(HIATUS)
Hanya sekelumit kisah remaja di bangku SMA yang kecewanya masih terasa hingga dewasa.
Eveline Carolina, wanita berusia 27 tahun itu tak menyangka kisah asmara yang kandas saat SMA, masih menyisakan perasaan marah sekaligus kecewa saat berte...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Selamat siang.... Hampura karena terlalu lama gak muncul wkwkwkw. Oke, untuk menebus waktu penantian kalian, aku update puanjang banget di chapter ini.
Well, semoga kalian puassss.
_________
Mereka belum menegaskan secara lisan, kalau kisah yang tujuh tahun kandas akan kembali dimulai. Namun, dari semua tindak-tanduk yang terjadi setelah bertemu lagi, sepertinya sudah jelas kalau hubungan yang terjalin saat masa remaja akan kembali menuliskan tintanya.
Mungkin karena keduanya sudah dewasa, ungkapan cinta lewat kata-kata tak terlalu dibutuhkan. Kendati demikian, Eveline tetap saja hanya seorang wanita yang kadang butuh validasi sah.
Benar, kan?
Kebanyakan wanita butuh kepastian.
"Aku lagi di tempat Mona, sih."
"Ya gak apa-apa, nanti aku jemput. Atau kamu masih mau main sama temen-temen kamu?"
"Gak ... maksudnya, aku dari tadi siang di sini."
"Berarti mau ya aku jemput?"
"Hmm, chat aja kalau udah sampe sini."
"Siap. Aku tutup teleponnya, ya."
"Hmm, hati-hati Bah."
"Pasti."
Setelah itu sambungan telepon terputus, menyisakan Eveline yang sedang mempersiapkan diri mendengar sindiran dari dua wanita yang sedang menatapnya.
"Emang boleh cuma mantan tapi masih perhatian?" celetuk Dira dengan sedikit nada sinis.
"Emang boleh udah mantan tapi ciuman?" Dan kali ini Mona yang berujar hingga mengundang dengkusan kasar Eveline dan kekehan geli Dira.
"Berisik!" ketus Eveline sambil duduk di single sofa dalam kamar Mona. "Bahi lagi otewe ke sini," lanjutnya setelah berdeham.
"Kita gak budeg. Tadi kalian janjian mau ketemu, kan?" Dira memilih beranjak dari tempat tidur Mona menuju toilet setelah menanggapi ucapan Eveline.
Terkadang Eveline menyesal menceritakan hal-hal yang harusnya ia tutupi dari para sahabatnya. Namun, mulutnya susah sekali diajak kompromi saat salah satu sahabatnya bertanya dengan nada menggoda. Lantas seperti benang rajut yang menjuntai dan ditarik perlahan, semua kalimat yang harusnya jadi rahasia terurai begitu saja. Dan biasanya ada perasaan menyesal sebab setelahnya pasti mendengar ledekan yang digelontorkan Dira atau Mona.
"Jadi kalian tuh gak ada percakapan tentang memulai kembali hubungan di masa lalu, gitu? Cuma mau jalan bareng, gandengan tangan, pelukan, sama cipokan." Tanpa ekspresi tersirat, Mona kembali berujar. "Gue kalau jadi Bahi enak banget. Tapi jadi lo juga enak sih, gak rugi dicium cowok ganteng," lanjutnya sambil menyengir lebar.