Brakkk...
Jisoo mengangkat tubuh Jennie ke atas sebuah meja rias dengan kedua tangannya, ia mencium bibir gadis itu dengan sangat kasar dan rakus, Jennie melingkarkan kedua tangannya ke leher Jisoo seakan ia pun sama-sama menginginkannya.
"A–aku tidak pernah melihatmu seperti ini Jisoo-ya–."
"Kau yang membuatku seperti ini Jen..."
Pranngg...
Jennie baru saja menyingkirkan sebuah vas bunga yang berada di dekatnya ketika tangan Jisoo bergerilya di sekujur tubuhnya, berusaha untuk melepaskan semua pakaian yang mereka berdua kenakan.
"Aku minta maaf untuk vas bunganya." Racau Jisoo.
"Tidak perlu pikirkan itu!"
Hawa napsunya sudah sangat menggebu-gebu tapi sisa bajunya yang sulit ia buka, Jennie yang tidak sabar melihat Jisoo kesulitan segera merobek kaos yang Jisoo kenakan dengan salah satu kukunya yang sudah berubah menjadi tajam.
"Kalau kau merusak bajuku, nanti aku pulang pakai apa?" kekeh Jisoo.
"Akan aku belikan untukmu sebanyak mungkin Jisoo-ya."
Setelah mereka benar-benar tidak ditutupi sehelai benang pun, Jisoo kembali menggendong tubuh Jennie dan mulai duduk di samping ranjang besar yang ada di kamar itu.
Hanya ada senyuman yang terpancar dari wajah Jennie, tidak ada lah wajah sedih, marah, kesal atau menakutkan, ketika bersama Jisoo ia selalu menampilkan wajah tercantiknya. Meskipun saat ini wajahnya sudah memerah ia tetap berusaha untuk terus menampilkan gummy smilenya.
Jennie duduk di atas tubuh Jisoo sembari sesekali menyibakan rambut panjangnya, "kau terlihat seperti sudah sangat ahli dalam hal ini, hmm?" tebak Jisoo.
"Apakah aku terlihat seperti itu?" Jennie mencondongkan tubuhnya mendekat ke arah Jisoo, "aku bahkan tidak tau apa-apa Jisoo-ya." Bisiknya tepat di sisi telinga Jisoo.
"Oh benarkah? Aku tidak melihat kepolosanmu disini." Jisoo meraih pinggang gadis di atasnya dengan kedua tangan tapi tanpa ada aba-aba Jennie perlahan menggoyangkan pinggangnya membuat suasana di kamar itu semakin memanas.
"Aku terlihat sangat polos bukan?" goda Jennie.
"Sangat polos." Mata sayu Jisoo bahkan hampir tenggelam di dalam senyumannya, ia terus dimanjakan dengan penampakan tubuh Jennie dari bawah sana.
"Ini bukan mimpi kan?" pikir Jisoo, mereka berdua bahkan tidak berhenti melakukan hal-hal yang selama ini mereka sembunyikan. Keinginan satu sama lain untuk bisa menjadi sesuatu yang lebih dari seorang teman pun terwujud malam ini.
Mereka berdua melakukan semuanya bahkan karena terlalu terbuai dengan napsu masing-masing, isi kamar Jennie sudah tidak karuan seperti kapal pecah. Kedua tubuh mereka dibasahi oleh keringat dan cairan kenikmatan bahkan tidak hanya itu, darah pun mengalir di punggung Jisoo setiap kali Jennie memeluk tubuhnya dengan erat.
Jennie yang melihat bagaimana kondisi punggung perempuan di depannya ini melalui cermin pun mulai khawatir, "apakah kau tidak merasa kesakitan? Apakah aku terlalu kasar?" tanyanya dengan napas yang terengah-engah.
"Apa yang salah? Sepertinya kita baik-baik saja bukan?" tanya Jisoo sembari menatap mata Jennie lebih dekat seakan tidak merasa kesakitan.
***
Setelah beberapa jam, keduanya menjatuhkan diri ke atas kasur dan menarik napas dalam-dalam sembari memperhatikan langit-langit kamar. Tangannya terasa sakit maka Jennie melihat apa yang terjadi dengannya, "arghh..." ringisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monster [END]
Short StoryMimpi adalah refleksi diri seseorang berupa gambaran, pikiran dan emosi yang dialami saat tidur. banyak yang berasumsi jika mimpi memiliki sebuah pertanda atau bahkan tidak ada artinya sama sekali. namun bagaimana jika kita memimpikan sesuatu yang s...