PoL 6. Racing Hearts and Blushing Cheeks

1.2K 202 15
                                    

Happu reading:)

****

“Makasih banyak, ya, buat hari ini. Kamu beneran nggak papa pulang sendirian?”

Lisa mengangguk yakin. “Iya nggak papa kok. Aku udah biasa pulang malem.”

“Oke.”

Makan malam hari ini terasa lebih istimewa dengan suasana baru di luar rumah dan pemandangan gemerlap indah kota Seoul dari ketinggian. Selama makan, jantung Jennie tidak mau santai sedikit, melihat Lisa makan dengan lahap di rumah saja sudah menggemaskan apalagi menontonnya memotong steak dengan canggung sambil mengerutkan hidung. Hm, rasanya Jennie akan tidur nyenyak dengan senyum lebar di bibir malam ini.

Ketika Jennie sibuk memainkan jarinya dengan meremas-remas kunci Mr. Chuckle911, Lisa yang berdiri di hadapannya diam memandanginya sambil mengulum senyum. Lagak Jennie yang malu-malu saat ini berbanding terbalik dari Jennie saat di restoran tadi, perempuan itu sangat sabar mengajarinya memotong steak dengan baik dan rapi sehingga tak terjadi adegan daging terbang. Meski tubuhnya lebih kecil, tapi Jennie sangat bisa diandalkan. Keren sekali.

“Tadi makannya enak.”

Jennie langsung mendongak dengan raut bersinar. “Oh, ya?”

“Uh-hum. Hari ini pertama kalinya aku makan steak yang enak dan lembut gitu.”

“Kapan-kapan kita ke sana lagi kalo gitu, ya? Mau?” ajak Jennie tanpa sadar berjinjit mendekatkan wajah ke Lisa.

Lisa terkekeh gemas, matanya dipenuhi dengan kehangatan saat menatap Jennie. Dengan lembut, tangan kanannya melayang ke udara dan menyentuh puncak kepala Jennie tanpa memalingkan pandangan mereka. Mata cokelat bening Jennie malam ini tampak lebih terang dengan sentuhan lensa kontak keabu-abuan, tapi tatapan itu tetap sama intensnya seperti biasanya: seakan-akan di dunia ini hanya ada Lisa dan yang lainnya tidak lagi penting. Lisa merasa lututnya melemas karena itu, dan tangannya perlahan turun membelai surai hitam kecokelatan Jennie yang panjang bergelombang. Lisa menangkap segenggam rambut di telapak tangan, mengangkatnya ke hidung lantas diendus dengan penuh kasih.

Tindakan tersebut membuat Jennie terperanjat oleh antisipasi. Cara Lisa mencium rambutnya dengan kedua mata tertutup membuat denyut darah Jennie berdesir dan sensasi itu merangkak naik ke pipi gembilnya. Meskipun Jennie tidak tahu apa yang dipikirkan Lisa ketika melakukan itu, satu hal yang pasti adalah keinginannya untuk menarik Lisa ke dalam pelukannya dan mencium bibir tebalnya yang merah seperti buah delima yang menggoda begitu membuncah. Jennie ingin merasakan tangan Lisa yang merengkuhnya dengan penuh keposesifan saat bibir mereka bersatu dalam ciuman yang panas, hingga tidak ada jarak lagi dan jantung berdetak serasi tanpa ada batasan di antara mereka.

Wajah Jennie matang tanpa sang empunya sadari.

“Rambutnya wang—loh, Kak Jennie kenapa mukanya merah gitu?”

“Hah?” Jennie tersadar dari lamunan kotornya dengan senyum panik. Ia mundur selangkah dan menyentuh pipinya, Jennie pun semakin panik dan tetiba membungkukkan badan. “A—aku duluan.”

“Eh?” Tangan Lisa bahkan belum jadi turun setelah mengelus rambut Jennie tadi, tetapi pemilik rambutnya justru sudah melesat pergi, dan tanpa Lisa mampu telaah mobil Jennie telah menghilang begitu saja. “Dia … kenapa?”

“Argh, Jennie bodoh! Bodoh!” Jennie menghentakkan kaki dan menjambak rambutnya melayangkan tantrum karena tidak tahu harus bersikap bagaimana.

Memalukan sekali! Sejak kapan ia mulai berfantasi mesum tentang Lisa? Lebih-lebih lagi berfantasi saat mereka sedang bersama. Apakah ia sudah gila?

Plate of Love ➳ JENLISA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang