memerah malu.

“Aku mau lanjut tidur aja mumpung libur, kamu kalo mau makan bisa masak sendiri.”

“Oke, aku mau ke perpus juga hari ini. Kak Jennie istirahat aja sampe enakan.”

Giliran Jennie yang memanyunkan bibirnya, ia protes, “Aku kira kamu mau nemenin aku istirahat aja, taunya mau pergi.”

“Nanti kalo aku di sini ganggu istirahat juga jadi mendingan aku produktif ke perpus baca-baca.”

Jennie mendesah pasrah. “Okay, smartass.”

Respons itu membuat Lisa tergelak kecil dan segera merangkul rapat kekasihnya. Jennie terlihat begitu manja dan menggemaskan ketika dia memperlihatkan sisi kekanak-kanakannya. Seperti melihat sepotong kecil kebahagiaan yang hidup di dunia.

“Ya udah sana siap-siap dulu.”

“Oh, ini ceritanya aku diusir?”

“Apaan sih? Aku suruh siap-siap biar bisa buruan pergi sebelum aku tahan-tahan.”

Lisa terkikik dalam hati. “Kalo ditahan, aku nggak akan pergi.”

“Nggak! Prioritasin pendidikan kamu!” pesan Jennie tak main-main. “Banggain tuh mommy sama daddy kamu.”

Plate of Love ➳ JENLISA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang