Serius, ini panjaaaang banget 3000 kata lebih😬.
FYI aja; aku keknya seminggu deh nulis chapter ini wkwkwk.
So, tolong apresiasi. Aku tunggu komen dan votenya, ya.*****
"Kamu gak ada niat bantu papa kamu di perusahaan, Eve?"
"Sekarang belum, soalnya lagi males ngurus kerjaan. Bawaannya kepingin wara-wiri aja gitu. Nanti kalau belum siap, takut malah gak optimal pegang kerjaannya," jelas Eveline setengah kesal sekaligus gemas dengan Bahi yang sejak tadi ada saja tingkahnya. "Astaga, Bahi!" sambungnya sedikit terkejut saat sepotong sushi yang hendak masuk ke mulutnya malah berbelok paksa ke mulut Bahi.
Pria itu mengunyah santai, mengabaikan dengkusan samar Eveline yang kembali menyumpit sepotong sushi bertabur tobiko. Kali ini Eveline tak berniat memakannya karena gerak dengan sengaja menyuapi Bahi yang masih sibuk mengunyah.
"Masih ada, Eve," ucap Bahi dengan suara tak jelas.
"Tapi masih muat, kan?" Eveline terkikik saat Bahi memprotes dengan tatapan melotot dan mulut penuh sushi.
"Kalau dari tangan kamu kok nambah enak, ya?" Bahi berucap setelah menelan semua makanannya.
Eveline mencebik tipis, mengabaikan ucapan Bahi yang menurutnya memang terbiasa seperti itu. "Oh, iya. Bia jadi ambil sepeda motor, gak?"
"Gak." Bahi kembali mengambil sepotong sushi. "Kemarin diajari naik motor aja takut, gimana mau dealer motor. Sayang nanti gak kepake."
Eveline mengangguk, lalu refleks memundurkan wajah saat sepotong sushi menghampiri mulutnya. Terlampau hafal dengan tingkah jahil Bahi, Eveline langsung memegang tangan pria itu agar sushi yang disodorkan tak dijadikan bahan lelucon.
Bahi membersit geli. "Kenapa sih, tinggal mangap doang juga."
"Kalau tangan kamu gak aku pegang, pasti waktu aku maju, sushinya mundur."
Tergelak sebentar, Bahi cabut beberapa lembar tisu untuk Eveline. "Kayak Bia aja, suudzon mulu ke aku," katanya sambil memperhatikan gadis itu mengelap sisi bibir.
"Ya kamu-nya jahil mulu."
Omong-omong, saat ini keduanya sedang duduk bersisian di salah satu kursi restoran Jepang. Menikmati makanan khas Negeri Matahari Terbit tersebut sambil membicarakan hal random yang mengundang decak kesal sekaligus tawa geli Eveline.
Selesai menonton bioskop, mereka melanjutkan acara 'kencan' hari ini sesuai alur saja. Menjelajahi timezone yang dulu sering mereka datangi saat masih sekolah, lalu menyudahinya dengan makan malam di tempat pilihan Eveline.
"Udah selesai, kan? Pulang yuk!"
Tanpa berniat protes sedikit pun, Eveline mengikuti Bahi yang bangun dari kursi. Berdiri menunggunya yang sibuk memasukan ponsel ke tas sebelum bergerak meraih tangannya untuk berjalan keluar dari tempat tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
What's Wrong?
Aléatoire(HIATUS) Hanya sekelumit kisah remaja di bangku SMA yang kecewanya masih terasa hingga dewasa. Eveline Carolina, wanita berusia 27 tahun itu tak menyangka kisah asmara yang kandas saat SMA, masih menyisakan perasaan marah sekaligus kecewa saat berte...