Tentang Kiren 7

34 11 2
                                    

mau tanya dong, kalian tau cerita ini dari mana?
kalian asal mana aja?
suka bubur di aduk apa nggak di aduk?
jangan lupa vote dan komen ya!!
.
.

Kiren memasuki rumah setelah memarkirkan motor kesayangannya di bagasi rumah. Dirinya melangkah gontai menuju kamar. Ia pulang sekolah bersama Zora, tapi Zora memasuki rumah lebih dulu, sedang ia menaruh motor.

Kiren membuka pintu kamar dan langsung berbaring, lelah, sangat lelah. Ia memejamkan matanya sejenak kemudian membuka matanya dan menatap Zora tajam.

"Enak banget ya? Nggak nungguin gue naroh motor langsung masuk ke kamar, berasa rumah lo Ra," Kiren memutar bola matanya malas.

Zora yang sedang bermain handphone sambil tengkurap beralih posisi menjadi duduk dan tertawa, "HAHAHAHA lagian lo lama sih, pegel."

Kiren menatap Zora cemberut, benar-benar teman tak tahu diri. Apakah kalian mempunyai temen seperti Zora juga?

"Ren, hari ini, detik ini, gue mau pulang ke rumah. Gue udah lama juga ninggalin orang tua gue, gue kangen mereka Ren," ujar Zora menatap Kiren dengan sayu.

Kiren mengangguk menyetujui, "Iya. Mereka di rumah pasti nunggu lo pulang, walaupun mereka ngga jemput lo kesini, bukan berarti mereka ngga kangen."

Zora meneteskan air matanya dan merentangkan tangannya, "aaa gue bakal kangen tidur nendang lo lagiiii haaaaa."

Kiren memeluk tubuh Zora, ia memandang kosong dalam pelukan itu, ia juga akan rindu saat Zora tinggal di rumahnya. Dimana dirinya bisa bebas cerita dengan sahabat karena tinggal satu atap. Dan dirinya akan kembali kesepian. Karena pada dasarnya tidak ada yang menemaninya di rumah sebesar ini.

Zora melepas pelukannya sembari menghapus jejak-jejak air matanya, "tenang aja Kiren, nanti kapan-kapan gue bakal nginap lagi di rumah lo. Oteyy??"

Kiren terkekeh dengan nada bicara Zora di akhir, "Otey, Zola."

Kiren menatap lantai pojok kamar. Ia baru menyadari bahwa ada koper disitu.

"Kaget ya?" ucap Zora dilanjut tertawa.

Kiren mengangguk pelan dan bertanya, "koper lo kan? ko di situ? nggak di taro atas lemari kaya biasanya?"

"Itu koper udah ada isinya Ren, udah gue kemasin barang-barangnya. Kan gue barusan bilang mau pulang, lupa?" ucap Zora.

Kiren terkekeh, dirinya lupa, eh tapi dari kapan Zora mengemasinya?

"Dari kapan lo kemasin barang?" tanya Kiren penasaran, sebab dari pulang sekolah kan tidak mungkin sekali.

"Dari semalem hehe, pas lo tidur," jawab Zora sambil terkekeh.

Zora berdiri dari duduknya dan mengambil pakaian nya untuk ganti, karena sedari tadi mereka masih memakai seragam sekolah. Kemudian Zora melangkah menuju kamar mandi.

Setelah hilangnya Zora dari pandangan, mata Kiren beralih menatap jendela kamarnya. Kiren menatap lurus ke depan, hampa, seperti tidak ada tujuan. Sejujurnya ada atau tidaknya Zora tidak berpengaruh banyak bagi kehidupannya. Karena Kiren tipe perempuan yang sering memendam semuanya sendiri, tidak ingin berbagi cerita hidupnya pada orang lain. Tapi ia ingin ditemani di rumah sebesar ini.

"AAAA KIRENN GUE DIJEMPUT SUPIR KELUARGA GUEE DI DEPANN," teriak Zora setelah keluar dari kamar mandi higga menghentikan lamunan Kiren.

Zora menunjuk luar jendela Kiren, "itu gue udah di tunggu, ayo keluar."

Zora menyeret tangan Kiren seperti barang sambil berlari menuju depan gerbang, Kiren hanya bisa bersabar dengan 100 energi yang dimiliki sahabatnya.

Kiren dan Zora berhenti tepat di depan gerbang, dimana sudah ada mobil silver milik kelurga Zora. Kiren tersenyum ramah pada bapak yang ada di dalam mobil. Kemudian Zora melakukan tos kepada Kiren dan memasuki mobil.

Kiren melambaikan tangan saat mobil yang berisi sahabatnya melaju hingga menjauh dari pandangan. Ia tersenyum simpul. Kiren menunduk. Sendiri, iya, dirinya kembali sendiri.

💬💬💬

Semilir angin berhembus di gelapnya malam. Saat ini, Kiren tengah berada di balkon kamarnya. Dirinya sedang melukis seseorang yang ia sendiri tidak tahu, tangannya berselancar begitu saja di atas kanvas. Di tangan kanan dan kirinya sudah tertempel cat sana sini tetapi ia tak peduli.

Angin malam yang dingin membuatnya semakin bersemangat melukis. Ia suka udara dingin. Sejenak Kiren berhenti melukis, ia memandang yang yang kelabu. Kemudian pandangannya beralih menatap lukisannya.

Jika dilihat lamat-lamat, Kiren sepertinya tahu ia melukis siapa.

"Ah sial, kenapa gue lukis muka dia sih?" Kesal Kiren sambil mencoret lantai balkon. Rasanya ia ingin mencorat-coret gambarny sendiri, tapi tidak tega karena terlalu tampan.

"Kok tangan gue gambar muka Aldi, biar apa coba? Tapi matanya Aldi bagus banget jujur, bulu matanya lentik," ucap Kiren dan secara tidak sadar tersenyum simpul.

"Ah, udahlah," monolog Kiren tidak mau berpikir lebih.

Kiren membereskan peralatan melukis juga kanvas kemudian dibawanya menuju ke dalam kamar tak lupa menutup pintu balkon. Kiren menaruh kanvasnya di dalam lemari khusus lukisan-lukisannya.

KIREN🌧

halooo!! ini cerita pertamakuuu~
terimakasih yang sudah membaca yaa~
tolong benarkan jika menemukan typo^.^
nantikan bab selanjutnya~
paipai~~!!!

Tentang KirenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang